03 - Who Is She?

7.6K 1.1K 174
                                    

Suasana kelas pagi ini terlihat berbeda karena Senandika tak hadir di kelas pagi ini. Bahkan Reza pun turut tak hadir di kelas.

Tersisa sepasang sejoli korban perjodohan sejak mereka masih bayi. Siapa lagi kalau bukan Dion dan Rissa. Mereka kini tengah bersusah payah menahan kantuk yang melanda.

Sebenarnya Rissa ingin sekali tidur dan memejamkan mata, tapi sayangnya dosen pagi ini merupakan dosen killer yang sangat terkenal seantero fakultas.

"Beb, bangun lah. Entar kalo ketahuan Bu Fifi gue juga kena."

"Beb," Dion sedari tadi sibuk menyenggol dan menepuk pundak calon istrinya. Meskipun entah kapan ia akan menikahi Rissa, tapi yang pasti kini hubungan mereka sudah mendapat restu dari Davina.

Tersisa satu langkah lagi untuk Dion bisa memiliki Rissa seutuhnya, yaitu menyelesaikan syarat yang telah Rajendra berikan kepadanya.

Jujur saja Dion tak keberatan dengan perjodohan yang merupakan ide gila dari ayahnya. Toh, Rissa memang cantik, humoris, ramah. Tipe istri idaman Dion banget deh intinya.

"Pul, aku ngantuk. Pinjem bahu kamu bentar dong." Rissa berujar.

Dion tersenyum sumringah. "Gak usah ijin, Beb. Nih, bahu gue selalu siap buat jadi tempat bersandar lo dan anak-anak kita besok." Cielah! Gayamu Bambang.

Dion tersenyum saat Rissa mulai menyenderkan kepalanya di bahunya. Namun di sepersekian detik itu juga Rissa terperanjat kaget saat pintu kelas terbuka.

Tampak Fira melangkah masuk ke dalam kelas.

"Fira kenapa?" gumam Rissa.

Rissa menyoroti Fira yang kini melangkah ke kursinya, gadis itu baru saja kembali dari toilet. Namun kini matanya memerah, entahlah ada apa dengan gadis itu.

"Fira kenapa pake masker terus ya, Beb? Apa jangan-jangan dia vampir yang takut matahari?" Dion menyeletuk.

Rissa menoleh ke arah Dion dan menggeleng tak tahu.

"Kayanya dia habis nangis atau marah deh, ada masalah mungkin." balas Rissa.

Dion mengamati Fira dengan seksama. "Iya kayanya. Habis putus sama pacarnya kali."

"Ish, kenapa gue jadi iba ke dia? Gue kan masih kesel gara-gara dia ngeluarin gue dari grup." lanjut Dion.

Rissa terkekeh dan mengusap lengan pria yang dijodohkan dengannya. "Sabar ya, Ipul ku."

Mendengar hal itu Dion terkekeh dan mengacak-acak rambut Rissa. "Makasih, Beb."

Waktu terus berlalu hingga kini kelas sudah berakhir. Rissa dan Dion melangkah menyusuri lorong berdua. Dan seperti biasa Dion sudah ditunggu oleh para penggemarnya.

Banyak mahasiswi menghalau langkah Dion. Mereka membawa bunga dan juga coklat yang akan mereka berikan spesial hanya untuk Dion seorang.

"Anjir, awas lo ganggu aja!" tukas beberapa mahasiswi mendorong kasar Rissa dan mengepung Dion.

"Dih!" balas Rissa ketus, ia memilih untuk menjauh tak ingin mengganggu Dion dan para penggemarnya.

Bukan karena cemburu, ia hanya malas meladeni cemoohan dari para Saipul Lovers yang ditujukan kepadanya.

"Awas aja kalo kamu sampe kepincut mereka, Pul." Rissa membatin.

Langkahnya kini tak bertujuan, ia hanya terus menyusuri lorong karena bosan, hingga sorot matanya mendapati Fira tengah duduk di kursi panjang seraya memainkan ponsel.

"Fir!" panggil Rissa.

Fira menoleh ke arah Rissa yang mendekat ke arahnya. "Kenapa, Rissa?"

"Nungguin siapa?"

SENANDIKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang