Anggi meletakkan hape nya si meja rias, dia sibuk mendandani dirinya sendiri, karena malam ini rencananya dia akan pergi ke restoran dengan kedua temannya itu, langka sekali kesempatan seperti itu, diizinkan keluar malam malam.
Anggi menghentikan aktivitas nya begitu dia melihat ponselnya yang berdering, dia lalu mengambil ponselnya, dan mengecek, siapa yang menelponnya.
Anggi mengerutkan keningnya, dia orang yang tak ada di kontak, tapi tak pikir panjang Anggi dengan bar-bar mengangkat telepon itu dengan alisnya yang menajam.
“Heh, lo siapa bangsat?!” Tanyanya Ngegas, karena kalau tidak bisa tau sendiri apa yang terjadi selanjutnya. Orang itu tertawa kecil.
“Xixixix, yakali lo gak kenal gue,” ucap Pria itu dengan nadanya yang dibuat buat, seolah-olah itu bukan dirinya, Anggi berdecak kesal, dia lalu kembali ngegas, ingin rasanya dia menyeret pria itu hingga keluar dari hapenya.
“Siapa lo anjing?!” Tanya Anggi yang lagi lagi ngegas, oke, dia masih punya urat kesabaran, dia belum memutus urat kesabarannya.
“Ininsial gue errrrr,” ucapnya kemudian terkekeh kecil, apa kah benar yang dikatakan Anggi seorang, kalau dia tidak mengenal sosok Re ... Van.
Anggi mengerutkan keningnya, huruf R, siapa dia? Ah, setelah dia sadar, ingin sekali rasanya ada yang menggaruk nya dengan pisau, sungguh, ini serius dia?
“Van, jan bilang ini lo,” ucap Anggi dengan nada datar, mencoba memastikan, itu benar dia atau bukan. Revan terkekeh geli, sudah tahu itu dirinya, kenapa masih pakai banyak tanya segala?
“Lo liat gue sebagai siapa?” Lihat, tapi gue cuma denger. Batin Anggi, oke, Revan kini sudah mengeluarkan suara aslinya dan terlihat sekali siapa dirinya, bahwa memang sosok yang sedang menelpon Anggi menang benar Revan.
“Mo ngapain?” Tanya Revan, ingin melihat bagaimana Reaksi Anggi, jujur dia agak kangen karena saat ini sia di rumah sendirian, padahal, malam itu dia masih bersama didampingi sosok cewek itu.
“Mo tutup ni telpon!” Jawab Anggi dengan menaikkan nadanya, dia kemudian membanting hape, namun, dia lupa mematikan telponnya dengan Revan, alhasil mereka masih tersambung.
“Heh, jujur lo nggak perlu jauh ke gue,” ucap Revan, terlihat datar sekali, namun tak dipedulikan Anggi, lagipula sih, Karena dia sudah selesai berdandannya, dia lebih baik berbaring di kasur nya sampai teman temannya memberikannya SMS melalui WhatsApp.
“Nggi, lo denger gue kagak?” Seolah bisa diprediksi, bagaimana Revan bisa tau kalau Anggi ada di kasur sedangkan dirinya saja tak bergerak dan hampir tak bernafas.
“Nggi, ini gak lucu,” oke, urat kesabaran nya mulai putus, Anggi menarik nafasnya dalam dalam kemudian mengambil hape nya tersebut.
“Gue juga serius!!! Gak ada yang lucu disini?! Apanya yang lucu coba?!” Tanya Anggi, kembali dengan nada ngegas ala ala nya.
“Dih, ngegas. Baru denger gue setelah bertahun-tahun lamanya,” ucap Revan tersenyum tipis, ah, siapa juga yang mau menghiraukan nya?
“Dih, nge gombal,” ucapnya mendelik tajam kearah ponselnya, ingin mematikan telepon, but, apa yang akan dia lakukan setelahnya?
“Ck, kamu berubah seratus persen, Nggi.” dengan nada tawa khas nya, Revan kembali menggunakan kata kamu-aku pada Anggi. Anggi merasa jijik dan muak, mereka bukan pacar lagi sejak Anggi bertengkar dengan kedua temannya itu!!
“Lo juga berubah, Van.” ucap Anggi pelan, dia menggigit bibir bawahnya, tiba tiba perasaan masa lalu yang kini hanyalah sebuah kenangan berwarna putih abu abu tentang masa lalu itu, kembali lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding With Two Love Two Way
RomanceKetika cewek pendiam bertemu dengan cowok cerewet yang terkurung dalam lemari es dan sudah sama sama memiliki pacar. Lalu harus menikah? Kisah manis dimulai saat mereka memutuskan pacar yg bukan takdir mereka. lantas dapatkah mereka hidup begini? Ma...