bab 4

13 2 0
                                    

Anggi begitu deg degan, menelan ludahnya dengan susah payah, dalam batinnya 'Anjirr ngapa harus ada Revan segala sih? Jangan jangan bener perkiraan gue kalo Revan ketahuan nyulik gue, duh!' Anggi yang panik kini bisa berbuat apa? Dia kan sudah bilang, ah, lagian Revan segala sih pake culik culik kan padahal cuma mau Nostalgia.

" Nak, ibu mau tanya, apa bener kamu berbuat mesum di hotel? " Tanya ibu dengan nada ketus, tatapannya, membuat keringatnya bercucuran, suasana seketika menjadi pengap, dia tak bisa berkata kata, sudah terlanjur meminum pil pahit nya.

" Nggak bu, Anggi mana mungkin melakukan itu! "  Menunjuk Revan, dengan nada gugup, lagipula dia memang tidak melakukannya kan? Kenapa harus membawa bawa dirinya?

" Kamu jujur sama ayah sekarang juga, kamu pulang diantar Revan kan?! " Tanya Ayah marah, dia mendekat kearah Anggi, ingin sekali rasanya dia mencekik putrinya itu, yang sudah bertindak kelewat batas, padahal semua itu hanya salah paham, membahas yang begituan saja Anggi malah menjauh, bagaimana mungkin ia bisa melakukan hal begituan?

" Sungguh ayah, aku nggak melakukan apa apa!! " Bantahnya, dia mana takut kali ini, dia mencoba membantah, dia memang tak melakukan apa apa! Ini semua cuma fitnah dari mata ke mulut.

" Kamu nggak perlu lagi bohong sama ayah, karena ayah sudah punya bukti yang kuat, kalau dia menculik kamu, lalu membawa kamu ke hotel! " Ujar Ayah dengan nada ketus, Anggi menelan ludahnya, dari mana ayahnya mengetahui semua itu?

'Sial, kudu apa gue sekarang? Moga aja ayah nggak ngira kita ngelakuin hiya hiya,' Batinnya yang cuma bisa menelan ludah pahit. Darimana sih ayahnya tahu semua itu kalo dia emang diculik. Apa jangan jangan dua sahabat gue yang laporin gue? Batin Anggi, dia tentu satu satunya tersangka, karena siapa lagi yang mau mengawasinya dua puluh empat jam?

" Yah, kasih Anggi waktu bentar, " ucap Anggi menelan ludahnya, sudah gila apa dia berani beraninya bicara begitu pada macan tidur yang terbangun.

Ayahnya mengangguk, hah? Tumben segampang itu berurusan dengan macan tidur, batin Anggi, tak pakai basa basi lagi, Anggi pergi ke arah Revan dan menarik lengannya. Revan mengerutkan keningnya, kenapa Anggi menariknya ke dapur?

" Van, kok bisa ketahuan kek gini sih? " Bisik Anggi, tapi dengan nada agak keras, sungguh sial banget apa yang dia takutkan malah jadi kenyataan.

" Ya mana gue tau, Nggi. Tadi gue pulang terus mereka marah, gua tanya ada apa, eh mereka malah ngajak gue ke rumah lo, asli Nggi, gue gak tau apa apa, " mendengar alasan itu tentu Anggi percaya, nyatanya baru saja Revan mengantarnya pulang, kan nggak mungkin banget.

" Eh bentar, katanya lo nginep di hotel? " Revan menggeleng, petanda dia tak jadi menginap di hotel, Anggi hanya ooo aja.

" Van, terus siapa dibalik semua ini? " Revan Mengerutkan keningnya begitu mendengar ucapan Anggi itu, ya mana dia tahu, kenapa tanya dia?

" Van, lo udah ceritain yang sebenernya kan? " Revan mengangguk, dia tentu dari tadi sudah ribut ribut menceritakan yang sebenarnya terjadi kalau dia cuma ingin nostalgia, tapi tetap tak ada yang mempercayai nya.

Sebenarnya Revan memang asli kangen dengan Anggi, sudah lama sekali mereka tidak berkomunikasi, hingga membuat Revan terpaksa menculik Anggi, meski ia tahu apa resikonya yaitu yang sedang terjadi saat ini. Namun ntah apanya yang salah, cinta yang sudah lama tumbuh di dalam hatinya sudah terkubur hatinya yang muram, tidak seperti dulu dimana dia begitu bucin—budak cinta— dan perhatian sekali dengan Anggi, tidak seperti saat ini.

Mereka sama sama terdiam, hening yang selalu menghantui kini datang diantara mereka, biarkan mereka berada di dunia mereka masing masing saat ini, di pikiran mereka yang tak ada habisnya.

Wedding With Two Love Two Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang