part 17

10 1 0
                                    

Anggi memakan makanannya dengan selera nya yang sudah menghilang, kini dia benar benar tak tahu harus apa, hari ini dia akan pulang ke rumah lamanya, sebenarnya ada rasa senang di dalam hatinya, namun dia kini sudah merasa nyaman dengan cowok itu yang kini adalah Husband nya.

“Nggi, ngapain lo?” Tanya seseorang yang terlihat datang menghampiri Anggi yang dari tadi tak punya selera lalu kembali  melanjutkan memakan makanannya.

“Nggak ngapa ngapain, bang. Lagi bengong aja, apa, gak boleh?” Tanya Anggi menatap sinis abangnya, membuat cowok yang dua tahun lebih tua darinya kini tertawa dan mengambil sembarangan brokoli milik adiknya itu.

“Dih, itu brokoli gue, bang. Abang curang ih,” ucap Anggi kemudian dengan semangat dan senyum merona nya kembali merebut brokoli miliknya. Anggi memakan brokoli tersebut dengan cepat, hingga membuat Ron tertawa,sebenarnya rindu juga sih kalau tak ada tawa dengan keluarga, begitulah pikirnya.

Mereka kini terdiam, kini hanya ada suara sendok dan garpu yang bersentuhan, mereka fokus pada makanan mereka. Anggi kembali tak selera mengingat dia harus kembali tidur di tempat itu, rumahnya yang lama. Dirindukan namun merindukan.

“By the way Nggi, lo tau kan ntar pulangnya kemana? Jangan jadi anak nyasar,” ucap Abang Ron sembari terkekeh pelan, namun tak ada respon dari adiknya membuatnya kembali terdiam. “entahlah, Nggi, lo emang aneh, masa baru seminggu, dan lo kek nggak mau pergi ninggalin rumah neraka lo dan Revan. Apa lo udah ada perasaan ma dia?” Batin Ron dalam hatinya, kenapa cepat sekali adiknya itu mencintai temannya, sampai sampai kelihatan sedih, padahal, waktu pertama Anggi mau pindahan, dia bilang...

“Gue bakal kangen banget sama rumah ini, bang,” dengan senyumnya yang tak mudah untuk dilupakan. But sekarang, sudah berubah tiga ratus delapan puluh derajat.

***

Dia berjalan tanpa memikirkan apapun, Anggi saat ini masih mencoba cara agar tidak membuatnya stres, karena jujur dia capek.

Anggi menghela nafas, mungkin, kalau kedua sahabatnya, masih melangkah disampingnya, hingga detik ini, pikirannya tak akan bertambah berat seperti ini. Bukankah, itulah manusia? Yang selalu saja menyesal pada akhirnya, kan?

“Nggi,” panggil seseorang sembari melambaikan tangan nya dari belakang, percuma, Anggi nya hanya bisa mendengar tapi nggak bisa lihat.

Anggi tak peduli, suaranya saja sudah membuatnya muak, dia adalah cowok brengsek yang mau saja disuruh cowok gak punya otak untuk memberikan surat untuknya.

“Heh, Nggi. Gue tau lo denger yang gue omongin,” ucap Andra sembari berlari kecil hingga membelakangi Anggi. Anggi berdecak kesal, sehari saja dia ingin kembali ke beberapa Minggu lalu. Untuk mengubah takdir nya yang tiba tiba menjadi suram seperti ini.

“Lo ngomong apaan coba? Lo, kan cuma manggil gue, kan?” Tanya Anggi kini to the point. Dia malas untuk berbicara, namun setidaknya akan membuat cowok itu tidak cerewet lagi padanya.

Anggi segera melepas genggaman cowok itu lalu berlari kencang menjauh, namun apanya, di kelas juga mereka ketemuan lagi palingan.

Anggi menoleh kebelakang dengan kakinya yang masih berlari, tiba tiba dia menabrak seseorang yang membuatnya tersungkur ke lantai.

Anggi memegangi keningnya dan memijat mijat keningnya, dia meringis, kemudian mendongak, siapa lagi orang yang kali ini dia tabrak? Belum setengah hari hidupnya sudah seperti ini saja.

Anggi membulatkan matanya, dia menutupi mulutnya yang menganga lebar, kini ada Dira yang badannya penuh bekas luka, Dira langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai, membuat Anggi tertegun melihatnya, lebih tepatnya terkejut tak percaya, but, siapa yang melukainya? Anggi berteriak minta tolong, dia memanggil siapa saja, dan nahas, yang pertama datang adalah yang sangat dihindari Anggi.

Wedding With Two Love Two Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang