"Life is partly what we make it, and partly what it is made by the friends we choose."
— Tennessee Williams.
***
"Selamat pagi dunia!"
Selain Fenly, Fiki termasuk seseorang yang mengambil andil banyak dalam membuat kegaduhan di kos dengan teriakannya. Jika Fenly kebanyakan teriak dan ngomel-ngomel karena kelakuan para penghuni kos yang cukup menyebalkan, Fiki lebih kepada sapaan dengan nada ceria yang selalu dia berikan setiap harinya. Tidak hanya pagi, bahkan di saat malam hari dan penghuni kos akan memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat, Fiki akan menyempatkan waktu untuk berteriak, "Selamat tidur Abang-Abang!" Yang dihadiahi dengan lemparan bantal dari arah kamar oleh Shandy.
Tapi, semua penghuni kos sudah terbiasa dengan sikap Fiki tersebut. Apalagi Farhan yang merupakan kakak tertua di kos selalu menganggap sikap Fiki adalah penghibur di saat lelah mendera.
"Eh, ada makanan dari mana nih?" tanya Fiki saat menemukan beberapa kotak berisi makanan di atas meja makan.
"Dari Kak Rani, katanya buat sarapan kita-kita," jawab Fajri yang sedang asik bermain ponsel dengan earphone yang menyumbat kedua telinganya.
Fiki mendelik. "Gue nggak nanya sama lo ya," katanya.
Fajri pun menoleh. "Masih ngambek apa?"
Namun, Fiki tidak menjawab dan memilih untuk membuka salah satu kotak berisi sandwich dan melahapnya dengan khidmat. Lumayanlah tidak perlu repot-repot beli sarapan. Pikir Fiki.
Sedangkan Fajri memilih untuk lanjut mendengarkan podcast yang selalu dia dengarkan setiap hari. Meskipun kelihatannya Fajri orang yang dingin dan bodo amatan, tapi dia merupakan orang yang peduli dan cukup serius dalam hidupnya. Contohnya ya dengerin podcast yang membangun ini. Urusan dilakukan atau tidak ya itu urusan nanti deh.
"Btw, Bang Shandy ke mana?" Fiki celingukan, mencari keberadaan sang kakak yang tidak terlihat sama sekali. Karena biasanya Shandy setiap pagi itu sudah duduk di depan teras sambil minum kopi.
"Udah berangkat pagi tadi, ketemu client kayaknya."
"Please, gue nggak nanya sama lo ya, Ji."
Fajri kembali menoleh. Dengan melepas sebelah earphone nya dia berkata, "Please juga ya, Fik. Cuma ada gue di sini, ya jelas cuma gue yang jawab. Masa lo berharap jawaban dari ikan cupang Pak Aib?" tunjuknya kepada sebuah akuarium berisi ikan cupang pemberian Pak Asyuaeib, katanya sebagai hadiah selamat datang untuk Fiki.
"Wah, parah lo manggilnya Pak Aib. Nanti dikira aib keluarga loh, Beliau."
Fajri memutar bola mata malas. Memilih untuk kembali memasang earphonenya dan tidak membalas kata-kata Fiki. Bodo amat deh kalau anak itu makin ngambek nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Shandy (Completed)
General Fiction"Semua hanya perihal ditinggalkan dan meninggalkan. Akhirnya tetap sama, yaitu kehilangan. Fase di mana lo akan sadar jika seseorang itu sangat berarti di dalam kehidupan lo selama ini." "Tapi, kalau gue lebih baik meninggalkan daripada ditinggalka...