bab 8

11 2 0
                                    

Anggi masih ragu ragu untuk masuk, ada sahabatnya atau tidak ya? Dia tidak tahu harus berkata apa pada sahabatnya begitu mereka tahu Anggi tak ada dirumah itu saat mereka menjemputnya.

Dira menoleh, dia melihat wajah Anggi yang begitu pucat, beda sekali dengan ekspresi nya sebelumnya. Dira kemudian mengerutkan keningnya, tak biasanya Anggi begitu... Pikirnya dalam hati, ah udahlah, baginya ada Anggi pun cukup.

“Nggi, lo kenapa lagi sih? Kok lo kek pucet gitu?” Tanya Dira, membuang cemasnya pun akan sia sia, dia sangat perhatian, hanya pada orang yang dicintainya.

Anggi yang sadar bahwa Dira saat ini sedang mengajaknya bicara, dia lalu menoleh, apa dia harus menjawab bahwa dia tidak apa apa?

“Gue nggak papa kok, Dir,” ucap Anggi menggeleng dengan senyum terbuka yang memperlihatkan deretan gigi nya yang rapi. Melihat itu membuat Dira setengah percaya, tapi sudah.

“Yaudah, masuk,” ajak Dira, namun masih ragu ragu, dia belum ingin masuk, alasannya pun beragam, membuatnya pucat secara tiba tiba.

“Ngapa sih Nggi, gue cemas sama lo,” Dira mengelus lembut lesung pipi dari pacarnya itu, manis, tapi bukan gula.

“Dir, gue mau tunggu diluar aja,” singkat dan tanpa alasan, membuat kening Dira berkerut lagi, oke fiks kali ini dia nggak paham sama kelakuan pacarnya. Eh, pacar?

“Elah, Anggi kok jadi aneh akhir akhir ini, kenapa ya dia?” pikir Dira dalam hatinya, ah bodoh amat, yang penting Anggi masih miliknya. Ya iya dia belum tahu Anggi udah memiliki suami.

“Dir, masalahnya gue nggak mau masuk,” pertanyaan yang saat ini sedang dipertanyakan adalah kenapa dengan Anggi? Sudah membuat kepala Dira menggelembung saja.

Dira kesal, dia ingin masuk tapi dia tak boleh meninggalkan Anggi disini sendirian, lantas sekarang dia harus bagaimana? Membujuk cewek kan sama saja seperti membujuk batu!

Anggi mencoba membuat alasan, jujur saja dia sebenarnya enggan bareng Dira, toh nanti suaminya akan cemburu, dia kan sebagai istri yang baik gak boleh mengkhianati, tapi... Ah, tiba tiba Anggi menemukan lampu di otaknya.

“Dir, gue mau ke toilet, lo aja duluan,” ucap Anggi, semoga kali ini Dira meninggalkannya, karena jika tidak sama saja dia tidak akan lepas dari tangan si iblis bucin itu.

Dia awalnya menoleh sebentar kearah belakang nya, dan tak terlihat tanda tanda dari Dira, dia lalu bersorak senang dan pergi ke kamar mandi berpura-pura.

Anggi membuang tas gendong nya, dia menghela nafas, bagaimana cara agar lepas karena dia tahu lepas dari dia hanya beberapa menit saja, sisanya ketemu lagi.

Anggi berfikir keras, namun tak menemukan jawaban, Anggi menarik nafasnya, dia mencoba rileks saja, mungkin takdir akan berkat lain.

Merasa tenang, Anggi pun segera mengambil tas gendong nya dan segera pergi dari kamar mandi, dia berlari kencang, belum ada tanda tanda Dira.

Deg, apa yang dia lihat saat ini? Anggi merasa situasi kini menjadi horor, dia mendengar sesuatu tak asing.

“ Ih, lebih serem dari film horor, ” ucapnya dengan buku kuduk yang berdiri, dia memeluk dirinya sendiri, dia takut jika terjadi apa apa.

Tak mau semakin merinding, dia lebih memilih untuk menemui Dira, sesaat dia berjalan pelan, dan disitulah dia benar benar terkejut, sampai sampai mengeluarkan nyawanya, tapi bukan nyawa itu yang dimaksud, dia melihat Revan yang sedang bersama Sasha, ini lebih dari sebuah kematian, ini akan membuat perasaan nya akan tercampur rata dengan kesedihan dan kebahagiaan.

Dia senang bahwa Revan lebih memilih Sasha, toh dia bukan siapa siapa, tapi dia cukup sedih mengingat, dosa di mukanya.

*****

Wedding With Two Love Two Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang