bab 3

16 2 0
                                    

Di tengah perjalanan, hujan turun, membuat Anggi tak ragu mengeluarkan air matanya, kenangan indah itu masih terasa manis di benaknya, namun semua telah berubah dengan begitu cepatnya, kenapa? Kenapa!!?

“ Van, ”

“ Hmm, ” jawab Revan.

“ Nanti gue harus bilang apa kalau ketahuan ke hotel bareng lo? ” Tanya Anggi cemas, tersenyum getir, satu satunya caranya untuk membuat dirinya goyah akan hatinya sendiri.

“ Gak akan, kan gue juga gak ngelakuin apa apa ke lo, ” ujar Revan dengan nada datar, dia cuma ingin kembali baik pada Anggi, gadis yang dicintainya sejak kecil, meski mereka sendiri pun masih belum yakin akan hubungan mereka.

“ Tapi sahabat gue tuh suka banget ngelaporin orang, ” Revan tetap menggeleng, dia percaya akan dirinya sendiri bahwa mereka tidak akan dicurigai. Kecuali kalau memang satu malam penuh Anggi tidak pulang, itu baru pantas!!

“ Ah, lo terlalu cemas aja, santai aja, kok lo udah kaya dikejar psikopat aja, ” ujar Revan, entah kenapa kali ini dengan nada bercanda, ah, ini bukan rasa cintanya! Bukankah ini terlalu cepat memaafkan kesalahan Anggi?

“ Van, lo tau sendiri kan bokap gue kek gimana? ” dengan nada sesak, takut dia kena marah lagi, karena dikira melakukan hal yang tidak tidak, padahal ya gak papa sih.

“ Lo itu terlalu cemas, lo tenang aja, ” ditengah terjangan hujan Anggi tak tahu lagi harus berkata apa, bagaimana juga kalau sahabatnya itu mencarinya? Atau bahkan melaporkan nya? Anggi melihat kearah hape nya.

“ Yah mana hape gue batere habis lagi, ” ucapnya kini hampir——hampir doang—— putus asa, ya, dia tak bisa menghubungi Vania dan Sisca yang mungkin kini sedang mencari-cari dirinya.

“ Arghhh!!! (Mengacak acak Rambutnya sebal), lo sih, Van! Ngapa juga sih lo harus bawa gue ke hotel segala? ” Tanya Anggi dengan nada marah, emosinya sedang Teraduk, tak bisa dijelaskan lagi, mukanya merah padam, saking marahnya. Tak terasa kini air matanya ikut jatuh, dia akan kena marah selama lebih dari seminggu.

“ Kalau gak salah gue pernah lihat berkali kali lo di culik Dira, berkali kali!! Terus kenapa lo gak belajar dari kesalahan lo? Apa lo nyaman nyaman aja sama Dira? Sementara sama gue udah kek musuh bebuyutan? ” Tanya Revan dengan nada datar, menurunkan kecepatan mobilnya, Anggi jadi deg degan, dia ingat persis kapan dia di motor yang sama dengan Dira, tak ia sangka Revan mengawasinya? Menelan ludah, situasi ini makin menjadi saja.

Kini situasi mengubah mereka berdua menjadi senyap, tak ada lagi yang berbicara, Anggi takut kalau Revan masih marah dengan dirinya karena kesalahannya dulu, mungkin dia menganggapnya sepele, namun dia benar benar tak tahu beda point of view dengan Revan.

“ Van, ”

Revan tak menjawab, bahkan tak berdehem, dia tak mendengar perkataan Anggi, dunianya masih penuh dengan masa lalu.

Anggi tertunduk, sudahlah, ikuti kata takdir, entah itu baik atau buruk, bukannya setiap manusia pernah mengalami hal yang tak diinginkan nya?

“ Gue mulai yakin kalau seharusnya gue gak terlibat ini semua, ” Revan berpikir sejenak, maksud Anggi apaan lagi? Batinnya.

“ Maksud lo apaan, Nggi? ” Tanya Revan mengerutkan keningnya, masih fokus mengemudi, sudah sampai di komplek perumahan Anggi, tinggal sebentar lagi sampai.

Wedding With Two Love Two Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang