Anggi menghela nafas, lagi dan lagi. Dia benar benar sudah capek, tak tahu lagi apa yang akan dilakukannya saat ini.
“Nggi, semua ini memang sudah takdir, kadang memang lucu dengan semua takdir yang manusia terima, tapi semua naskahnya ada pada yang maha kuasa,” ucap Revan sembari menunjuk langit, seolah dia menasehati nya, ya memang sedang dinasehati, sih!
“Kamu ngomong nya kok nggak jelas banget sih, Van.” Jawab Anggi sembari terkekeh pelan menutup mulutnya yang sedang tersenyum.
“Aku serius ini Nggi, tapi kamu malah anggap candaan,” dia kemudian terkekeh pelan, dasar perempuan itu.
Mereka seketika terdiam, kemudian tertawa lepas. Entah apa yang dia tertawa kan hingga se ngakak ini. Anggi kemudian berjalan kearah balkon kamar nya begitu tertawaan nya berhenti, dia menatap sekeliling, seminggu disini saja sudah membuat nya betah, jika dia harus pergi sekarang, apa dia akan betah? Tentu, itu rumahnya!!
“Heh, jangan disitu, ah. Ntar jatuh yang tanggung siapa?” Tanya Revan sembari melilit pinggang Anggi dari arah belakang, kemudian mengecup lembut kepalanya.
Anggi menyentuh tangan itu, tangan yang lembut dari manusia yang galak, haha, cowok yang bernama Revan itu memang sensitif pada segala hal selama Anggi mengenal Revan, namun tak pernah ia tahu Revan juga bisa dingin acuh tak acuh pada seseorang tertentu. So sweet dech.
“Van, aku serius ya ini? Justru perjodohan nya yang membuat kita dekat gini, tapi kok...” Belum usai dirinya berbicara, Revan sudah membungkam mulut Anggi dengan jari jarinya yang lentik.
“Kadang kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan mensyukuri semua takdir, bukan hanya mengeluh!” Nasihatnya, bener sih, lagipula, usia mereka masih terlalu muda, bukan? Jadi mungkin saja ini takdir terbaik untuk mereka...
***
Keesokan harinya, Anggi masuk ke dalam sekolahnya, dia berjalan pelan karena mood nya yang tidak baik untuknya.
Tiba tiba seperti biasa ada dua orang temannya yang merusak hari paginya, ya, siapa lagi kalau bukan Sisca dan Vania yang selalu menyambutnya tiap pagi. Dulu hal itu sangat disukai Anggi namun sekarang dia tak menyukai hal itu karena membuat kepalanya makin pusing.
“Hih, kalian bisa nggak sih gak ganggu gue sehari aja!!” Ucap Anggi dengan nada gemas yang membuat kedua temannya mundur dua langkah, mereka benar benar tidak tahu kenapa temannya berubah secara drastis.
“Napa lo Nggi? Nyesel pilih Revan putusin Dira?” Tanya Sisca yang masih sempat-sempatnya bilang begitu, ya mungkin dia emang gak tau apa masalah Anggi sekarang.
“Nggi, akhir akhir ini kok lo—” belum sempat mengucapkan semuanya, mulutnya tertutup begitu melihat wajah Anggi yang sudah memerah padam.
“Lo nggak akan ngerti urusan gue sekarang!!!” Bentaknya membuat kedua sahabatnya mematung, mereka berusaha mencerna, kenapa temannya yang menjadi kunci persahabatan mereka itu begitu berbeda dari dulu? Sejak malam Minggu terakhir mereka pergi ke bar, melihat Anggi selalu dalam keadaan stres.
“Nggi!”
“Lo kenapa berubah drastis gini? Hiks, lo gak pernah membentak kita sebelumnya apalagi sampai sekeras itu mau menjauh dari kita, tapi sejak kita pergi ke bar hari itu...” Vania masih mencoba mengatur nafasnya, dadanya sudah sesak. Air mata dan keringat sudah mengucur deras menyatu menjadi satu.
“Dan lo berubah seratus delapan puluh derajat.”
“Rasanya, sekarang ketemu lo kek bukan lo, lo kek orang asing buat gue, bahkan mungkin buat Sisca,” menunjuk kearah Sisca sembari memegang dadanya, rasanya sakit sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding With Two Love Two Way
RomanceKetika cewek pendiam bertemu dengan cowok cerewet yang terkurung dalam lemari es dan sudah sama sama memiliki pacar. Lalu harus menikah? Kisah manis dimulai saat mereka memutuskan pacar yg bukan takdir mereka. lantas dapatkah mereka hidup begini? Ma...