25 - Mei Bahagia

5.5K 938 920
                                    

Author's Note :
Buat yang penasaran sama kisah Kevin sama Davina, kalian bisa baca di novel Rajendra ya. Di bagian Secret Story Of Kevin and Davina.

Novel Rajendra sudah bisa dipesan di shopee✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Novel Rajendra sudah bisa dipesan di shopee✨

******


Malam demi malam silih berganti, Mei tampak bahagia dan ceria bisa tinggal di rumah ayahnya bersama dengan keluarga dan juga teman-teman ayahnya.

Fira sendiri juga sudah bisa beradaptasi dengan kebiasaan dan juga keramaian rumah ini. Dimana setiap jam, beberapa anggota GOJA berdatangan silih berganti ke markas bawah tanah.

Meskipun untuk mencapai markas GOJA harus melalui jalan setapak kecil di samping kiri rumah, terkadang suara gelak tawa dan teriakan anggota-anggota GOJA masih asing di telinga Fira.

Dan malam ini petir menyambar dengan begitu ganas. Angin kencang membuat pohon-pohon di sekeliling rumah Senan menari tanpa irama dengan begitu liar.

"Papa..." Mei terbangun dari tidurnya.

Di sisi kanan Mei ada Senan yang sudah memejamkan mata dengan begitu tenang.

"Papa... Mei takut.."

Mei menggeser posisinya dan menggoyang-goyangkan lengan ayahnya. "Papa.. bangun.."

Senan mulai mengerjapkan mata saat merasakan sebuah telapak tangan kecil menepuk-nepuk pipinya.

"Kenapa, Sayang?"

"Papa... Takut... Ada petil." Mei merengek.

Seketika itu juga Senan panik dan menyalakan lampu yang ia matikan. Senan mengubah posisinya menjadi bersandar di dinding ranjang.

Mei memberingsut dan duduk di atas pangkuan ayahnya lalu memeluk erat ayahnya.

"Mei jangan takut, ada Papa di sini."

Bahu Mei bergetar hebat, isakan tangis Mei semakin membuat Senan bingung harus berbuat apa. Sepertinya Mei sangat takut dengan petir.

Jlegar!

"PAPAAA!!" Mei menjerit dan mendekap erat ayahnya.

"Papa.. Mei takut, Mei takut petil."

Senan mengangguk dan mengusap lembut rambut putrinya, sesekali ia mengecup puncak kepala Mei.

"Mei gak suka hujan hmm?" Senan mulai mencari topik pembicaraan agar Mei tidak terlalu ketakutan.

"Mei suka hujan. Tapi Mei gak suka petil. Mei takut petil, Papa." jawab Mei jujur.

"Kenapa Mei takut sama petir?" Senan kembali bertanya.

Mei menggelengkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya di atas dada Senan.

SENANDIKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang