10. Acak

1.5K 279 48
                                    

“Have the courage to follow you heart and intuition

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Have the courage to follow you heart and intuition. They somehow know what you truly want to become.”

— Steve Jobs

***

Terlahir di keluarga sederhana membuat Shandy menjadi seseorang yang hidup apa adanya dan tidak neko-neko. Sejak kecil Shandy tidak pernah menaruh harap begitu banyak kepada keluarganya untuk bisa mendapatkan apa yang ia mau. Sampai saat papa pergi, semua semakin menjadi-jadi. Tidak hanya materi yang berkurang, tapi juga kasih sayang. Mungkin mama masih terlihat menemani mereka makan malam atau membacakan dongeng di kala kantuk menyerang. Tapi, semua terasa berbeda apalagi bagi Shandy yang sudah menjadikan papa nomor satu di hidupnya.

Tidak, Shandy tidak bilang dirinya tidak sayang mama. Hanya saja, Shandy merasa rumah setelah kepergian papa terasa asing baginya. Makanya, pilihan merantau menjadi opsi paling terbaik yang bisa Shandy lakukan. Terlepas dari Fiki menerima atau tidak, nyatanya Shandy tetap pergi dengan tekad yang ada di dalam dirinya. Mama masih terus menghubunginya dengan alasan Fiki yang mencarinya setiap hari, namun Shandy tetap bilang ia nanti akan pulang. Tapi, saat hari raya pun tetap sama, Shandy tidak pulang sekalipun untuk melepas kerinduan dengan sang adik yang selalu menahan tangis di saat menelponnya.

"Nggak usah sok-sok kuat," sindir Shandy saat mendengar hembusan napas sang adik yang terasa berat.

"Apa?" Terdengar suara Fiki yang serak dari seberang sana.

"Kalau kangen Abang bilang aja sih."

"Apa sih?" Suara Fiki terdengar meninggi. "Nggak usah kepedean."

"Orang beneran kok, tuh pasti lagi nangis sekarang."

Hening. sampai akhirnya Shandy mendengar isakan pelan dari seberang. "Abang ... kapan pulang sih? Nggak kangen apa sama Fiki?"

Shandy terkekeh. "Nanti Abang pulang."

"Abang janji gitu terus, tapi nggak ada tuh balik kampung." Fiki mendengus, membuat Shandy benar-benar tergelak. "Udah lah, Fiki aja ya yang susul Abang. Kuliah di sini."

"Masih lama lah, Bang."

"Sebentar lagi kok," sanggah Shandy.

Fiki terdiam. Lalu, panggilan dimatikan begitu saja. Kebiasaan Fiki kalau sudah nangisnya parah pasti langsung dimatikan panggilannya. Disusul dengan pesan dari sang ibu yang mengatakan jika Fiki menangis sampai ketiduran. Shandy tertawa, tapi bersedih di saat yang sama. Ia merindukan sang adik, tapi pulang benar-benar bukan opsi yang terbaik untuk Shandy.

***

"Lo seriusan bilang Shandy masalah Papa?"

Nindy sedang asik tengkurap di atas ranjang sambil memakan buah melon dan menonton series di saat sang kakak tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan bertanya kepadanya.

From Shandy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang