part 15

8 1 0
                                    

Di mobil*

“Gimana konsernya tadi?” Tanya Revan cekikikan, sudah jelas tadi itu live acoustic karena nggak begitu di tempat ramai.

“Gila ya kamu, kita tuh dah kaya orang reunian tau gak? Lulus SMA aja belum,” mengerucutkan bibirnya, membuat Revan tertawa lagi.

“By the way gimana lagunya tadi?” Tanya Revan mengelus rambut perempuan disampingnya tersebut. 

“Lumayan sih Van,” jawab Anggi nyengir kuda, karena kalau dia boleh jujur, lagunya ngena banget.

Anggi tersenyum tipis, ternyata Revan berubah juga jadi cowok yang menyenangkan. Revan yang memperhatikan itu melemparkan senyumnya berlangsung hingga akhirnya mereka sampai di rumah mereka.

“Mau turun sendiri apa jadi bayi?” Tanya Revan menggoda, membuat Anggi tersenyum malu, pipinya begitu memerah, inget ya dia nggak boleh terlalu dimanja. Anggi kemudian komat kamit menirukan ucapan Revan tanpa suara.

Anggi masuk kedalam rumah nya, dia langsung pergi ke lantai paling atas untuk langsung tidur, dia membaringkan tubuhnya dan matanya langsung terpejam karena dia sangat mengantuk.

***

Keesokan harinya Anggi sudah memasak telur, karena dia tahu nasi gorengnya rasanya tidak enak.

Terlihat dari balik tirai terdapat bayang bayang Revan yang saat ini sudah mengenakan seragam ala anak SMA.

Revan tersenyum sembari merapikan pakaiannya, mendekat kearah Anggi dengan romantis, dan mengusap rambutnya hingga membuat Anggi kaget kemudian langsung menoleh. Dia tak lupa tersenyum karena tahu siapa yang datang menyambutnya pagi pagi.

“Masak gitu doang?” Tanya Revan dengan senyumnya. Anggi nyengir, dia sudah hampir kehabisan kesabarannya, mungkin kalau Anggi adalah sosok kartun, dia sudah mengeluarkan sebuah asap dari telinganya.

“Ntar masak nasgor gak enak,” jawab Anggi enteng tanpa pikir panjang, dengan mengerucutkan bibirnya.

Revan terkekeh pelan, dia kemudian kembali ke kamarnya untuk menyiapkan peralatannya untuk pergi ke sekolah.

***

Di sekolah, Anggi lagi lagi harus menelan sebuah pil yang membuatnya pusing, karena kini dia harus main pentas drama, sesuatu yang paling dia benci.

“Eh, lo udah siapin naskah Nggi?” Jangan bertanya pada Anggi, karena gadis itu lebih pemalas dari binatang Kukang.

“Siapin aja sendiri, gue bagian akting aja,” jawabnya enteng, jujur dia lebih malas merangkai naskah untuk pentasnya nanti.
Vania berdecak kesal, biasalah temannya itu yang selalu mager di  manapun, kapanpun.

Anggi keluar dari kelasnya dengan datar, dia tak menyadari Revan yang sedari tadi duduk jongkok disebelah pintu kelasnya sembari bermain game online yang sedang naik daun.

“Eh, Van, lo disini ternyata?” Tanya Nggi kembali menggunakan bahasa Lo-Gue ketika mereka berada di kelas. Revan langsung mematikan ponselnya dan menengok kearah Anggi.

“Iya, kam—” belum selesai bicaranya, Anggi sudah memotong ucapannya, Revan seketika teringat dengan janjinya kalau dia tidak akan berpacaran di sekolah dan menggunakan bahasa sehari-hari mereka di sekolah.

“Lo udah selesai dengan pentas drama lo btw?” Tanya Revan yang membuat Anggi menggeleng kepala, dia saat ini tak mau membahas masalah itu dulu.

Revan mengangguk paham, dia kemudian mencoba mencari kata yang pas agar membuat keadaan nya agar tak hening.

“Ke kantin?” Anggi mengangguk dengan senyum tipis, mereka kemudian saling melempar tatapan dan berjalan menuju kantin, membuat semua orang yang menyaksikannya bertanya-tanya ada apa gerangan?

Wedding With Two Love Two Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang