bab 5

12 2 0
                                    

Tak bisa menolak, mereka akhirnya menyetujui bahwa mereka akan menikah sesegera mungkin, Minggu depan. Namun Anggi dan Revan sama sama berjanji kalau mereka akan menyimpan rahasia ini, karena diberi tahu pun mereka tak akan percaya, ini sebenarnya cuma perjanjian semata mereka, entah kedepannya akan bagaimana.

seminggu berlalu sudah, ijab qobul sudah dilakukan satu jam lalu, kini Anggi merasa sangat lelah, dia berbaring di ranjang nya, ini mungkin terakhir kali ini berada disini, dia pasti akan merindukan tempat ini, Anggi akan pindah sejauh mungkin, di apartemen, dimana mereka bisa hidup mandiri tanpa uang jajan dari orang tua mereka.

" Bang, gue bakal kangen sama tempat ini, " ucap Anggi dengan nada sedih, kamar inilah yang sudah ia tinggali selama lebih dari 16 tahun, bagaimana ia bisa dengan mudahnya melupakan kamar yang penuh kenangan ini?

" Abang juga bakal kangen sama ocehan mu yang kek setan, " mendengar itu Anggi langsung bangkit, seenaknya saja dia dikatai setan, memangnya dia cerewet?

" Idih, adek lo sendiri lo panggil setan, pacar lo yang kek iblis lo bilang manis, " dengan nada mengejek, ya, mengejek siapa lagi kalau bukan kebodohan abangnya?

" Woy, gausah ya lo ejek Diana, tuh kan kek setan mulutnya, " kini giliran mengejek, sesaat  mereka saling diam, kemudian sama sama tertawa lebar, humor mereka anjlok ntah karena apa.

" Bang, gimana kalo gue kangen sama ni kamar? Ini kamar kesayangan, " lebay, dia ingin bersenang senang di hari terakhirnya di rumah ini, abangnya mengerti itu, tapi ada rasa senang karena sebentar lagi dia bisa guling guling bebas di ranjangnya ini.

" Alah udahlah, kemas kemas nya udah kan? " Anggi mengangguk dengan senyum tipis, agak gak rela banget sih kalau dia harus meninggalkan kamar kesayangan nya.

" Yaudah kalau gitu, dah sana, " Anggi mengangguk tidak pasti saja, tak mau membuat suaminya menunggu. Eh, dia sebenarnya belum bisa menyebut Revan suaminya, karena mereka hanya dijodohkan di waktu SMA.

" Bye, bang. " Dengan senyum dan membawa backpack nya, Anggi menutup pintu, kenapa dia dipindahkan tiba tiba? Karena orang tuanya yang merancang dunia pernikahannya dimana Revan dan Anggi akan terbiasa hidup mandiri, lantaran mereka sudah menikah.

Anggi menuruni tiga anak tangga di rumahnya, dia kemudian melihat Revan yang tersenyum menghadapnya, tapi dia biasa saja kok. Dia mencoba sementara untuk tidak memikirkan Dira, dia bukan suami sah nya, ah, sebenarnya menganggap Revan adalah suaminya saja masih mustahil bagi Anggi, mengingat mereka hanya sekedar teman tapi mesra.

" Dah siap say? " Tanya Revan dengan nada datar, dia berdiri dari tempat duduknya, Anggi mengangguk, mereka lalu keluar dari rumah ini, menuju ke dunia mereka yang dewasa.

Sebenarnya, mereka belum merasakan cinta mereka telah kembali, mereka merasa benih cinta yang ditanam selama ini kini terkubur rapat rapat di hati mereka, mereka saat ini hanya melakukan sandiwara untuk tidak menyusahkan orang tua mereka, keputusannya begitu singkat dan tak bisa mengelak.

Tiga puluh menit perjalanan, barulah mereka sampai ke sebuah rumah yang besar, yang sudah dibeli orang tuanya Revan.

" Masuk kuy, " ucap Revan kemudian diiyakan Anggi, mereka masuk, isi rumahnya tidak terlalu buruk, menggunakan cat berwarna cerah, sama seperti rumah Anggi sebelumnya.

" Van, sebenernya kalo gue tinggal di rumah lo juga ga papa kan? " Tak dijawab Revan, dia sedang sibuk mengemasi semua barang yang ia bawa, entah kedepannya akan seperti apa pernikahan mereka, namun esok hari pun mungkin akan rapuh.

" Hah? Lo ngomong apa Nggi? Gue gak denger, " ucap Revan terlihat ketar ketir dengan semua barang yang dibawanya, Anggi yang menyadari itupun langsung bergegas membantu suaminya, eh, suami?

Wedding With Two Love Two Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang