15 - Putus!

5.1K 846 368
                                    

Pagi harinya semua tengah menyantap sarapan di meja makan, kecuali Dika yang kini tengah beradu mulut dengan Davina di area dapur bersih.

Terlihat segelas susu putih di tangan Davina, dan Dika yang terus bersih kukuh tak ingin minum susu. Tapi Davina terus memaksa Dika untuk meminumnya.

"Minum susu, Kak." Davina memaksa, menahan pergelangan tangan Dika dengan erat.

Dika ingin menepis pergelangan tangan itu tapi sayang ia lupa jika wanita yang telah melahirkannya itu adalah ketua SFC. Bisa saja saat ia menepis genggaman mamanya lehernya bisa ditebas saat itu juga.

"Aku udah besar, Ma." tolak Dika mengunci mulutnya.

"Minum. Biar makin besar." Davina terus memaksa.

Dari arah meja makan Rajendra menggelengkan kepala mendengar keributan antara istri dan anaknya.

Saat di rumah, Davina masih saja menganggap Dika sebagai bayi kecil yang setiap hari harus minum susu. Tapi hal itu berbeda lagi saat mereka berdua ada di lapangan dan bekerjasama untuk menyelesaikan suatu kasus.

Dika bukan lagi bayi kecil yang setiap pagi dipaksa untuk minum susu oleh Davina, dan Davina bukan lagi seorang istri yang selalu lemah lembut dan menyayangi keluarganya.

Saat di lapangan, keduanya berubah, berubah 180° dari saat mereka di rumah. Dika berubah layaknya seorang psikopat yang sedang kelaparan akan darah mangsanya, dan Davina berubah layaknya seorang monster yang menyamar sebagai peri cantik.

"Minum susunya biar besar." Paksa Davina lagi.

"Apanya? Apanya yang besar?" celetuk Rajendra ambigu.

"Uhuk!" Rissa yang tengah menyantap sarapannya pun spontan tersedak.

Ayahnya itu memang jahil dan sering kali berkata frontal di depan banyak orang termasuk di hadapan anak-anaknya.

Tak jarang Rissa kerap kali mendapati ayahnya tengah menggoda mamanya dengan lontaran kalimat yang menggelitik perut.

"Aje! Frontal banget mulutnya!" tegur Davina dari arah dapur.

Rajendra terkekeh lalu menoleh ke arah Rissa yang duduk di sampingnya. Putrinya telah tumbuh besar dengan sangat cepat.

Ia tak sabar untuk segera mendengar kabar bahwa Davina hamil dan Rissa akan segera memiliki adik. Rajendra yakin Rissa akan sangat bahagia mendengar berita kehamilan Davina.

"Habisin susunya, Kak."

"Buat mama aja." Dika menggeleng menolak gelas susu yang Davina berikan.

"Minum! Mama mau ke kamar dulu." tutur Davina melepaskan genggamannya.

Dari arah dapur Dika terus mengawasi langkah mamanya menuju lantai 2. Setelah punggung mamanya tidak terlihat, Dika segera menarik kursi dan duduk di hadapan ayahnya.

"Pa?" Rissa memanggil Rajendra. Karena tiba-tiba saja ia teringat akan suara aneh yang ia dengar tadi malam.

"Hmm?" respon Rajendra.

"Tadi malem ada tukang yang lagi benerin kamar papa?" Rissa bertanya.

Sontak Rajendra meletakkan sendok dan menatap Rissa dengan wajah sedikit merah padam. "Kenapa emang?"

"Dinding kamar papa bunyi. Kaya ada yang lagi mukulin dinding." ungkap Rissa jujur.

Malam tadi, saat Rissa keluar kamar Dika dan hendak menuju kamarnya, ia menangkap suara aneh seperti pukulan pada tembok dari arah kamar kedua orangtuanya.

SENANDIKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang