part 22: Revan, aku merindukanmu!

11 1 0
                                    

Merindukan seseorang itu wajar, terutama bagi Anggi seorang, dia begitu merindukan seorang Revan. Orang yang sudah hadir di hidupnya sejak kecil, namun masih saja mereka gengsi gengsian bahwa mereka saling tidak mencintai. Dan inilah akibatnya, mereka akhirnya saling rindu. Apalagi masa dimana mereka pacaran setelah nikah, sungguh masa masa indah yang mungkin terjadi sekali saja, dan tak akan pernah terjadi lagi.

“Van, kalo bisa kita ketemu lagi, ya?” Tanya Anggi dalam batinnya, yah daripada dia dianggap gila bicara sendiri. Memang dia gila sih merindukan seseorang.

Anggi membuka foto di hapenya, melihat foto di tanggal ijab qobul nya. Dia memang sengaja melakukan zoom pada foto Revan, yang saat itu putih nya terlalu.

Foto, itu cuma jadi pengobat rasa rindu untuk sejenak waktu, setelahnya tak akan bisa diobati kecuali dengan kehadiran langsung dari orang yang dimaksud tersebut.

Anggi kini masih diam terus menatapi foto itu, baiklah makin lama pandangannya makin menyeramkan. Anggi segera mengklik tombol segitiga yang menandakan dia keluar dari menu galery nya. Dia mematikan hapenya kemudian membaringkan dirinya  di tempat tidurnya yang empuk, yang kini warna sprei nya adalah putih polos.

“Van, lo  denger gue, kan? Lo denger gue dari kejauhan yang menghalangi kita, kan?” tanya Anggi pada dirinya sendiri, efek rindu yang terlalu berat, sehari ini saja dilalui dengan begitu panjangnya.

Anggi menatap langit-langit kamarnya, yang dia rasakan saat ini adalah terbang. Sungguh memori indah beberapa hari waktu mereka Pacaran Setelah Menikah, namun keesokan harinya terganti oleh itu semua.

Hari Minggu ini, terasa begitu panjang bagi Anggi seorang. Ya bagaimana tidak? Pagi pagi jam delapan pagi, dia mencurahkan hatinya, suasana bukannya membaik, namun malah memanas setelah kebrutalan Vania dalam menobatkan Sese yang kerasukan. Akibatnya, Anggi harus mandi dua kali pagi ini karena banyaknya keringat dingin yang mengucur bersamaan dengan air matanya.

Ting tong, tiba tiba ada yang menekan bel pintu rumah Anggi, Anggi yang mendengar itupun reflek bangun dari tempat tidurnya, dia kemudian langsung beranjak dan berlari kecil menuruni tangga untuk mengetahui, siapa yang menekan bel rumahnya?

Anggi membuka pintu, lihat siapa yang datang, cowok yang mengenakan Sweater Hoodie, oke, pagi ini, penampilan cowok itu aneh sekali. Bahkan membuat tangis Anggi terhenti, dia justru tertawa geli melihatnya.

“Ngapain lo pake sweater panas panas gini?” Tanya Anggi menutup mulutnya yang malu karena dia sedang tertawa. Tidak dijawab, hanya dengan senyuman tipis, dia kemudian masuk dan duduk di sofa milik Anggi itu. Anggi mengikuti langkah kaki cowok itu dengan berlari kecil, seperti panggilannya di dengar, cowok itu tiba tiba datang kemari!

“Gue seneng banget, Nggi. Bisa kesini, mana ortu lo betewe?” Tanya Revan celingak-celinguk mencari orang tua Anggi, namun tak ada yang dilihatnya kecuali kosong plong.

“Pergi semua, kecuali Abang noh lagi sibuk di balkon, pacaran online,” jawab Anggi lirih, kembali terkekeh pelan, oke sudahi basa basi nya.

“Hey, lo udah tau belum? Ehem, anu lho,” mengerutkan kening, mulutnya kemudian membentuk O, paham apa yang dikatakan Revan, ia lalu mengangguk dengan senyum yang meyakinkan.

“Maksud lo, surat itu kan?” hatinya benar benar bergetar, ternyata benar dugaannya, Anggi sudah membaca surat tersebut hingga Akhir, sesuai firasatnya.

“Jadi, gimana jawaban lo soal itu?” Tanyanya grogi, oke, ini antara hidup dan mati, jika jawabannya tidak tamat sudah riwayat nya.

Anggi berpikir sejenak, sebenarnya, yang namanya Revan ini adalah lelaki terbaik sepanjang masa yang ia kenal, terlebih lagi, cuma Revan yang membuat semua hari di masa kecilnya berwarna. Tapi, disisi lain, Revan itu tidak bisa dideskripsikan seperti apa rautnya, tidak jelas!

Wedding With Two Love Two Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang