Hi, maaf kalau ada typo. Selamat membaca!
"I don't want you to hear that I love you, but want you to feel it without me having to say."
— Uknown
***
Farhan rasanya sudah lupa bagaimana tidur dengan nyaman, karena berbulan-bulan dirinya disibukkan dengan berbagai macam kebutuhan untuk acara pernikahannya. Bersama Rani dia bersama-sama melengkapi segalanya secara mandiri. Sengaja tidak melibatkan banyak orang agar lebih terasa perjuangannya, tapi nyatanya lelah juga mengurusi segalanya hanya berdua. Dari mulai mencari wedding organizer, testing food untuk catering, bahkan sekadar mencetak undangan mereka lakukan bersama-sama. Saling bahu membahu untuk menciptakan pesta pernikahan impian mereka. Namun, kenyataanya ternyata semelelahkan itu, jika tahu begini mungkin Farhan akan mengerahkan tenaga adik-adiknya di kosan untuk ikut turut membantu. Tapi, toh Farhan dan Rani berhasil menyelesaikan semuanya hingga sembilan puluh persen sempurna di waktu yang kurang dari sebulan lagi untuk mereka melangsungkan pernikahan tersebut.
Saat matahari kembali ke peraduan, Farhan baru terbangun dari lelapnya alam mimpi karena baru berhasil tidur pukul dua belas siang setelah dirinya menyambangi gedung tempat acara. Melihat apakah sekiranya gedung tersebut cukup layak untuk menampung tamu-tamu undangannya.
Sebenarnya karena rasa lapar yang menggerayangi diri Farhan mengingat dia hanya makan saat siang hari. Itu juga dipaksa-paksa oleh Rani yang sudah menelpon dirinya berulang kali dari tempat kerjanya. Terbukti, calon istrinya tersebut masih membanjiri notifikasi di ponselnya saat dirinya terbangun. Farhan terkekeh ringan lantas dengan cepat membalas pesan tersebut ; meningatkan Farhan untuk makan. Dan ya, Farhan pasti makan karena perutnya juga sudah lapar.
Keadaan rumah kosong melompong saat Farhan keluar kamar. Jelas saja, adik-adiknya pasti belum kembali dari kegiatannya. Terkadang Farhan merindukan kebersamaan mereka di rumah, meskipun sekarang juga masih suka ngumpul tapi tidak seperti dulu yang kesibukan saja tidak terlalu banyak. Apalagi, Farhan juga merasa dirinya yang paling sering absen kumpul-kumpul di rumah karena kesibukannya. Dan ia harus membuat kumpuk-kumpul seluruh penghuni kos sebelum melepas masa lajang. Ya, itu harus.
Memilih untuk memesan makanan lewat aplikasi, karena sudah dipastikan Farhan tidak bisa masak dan jika memaksakan diri hanya dapat merusak dapur dan dihadiahi gerutuan dari Fenly. Ketukan pintu membuat Farhan menghentikan kegiatannya berselancar di aplikasi pemesanan makanan untuk mencari santapan yang nikmat. Keningnya berkerut bingung, siapa yang datang di hari menjelang sore ini? Tidak mungkin adik-adiknya karena mereka semua adalah makhluk yang pasti langsung nyelonong tanpa harus ketuk pintu, bahkan sekadar salam saja kerap kali terlupakan.
Memilih untuk meninggalkan gawai dan rasa laparnya sebentar, Farhan akhirnya memilih membuka pintu rumah untuk menghilangkan rasa penasaran.
Lantas, tidak ada hal selain kebingungan yang nampak di wajah Farhan saat menemukan seorang perempuan familier di hadapannya sekarang. Dengan senyuman tipis perempuan itu melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Shandy (Completed)
General Fiction"Semua hanya perihal ditinggalkan dan meninggalkan. Akhirnya tetap sama, yaitu kehilangan. Fase di mana lo akan sadar jika seseorang itu sangat berarti di dalam kehidupan lo selama ini." "Tapi, kalau gue lebih baik meninggalkan daripada ditinggalka...