"Friendship is a sheltering tree."- Samuel Taylor Coleridge
***
Keheningan melanda di saat Shandy mengajukan pertanyaannya, sampai akhirnya Citra tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata membuat Shandy mengerutkan kening bingung.
"Kenapa lo serius banget sih?" tanya Citra, "lagian mana ada sih orang yang percaya sama jatuh cinta pada pandangan pertama-"
"Gue percaya," potong Shandy.
"Euh .. ya, tetap aja! Aneh banget bayangin kalau gue jatuh cinta sama lo." Citra bergidik geli.
Sedangkan Shandy hanya mengedikan bahunya. "Ya, syukurlah kalau begitu. Gue jadi nggak perlu merasa menyakiti perasaan seseorang."
Citra sempat tertegun. Namun, akhirnya ia mengangguk, dilemparkannya senyum simpul lantas berkata, "Lo nggak pernah menyakiti perasaan siapapun kok. Sekalipun ada yang jatuh cinta sama lo itu udah pasti kesalahan dia karena sudah menjatuhkan hati kepada orang yang salah."
Shandy yang mendengar kata-kata Citra malah menaikan sebelah alisnya bingung. Membuat Citra buru-buru melanjutkan. "I mean, di posisi lo yang sudah mempunyai tambatan hati rasanya aneh nggak sih kalau ada orang lain yang jatuh cinta sama lo juga?" Citra tertawa. "Jadi, kalau ada yang merasa tersakiti itu bukan karena lo. Tapi, karena dia yang salah menjatuhkan hati kepada seseorang yang sedang menjaga hati. "
Dia mengedikan bahu. "Au ah, omongan gue belibet banget."
Shandy tertawa. Laki-laki itu mengangguk khidmat. "Gue ngerti kok."
"Baguslah," jawab Citra seadanya.
***
Fiki itu bukanlah seseorang yang gampang berbaur. Meskipun ia adalah sosok yang periang dan menyenangkan, nyatanya Fiki hanya melakukan hal tersebut kepada orang-orang yang ia anggap dekat. Bahkan Fiki sulit untuk membangun konversasi dengan orang-orang yang baru ditemuinya pertama kali. Kesan awkward selalu melingkupi dirinya, berbanding terbalik dengan Shandy yang sangat mudah berbaur di antara banyak orang.
Makanya Fiki selalu menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan alih-alih makan bakso di kantin bersama teman-ini serius loh, bukan Fiki yang gaya-gayaan. Itu karena Fiki tidak terlalu banyak memiliki teman sejurusan. Bahkan saat Fajri dan Zweitson memaksanya untuk makan di kantin Fiki kerap kali menolak karena tidak ingin menjadi bahan tontonan.
Namun, untuk kali ini Fiki tidak bisa mengelak dengan melemparkan alasan untuk menyelesaikan tugas di perpustakaan. Karena Zweitson dan Fajri sudah berdiri di depan ruang musik saat Fiki menyelesaikan kegiatannya. Kedua teman kosnya tersebut langsung menarik Fiki di saat menangkap pergerakan untuk kabur dari laki-laki berpipi chubby tersebut. Fiki berontak, namun akhirnya mengalah dan mengikuti langkah kaki kedua temannya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Shandy (Completed)
Fiksi Umum"Semua hanya perihal ditinggalkan dan meninggalkan. Akhirnya tetap sama, yaitu kehilangan. Fase di mana lo akan sadar jika seseorang itu sangat berarti di dalam kehidupan lo selama ini." "Tapi, kalau gue lebih baik meninggalkan daripada ditinggalka...