Hari-hari terus berlanjut, Dean yang sibuk melayani Johan selalu pulang malam dan terkadang memilih tidur tanpa mengobrol dengan ibunya.
Ibu Dean memaklumi hal tersebut karena Dean bekerja keras untuk mereka berdua, ibu Dean tidak tau pekerjaan apa yang anaknya lakukan tapi dia mempercayai Dean sepenuhnya.
Sampai suatu hari, Dean di antar pulang oleh Johan tapi kali ini Johan bertamu ke rumah Dean.
Dean memperkenalkan Johan sebagai bos di tempatnya bekerja, ibu Dean terpesona melihat wajah tampan Johan.
Di mata ibu Dean, Johan terlihat sangat rapi juga wangi tentunya, tutur katanya pun sangat sopan. Ibu Dean tidak akan menyangka kalau Johan adalah pemasok uang untuk Dean selama ini.
Johan sangat pintar bicara, dia memuji betapa rajinnya Dean bekerja dan betapa bagusnya sikap Dean karena didikan ibunya.
"Terima kasih atas pujian anda pak Johan, aku sangat berterima kasih juga karena anda mau menerima putra ku bekerja" Ibu Dean menundukkan kepalanya.
"Tidak masalah.." Johan tersenyum.
".. aku juga senang dia mau bekerja bersama ku" Johan melirik kearah Dean.Dean yang sadar dengan tatapan mata Johan perlahan mengalihkan wajahnya kearah lain.
Dean merasa bersalah sudah membohongi ibunya sampai sejauh ini, tapi dia tidak punya cara lain Dean hanya ingin cepat terbebas dari semua masalah ekonomi ini.
.
.Setelah selesai mengobrol dengan ibu Dean, Dean mengantar Johan keluar dari rumahnya.
Johan meminta Dean datang besok karena ada yang ingin dia lakukan bersama Dean.
"Datanglah besok setelah kamu pulang sekolah, ada yang ingin ku lakukan bersama mu"
"Hm," Dean mengangguk.
Johan masuk ke dalam mobilnya kemudian melaju pergi meninggalkan kediaman Dean.
"Hah.. " Dean menghela nafasnya berat.
".. bertahanlah Dean" dia menatap langit sore dengan senyuman kecil di bibirnya.Dean berjalan masuk ke dalam rumah, dia melihat ibunya tengah memakan kue yang Johan bawa.
"Ini pasti kue mahal ya, rasanya enak.. beda dengan kue murahan yang sering mamah beli" kata ibu Dean dengan tawa kecil.
Dean tersenyum melihat wajah bahagia ibunya.
"Mamah mau teh ?" Tawar Dean."Hm, boleh"
Dean berjalan kearah dapur yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu.
Ibu Dean menatap kue di atas meja.
"Dean..""Ya mah ?" Jawab Dean dari dapur.
".. mamah yakin kamu bisa bertahan walau pun mamah tidak ada, mungkin mamah hanya beban untuk mu"
Deg!
Dean langsung berhenti mengaduk tehnya lalu tersenyum kecil, dia berjalan membawa segelas teh untuk ibunya.
"Mamah bicara apa ? Dean tidak akan bisa bertahan tanpa mamah, mamah bukan beban.. " Dean menaruh segelas teh tadi di atas meja.
Perlahan Dean memeluk ibunya.
".. yang jadi beban sejak kecil itu kan Dean, mari lewati semua ini bersama ya"Ibu Dean terkekeh pelan.
"Ya, kamu benar.. mari lewati semua ini bersama" ibu Dean memeluk putranya erat.Dean pikir hari-hari seperti ini akan terus berlanjut, Dean bahkan sudah menabung agar bisa membeli rumah untuk mereka berdua.
Dia dan ibunya bisa tertawa, membicarakan banyak hal bersama.
Tapi impian itu terasa runtuh dalam sekejap saat Dean pulang setelah berbelanja bersama Johan.
Dean menemukan ibunya tergeletak di lantai dengan kepala berdarah akibat terbentur lantai.
"Mamah! Mamah!" Dean melepas tas belanjaannya lalu berlari kearah ibunya, Dean tidak punya orang lain yang bisa dia minta bantuan selain Johan.
Dean menelpon Johan yang baru saja melaju pergi dari rumah Dean. Mendengar Dean menangis sesegukan, tanpa pikir panjang Johan langsung berbalik arah kembali ke rumah Dean.
Sesampainya di rumah Dean, Johan membantu Dean membawa ibunya ke rumah sakit. Dokter mengatakan kalau ibu Dean hanya terbentur ringan.
Awalnya Dean merasa lega tapi beberapa detik kemudian perasaan leganya berubah jadi takut saat dokter kembali mengatakan kalau hasil pemeriksaan ibunya terkena kanker otak stadium akhir dan saat ini ibunya dalam keadaan koma.
Mendengar hal tersebut spontan kaki Dean terasa lemah, Johan yang ada di dekat Dean langsung menahan tubuh Dean.
"Bo-bohong kan...bohong.." Dean tidak percaya karena dia tidak pernah melihat ibunya sakit, ibunya selalu tersenyum bahkan tidak memperlihatkan gejala apapun.
".. katakan ini bohong" Dean menatap dokter dan Johan bergantian dengan suara bergetar menahan tangisnya.
"Tenangkan dirimu" Johan memeluk Dean.
"Ugh!" Dean meremas baju Johan.
"Apakah anda keluarganya pak ?" Tanya dokter.
"Ya, saya keluarganya" jawab Johan tanpa ragu.
"Saya perlu membicarakan hal ini, tapi untuk sekarang saya harap anda bersama dengan putra pasien dulu.. tolong temui saya nanti.. saya permisi"
"Baik, terima kasih dok" Johan menundukkan kepalanya begitu pula dokter juga menunduk singkat kemudian berjalan pergi.
Johan beralih menatap Dean yang saat ini diam di pelukkan Johan, dia bisa melihat mimik wajah syok yang tergambar jelas di wajah Dean.
Johan mengusap-usap punggung Dean mencoba membuat Dean tenang, dia tidak bisa berkata kalau semua akan baik-baik saja karena ibu Dean saat ini tengah koma.
Johan hanya bisa memberi semangat dengan berada di sisinya.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tamat) Come to Papa (BL 21+)
RandomDean tidak mampu menolak saat Johan menawarkan diri untuk membantu keuangan Dean. Dean pikir dengan bekerja seperti ini dia akan dengan mudah mendapatkan uang dan membeli apapun yang dia mau juga membantu ibunya yang saat ini bekerja sebagai tukang...