18 - Daddy

6.2K 1.1K 1K
                                    

*Flashback Off*

Hampir 3 tahun ini Fira membesarkan Meira seorang diri tanpa bantuan siapapun. Bahkan bunda Fira seakan memutuskan hubungan dengannya setelah mengetahui jika Fira mengandung buah hati Senan yang notabenenya adalah anak dari wanita yang telah membunuh Kevin.

Fira rela bekerja menjadi anak buah papa tirinya sendiri dan mempertaruhkan nyawanya demi bisa berkuliah dan membalaskan dendam bundanya kepada Davina. Semua biaya kuliah dan biaya hidup Meira sedari bayi hingga kini ditanggung sepenuhnya oleh papa tiri Fira, Firman. Jadi mau tak mau Fira harus berbakti dan mengabdikan diri kepada papanya.

Bahkan 3 tahun telah berlalu tapi Fira belum bisa membenci Senan sepenuhnya, semakin Fira mencoba membenci Senan semakin besar pula rasa rindu Fira pada pria penerus GOJA itu. Selama hampir 2 tahun ia berkuliah, dirinya selalu mengawasi dan memperhatikan Senan dari jauh. Melihat Senan masih bernafas saja Fira sudah bahagia dan lega.

Namun Senan yang ia kenal dan lihat selama kuliah sangatlah berbeda dari Senan yang ia kenal saat SMA. Kini Senan jauh lebih dingin dan sedikit berbicara, bahkan untuk tersenyum pun jarang.

Yang lain masih sama, Rissa, Dion, Reza, mereka masih sama. Hanya terdapat beberapa perbedaan yang Fira temui, Dion dan Rissa kabarnya telah berpacaran, dan Reza yang ternyata sangat cerdas dan memiliki selera humor yang receh.

Ah, Fira rindu dengan masa-masa SMA-nya. Andai saja dulu dia tak menggunakan topeng silikon itu, pasti Senan dan yang lain sudah bisa mengenal dan mengingat siapa dirinya.

"Maaf, Nan. Maaf aku harus pura-pura benci kamu." lirih Fira.

"Aku sayang bunda, aku gak mau durhaka sama bunda. Aku tau permintaan bunda itu salah, tapi aku harus lakuin itu."

Fira menatap langit-langit rumah, jemarinya terus mengusap rambut putrinya yang masih terpejam.

"Senan, tolong yakinin aku kalo aku gak harus bunuh mama kamu." lirih Fira dengan mata berkaca-kaca.

Fira menunduk menatap Meira yang masih tertidur dengan begitu tenang. Mata Meira sangat indah sama persis seperti milik Senan. Meira tumbuh menjadi gadis kecil yang aktif, cerdas, dan berani.

Andai saja Senan tahu bahwa dirinya memiliki seorang putri sesuai dengan harapannya di roof top kala itu, mungkin Senan akan merasa bahagia, mungkin. Tak terasa air mata Fira jatuh dan melesat membasahi pipi Meira. Hal tersebut membuat gadis cilik nan menggemaskan itu mengerjapkan mata untuk mengecek apa yang terjadi.

"Mama?" Meira terbangun dari tidurnya.

Secepat mungkin Fira mengusap air matanya, ia tak ingin putrinya tahu jika dirinya tengah menangis.

"Mama kenapa nangis? Jangan nangis, Mama." Meira mengusap air mata Fira dengan telapak tangan mungilnya. Fira mengangguk cepat dan mengecup kening Meira penuh kasih sayang.

Deg!

Kedua bola mata Fira membulat sempurna saat merasakan kening Meira yang panas. Fira menempelkan punggung tangannya di kening Meira untuk memastikan apa yang baru saja ia rasakan. Dan benar, kening Meira panas, begitu juga dengan tubuh Meira.

"Mama kangen papa, ya? Sama, Meila juga kangen papa. Meila mau peluk papa." ujar Meira dengan begitu lugu.

Meira menatap Fira dengan penuh harap, ia sungguh ingin bertemu dengan ayahnya. Bahkan tanpa Fira sadari setiap malam, sebelum tidur, Meira selalu berdoa kepada Tuhan agar ia bisa bertemu dengan ayahnya sesegera mungkin.

"Mama.." Meira memanggil Fira dengan lirih.

"Mei, badan kamu panas." Fira panik.

"Mama, papa benci sama Meila ya? Kenapa papa gak pelnah pulang? Meila salah apa sama papa?"

SENANDIKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang