3. Antara Moka Mochi dan Mama Yang Cepu

2.1K 383 98
                                    

"Sometimes being a brother is even better than being a superhero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sometimes being a brother is even better than being a superhero."

— Marc Brown

***

"Heh, kalau habis makan itu cuci piring!"

"Udah berapa kali sih gue bilang kalau ke kamar mandi itu jangan pakai sandal!"

"Fiki itu makanan kucing taruh di teras depan aja. Jangan di dalam rumah nanti berceceran!"

Kehidupan di kosan tanpa teriakan marah-marah dari Fenly itu rasanya seperti makan sayur tanpa garam, iya nggak ada rasanya ; hambar. Meskipun sudah tinggal cukup lama di kosan Pak Asyuaeib, entah bagaimana Fenly masih belum terbiasa dengan kelakuan para penghuninya. Apalagi kelakukan dari kakak beradik yang membuat semua orang geleng-geleng kepala.

"Gimana kosnya? Enak?"

Mengetahui sang anak yang sangat sulit beradaptasi karena sifatnya yang sangat mencintai kebersihan, mama masih sering menanyakan kepada Fenly apakah anaknya betah di kosan yang sekarang atau tidak. Apalagi mengingat sebelumnya Fenly kerap kali pindah-pindah kosan karena tidak nyaman dengan teman-temannya, membuat sang mama cukup khawatir akan hal itu.

Dan jujur saja, Fenly seringkali merasa tidak nyaman karena teman-temannya yang sulit sekali diatur, apalagi Shandy yang bisa saja menyimpan cucian kotor hingga menumpuk di sudut kamarnya.

"Kenapa ditumpuk aja Kak cuciannya?" Pernah Fenly bertanya saat tidak sengaja masuk ke dalam kamar Shandy untuk mengajak laki-laki itu makan malam bersama dengan anak-anak yang lain.

Shandy yang masih sibuk menonton anime di laptopnya hanya melirik keranjang cucian sekilas lantas berkata, "Tunggu banyak dulu lah, Fen. Kalau sedikit-sedikit kan buang-buang air dan detergen."

Halah, alasan!

Fenly yang mendengar jawaban begitu hanya mengangguk-angguk dan memilih untuk undur diri. Meskipun ada sedikit perasaan tidak terima dalam dirinya.

Fenly mengangguk. "Enak kok, Ma. Anak-anak yang lain juga baik."

Mama di seberang sana terkekeh. "Kalau kebersihan gimana?"

Hening seketika melanda, membuat sang ibu kembali bertanya, "Kurang bersih ya anak-anaknya?—"

"Nggak kok, Ma. Mereka ngertiin Fenly."

"Oh yasudah, syukurlah. Kalau emang kamu nggak nyaman di sana, bilang saja ya. Nanti Mama carikan kosan yang lain, yang masih dekat dengan kampus."

"Iya, Ma."

Alasan karena tidak ingin menyusahkan sang mama, membuat Fenly akhirnya mau tidak mau harus terima dengan perilaku teman-teman kosannya sekarang.

Semua akan terbiasa. Pikir Fenly.

***

"Mochi, kamu makan di sini aja ya. Jangan di dalam, nanti diomelin sama cowok yang namanya Fenly."

From Shandy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang