Anggi masih saja tersenyum senyum sendiri, iya bagaimana dia tidak tersenyum coba, sih? Malam ini benar benar surprise yang paling membuat jantungnya berdetak kencang. Sungguh, manusia seperti Revan sangatlah langka, dan dia tentu hanya satu satunya, untuk Anggi.
Anggi memandangi wajah Revan dengan senyum senyum yang salting, oke, Revan yang menyadari hal itu langsung memandang kearah Anggi, dia juga salah tingkah kali ini.
“Paan, sih. Udah, masuk aja ke mobil,” ucap Revan dengan senyum tipis di bibirnya. Anggi mengangguk, dia kemudian menggenggam tangan Revan kemudian menariknya, berlari kearah parkiran mobil mereka.
“Mana Van, kan ada aku. Kok hatimu masih tetep sepi,” ucap Anggi kemudian terkekeh, bisa saja ucapannya barusan. Dia bahkan menahan tawanya saat mengucapkan itu, setelah mengucapkannya baru dia tertawa lebar.
Revan terkekeh pelan, dia kemudian mengedipkan matanya, diam diam dari Anggi. Kemudian, terlihat lampu ke lampu menyala dengan merambat cepat, pemandangan ini membuat Anggi begitu terpana, ini langka, bahkan mungkin cuma bisa dibuat, atas perintah Revan saja, maklum, orang kaya. Lama lama Anggi bisa mata duitan gara gara sultan tajir melintir itu.
“Sumpah ya kamu ini, Van. Surprise plus romantis banget,” ucap Anggi malu malu, bahkan pipinya kini sudah merah merona, malu malu kucing, sih ini namanya.
Revan tertawa lirih, dia kemudian mengambil sesuatu dari mobilnya, apalagi, kunci mobilnya lah, pastinya. Anggi tersenyum kemudian membuka pintu mobil untuk masuk mobil, sudah cukup tiga puluh menit nya disini, bersama Revan.
Tiba tiba ada yang menarik lengan Anggi hingga membuat Anggi berteriak keras, tapi, mulutnya segera di bungkam oleh seseorang, tak tahu siapa.
Revan langsung berlari cepat, begitu dia melihat Anggi yang sudah tak menyadarkan diri, dan sudah di gendongan orang lain. Sayangnya, larinya kalah cepat dengan orang itu, gesit sekali orang itu.
Orang misterius itu kemudian langsung memasukkan Anggi, dia setelahnya segera menancap gas dan Revan sudah jatuh ke jalan. Payah, payah sekali dirinya. Revan memaki maki dirinya sendiri, kini dia tak bisa menyelamatkan Anggi.
Tunggu apalagi lo Van? Lo harusnya secepatnya kejar Anggi, gue goblok banget! Arghhh!!! Batin Revan yang lagi lagi memaki dirinya, dia tersadar kemudian bangkit dan segera pergi ke mobilnya, untuk pergi mengejar orang itu, mumpung masih sempat, dan tidak melibatkan polisi juga, sih.
Revan pergi kearah dimana orang tadi menancap gas nya, mobilnya sudah tak terlihat, meski sempat sedetik Revan melihat plat nomor nya, namun keadaannya tak ada yang ber-plat itu disini. Oke, kini Revan sudah ketinggalan Jauh untuk mengejar pelakunya, kalau sudah begini. Harus bagaimana dia? Melapor, akan membuat dirinya disalahkan lagi, tidak melapor, dia akan kehilangan nyawa pacar kesayangannya yang juga teman ter the best nya.
Revan menghentikan mobilnya di parkiran supermarket, dia melihat tukang parkir yang meminta uang darinya, Revan memberikan uang lima ribu rupiah, dia kemudian berpikir sejenak. Cuma disini dia bisa berpikir, dulu ini tempat nongkrong terbaiknya.
Revan mengetik nomor Anggi di pencarian kontak nya, dia lalu langsung menghubungi Anggi begitu menemukan nomor itu, namun tak ada jawaban apapun, malah yang terdengar suara mbak operator.
Revan berdecak kesal, kini dia harus bagaimana? Kekesalannya makin menjadi saat dia mengechat Anggi di WhatsApp dengan "P," namun tak ada centang dua sama sekali, ini berarti Anggi sedang tak aktif, kini satu satunya yang bisa dia hubungi mungkin hanya Ron, selagi tak ingin melibatkan orang tuanya. Karena memang hanya Ron yang mengerti masalahnya.
Trrtt... Trrtt... Trrtt... tidak ada jawaban apapun, namun, di tulisannya mengatakan "Berdering" yang artinya dia sedang aktif saat ini, namun mana buktinya? Toh sekarang tak ada yang menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding With Two Love Two Way
RomanceKetika cewek pendiam bertemu dengan cowok cerewet yang terkurung dalam lemari es dan sudah sama sama memiliki pacar. Lalu harus menikah? Kisah manis dimulai saat mereka memutuskan pacar yg bukan takdir mereka. lantas dapatkah mereka hidup begini? Ma...