"Love enters a man through his eyes, woman through her ears."
— Polish Proverb
***
Seperti arti dari nama tengahnya yaitu Sakya yang berarti kebahagiaan, Fiki benar-benar menjadi kebahagiaan bagi keluarganya. Terlebih khusus bagi Shandy. Sejak Fiki lahir, Shandy adalah orang yang paling bahagia karena kehadirannya. Padahal kebanyakan anak seumuran Shandy saat itu sudah tidak ingin lagi memiliki adik karena usia yang terpaut cukup jauh. Tapi, pada akhirnya mereka tetap bisa hidup bersama dengan baik, ya ... tidak baik-baik banget sih. Karena selayaknya kakak adik, mereka juga seringkali bertengkar bahkan pada hal-hal remeh sekalipun.
"Mama! Abang menganiaya Moka!" Rumah seketika gaduh di saat mendengar suara Fiki. Bahkan mama yang sedang memasak untuk makan malam langsung berlari pontang-panting meninggalkan masakannya begitu saja.
"Menganiaya apa—" Kata-kata mama terhenti di saat melihat apa maksud menganiaya yang disebut oleh anak bungsunya. Sontak saja hal itu membuat mama menghela napas.
"Emang Fikinya aja yang berlebihan, Ma," kata Shandy dengan tangan yang masih asik memakaikan sebuah kain kepada Moka—kucing kesayangan Fiki—yang sudah dibuat menjadi baju hasil prakaryanya di sekolah. "Padahal Shandy udah baik banget bikinin baju buat si Moka yang nggak pernah mandi."
Fiki mendengus. "Tapi, tetap aja Abang angkat-angkat Moka gitu. Kalau badannya sakit-sakit gimana hah? Mau tanggung jawab?"
Shandy tidak menjawab dan lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar setelah baju kucing buatannya tersebut terpakai dengan sempurna di tubuh Moka. Fiki yang melihat itu langsung beringsut mendekat. Diusapnya bulu coklat milik Moka dengan sayang. "Kamu nggak sakit kan, Moka?" tanyanya kepada si kucing yang hanya mampu mengeong sebagai jawaban. Fiki yang merasa memiliki keterikatan yang begitu kuat mengangguk khidmat. "Emang Bang Shandy jahat udah angkat-angkat badan kamu buat dipakaikan baju. Nanti Fiki omelin Abangnya."
Shandy yang saup-saup mendengar penuturan Fiki dari dalam kamar akhirnya berteriak, "Fiki jangan mencuci otak Moka ya! Abang nggak sejahat itu loh!"
Namun, Fiki tidak menanggapi dan memilih untuk terus mengelus lembut bulu-bulu coklat Moka yang sebagian tertutupi baju hasil karya Shandy.
Sedangkan mama yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Tidak ingin ambil pusing dan memilih untuk melanjutkan acara masaknya yang tertunda.
"Bang, apa gue minta beliin mama motor aja kali ya biar bisa berangkat kuliah sendiri?" tanya Fiki saat turun dari motor Shandy dan meminta dilepaskan helm dari kepalanya.
Shandy yang mendengar itu bukannya setuju malah memukul kepala Fiki yang masih tertutupi helm.
"Kok mukul sih?" sungut Fiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Shandy (Completed)
General Fiction"Semua hanya perihal ditinggalkan dan meninggalkan. Akhirnya tetap sama, yaitu kehilangan. Fase di mana lo akan sadar jika seseorang itu sangat berarti di dalam kehidupan lo selama ini." "Tapi, kalau gue lebih baik meninggalkan daripada ditinggalka...