21. Bang, gue salah apa?

1.2K 248 39
                                    

Hi! Maaf kalau ada typo, selamat membaca!

"You can choose to feel sad of what you lose in your life or happy of what you have

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You can choose to feel sad of what you lose in your life or happy of what you have."

— Unknown

***

"Nin, makan dulu."

Nindy masih berkutat di depan layar laptopnya saat sang kakak malongok ke dalam kamar untuk mengajaknya makan makan. Namun, seakan tidak mendengar, Nindy malah diam tanpa menyahut sama sekali membuat sang kakak mendengus sebal.

"Turun sekarang, kerjaan bisa dilanjutkan nanti kok."

"Nggak bisa, gue harus ngerjain rekapan penjualan, Kak."

"Ya iya, tapi bisa diterusin nanti, kan?"

Mendengar sang kakak yang terus mengoceh membuat Nindy mendesah malas, karena dia tidak akan bisa fokus dengan kerjaannya jika terus mendengar suara sang kakak yang bersikeras mengajaknya makan malam. Padahal biasanya juga mereka kerap kali melupakan makan malam bersama karena kesibukan masing-masing. Nindy lebih sering makan malam sendiri di kamar bersama kerjaan dibanding makan malam bersama keluarga dengan obrolan-obrolan ringan. Apalagi semenjak sang kakak menikah, Nindy benar-benar merasa sendiri.

"Gue bisa makan nanti, Kak. Bukannya biasanya begitu?"

Sang kakak hanya mengedikan bahu acuh. "Kalau lo nggak mau menolak masalah perjodohan sih nggakpapa. Soalnya Papa ngajakin malam bersama sekalian minta pendapat lo masalah ini. Meskipun hubungan keluarga kita terkesan dingin, tapi kita semua masihlah manusia yang memiliki perasaan, Nin." Setelah itu pintu kamar kembali ditutup, menciptakan keheningan kembali menyambangi kamar Nindy. Mendengar ucapan sang kakak membuat Nindy akhirnya memilih bangkit dan meninggalkan pekerjaannya sementara. Benar, pekerjaannya bisa dilanjutkan nanti.

"Jadi, gimana menurut kamu, Nin?"

Nindy tidak menyangkan jika sang ayah benar-benar meminta pendapat atas masa depannya. Ia mengulum bibir, memilah-milah kata yang tepat untuk ia suarakan kepada sang ayah.

"Maaf sebelumnya, Pa," kata Nindy membuka pembicaraan. Semua orang di meja makan memberikan atensi besar kepada perempuan berambut kecoklatan tersebut. "Tapi, Nindy benar-benar nggak bisa menerima perjodohan ini. Karena Nindy udah punya pilihan Nindy kalau Papa lupa sama Shandy." Setelahnya Nindy menunduk, menunggu respon apa yang sekiranya akan ayahnya berikan. Tapi, semua benar-benar diluar dugaan.

"Papa mengerti. Kalau begitu perjodohan ini nggak akan dilanjutkan. Makasih sudah jujur sama Papa, Nin. Karena kebahagiaan kamu adalah yang utama."

Nindy tersenyum, tatapannya tidak sengaja jatuh kepada sang kakak. Perempuan dengan selisih lima tahun dari usianya itu juga melemparkan senyum tipis. Hatinya menghangat. Keluarganya memanglah dingin, tapi mereka tetaplah manusia yang memiliki perasaan.

From Shandy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang