Sudah hampir 2 jam Mei menunggu Rissa di dalam mobil, tapi tantenya belum juga kembali.
Rintik hujan mulai membasahi bumi. Tapi hujan hanya turun di sebagian tempat saja. Sebelah barat masih cerah, sepertinya summer rain sedang melanda daerah ini.
"Tante Lissa lagi ngapain sih?"
Dipenuhi rasa penasaran, gadis cilik itu memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dengan cara melompat dari jendela mobil.
"Tante...?"
"Tante Lissa..."
Dengan hati-hati Mei melangkah dengan langkah kecilnya masuk ke dalam rumah Om Vano untuk mencari Rissa.
"Tante, Tante dimana?"
Mei terus menyusuri seluruh sudut rumah, tanpa henti ia memanggil nama Rissa. Karena ia sudah bosan dan ingin pulang saja ke rumah dan ingin bermain dengan Sapi.
Sementara di sisi lain, Triono dan Om Vano terus memukuli seluruh tubuh Rissa menggunakan balok kayu, bahkan Rissa sendiri kini sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri.
Kakinya terasa sangat sakit karena pukulan bertubi-tubi yang ia terima.
"LO! BIADAB!"
"KARENA LO SAMA KEMBARAN LO, ADIK GUE MENINGGAL!" maki Om Vano.
Bugh!
Bugh!
Rissa sudah tak bisa mendengarkan suara apapun selain dengungan. Telinga sebelah kanannya sudah mengeluarkan darah karena pukulan yang sangat kencang dari Om Vano.
"T...tolong..."
Kembaran Senan itu sudah tak berdaya, memberontakpun wanita itu tak mampu, yang bisa ia lakukan hanyalah menangis.
Terlebih lagi di hadapannya ada mayat sang mama, dan ia melihat kepergian sang mama dengan mata kepalanya sendiri, sungguh ia tak memiliki alasan lagi untuk memberontak.
Samar-samar ekor matanya mendapati seorang gadis cilik menggemaskan berdiri di ambang pintu gudang dengan wajah terkejut dan hendak menangis.
"Tante..."
"M...mei.. lari..." lirih Rissa spontan. "S..s.. sembunyi.."
"SIALAN!"
Triono terkejut bukan main saat melihat Mei. Ternyata putri dari Fira juga hadir disini. Melihat keberadaan Mei, Triono segera merebut pistol dari tangan Om Vano dan langsung mengarahkan ke arah kepala Rissa.
Dor!
Mata Mei membulat sempurna, boneka beruang coklat yang ada di tangannya jatuh tergeletak di lantai.
"Tante..."
Mei ketakutan, ia takut saat melihat tubuh tantenya tersungkur di lantai dengan darah yang bersimbah dari kepala.
"MEI!" teriak Triono pada Mei. "JANGAN LARI KAMU!"
Secepat mungkin Mei berlari tanpa arah, ia hanya mengikuti langkah kakinya.
Sampai akhirnya ia tiba di bagian belakang rumah, tepatnya di taman belakang.
Taman kecil dengan rumput Jepang dan juga beberapa bunga yang menghiasi taman itu.
"MEI!"
Bruk!
Mei tersandung langkahnya sendiri hingga jatuh tersungkur saat seseorang meneriaki namanya.
Lutut Mei berdarah, tapi Mei harus lari dan bersembunyi sesuai perintah tantenya.
"Mei bingung..." gumamnya polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA ✓
Romance[Sequel Of Rajendra] [COMPLETED] Senandika, putra dari ketua tertinggi organisasi mata-mata yang paling ditakuti oleh banyak pelaku kejahatan, kini harus berurusan dengan seorang wanita misterius bernama Fira. Tampangnya yang polos dan lugu membuat...