22 - Fira vs GOJA

5.2K 993 935
                                    

Pukul 2 malam Senan baru sempat membersihkan badannya karena sedari tadi ia sibuk berkutat pada setumpuk dokumen dan informasi tentang Bandi si kanibal dan juga pelaku perdagangan daging manusia yang berhasil kabur ke Italia untuk melakukan aksinya lagi di sana.

Senan tersenyum lebar melihat Mei sudah tidur dengan nyenyak di atas ranjang. Senan menggosok-gosok rambutnya dengan handuk agar kering.

Drrd drrd!

Ponselnya di atas meja bergetar. Senan segera menyelesaikan aktivitasnya, dan segera menerima panggilan yang masuk ke ponselnya.

Panggilan itu dari Fira, entah apa yang terjadi pada wanita itu hingga menelpon Senan malam-malam seperti ini.

"Kenapa, Fir?"

"Nan, bisa ke bawah?" tanya Fira dengan suara yang begitu parau.

Senan mengernyitkan kening, ia yakin jika Fira tengah menangis saat ini. "Ngapain?"

"Aku di bawah. Di deket pos satpam bawah."

"Oke." tanpa ba-bi-bu lagi Senan mengakhiri panggilan tersebut dan berjalan keluar untuk menghampiri Fira.

Setibanya di lantai dasar Senan sedikit terkejut melihat kondisi Fira yang sungguh mengiris hati siapa saja yang melihatnya.

Rambut wanita itu acak-acakan, wajah dan lengannya dipenuhi luka dan lebam. Senan segera mendekat. Dan ia semakin dibuat terkejut saat melihat di sisi kiri Fira terdapat tas jinjing cukup besar. Hal tersebut meyakinkan Senan bahwa wanita itu baru saja mengalami hal buruk.

"Om Vano?" gumam Senan membeku karena apa gerangan yang membuat Om Vano datang kemari bersama Fira?

"Om?" Senan mencoba membuka percakapan agar ia bisa menemukan titik terang.

Om Vano memeluk Senan dengan gaya laki-laki dan tersenyum tipis. Wajah Om Vano pun sembab sama seperti Fira.

"Om boleh minta tolong?"

"Tolong apa, Om?"

"Jaga Fira. Bunda dia tadi sore meninggal, dan keluarga Om gak mau nerima Fira. Om juga gak bisa bawa Fira ke rumah karena istri Om pasti bakal ngamuk." papar Om Vano.

Senan menatap Fira dengan tatapan iba, wanita itu sungguh sangat menyedihkan, sepertinya takdir baik belum memihak pada Fira. Sampai-sampai wanita itu ditumpa cobaan bertubi-tubi.

"Om titip Fira, ya? Om harap kamu mau nikahin Fira. Terlepas dari Om yang masih benci sama Mama kamu, tapi Om gak benci kamu. Tolong jaga dan nikahin Fira." pinta Om Vano yang diikuti anggukan lemah dari Senan.

Senan hanya menghormati permintaan Om Vano, dan ia juga tak ingin memperpanjang masalah karena Fira segera butuh istirahat dan juga diobati lukanya.

"Om pulang dulu, titip Fira, Nan." Om Vano berlenggang meninggalkan Senan dan Fira berdua.

"Ayo, Fir." Senan menyentuh pundak Fira.

Ia mendorong pinggang Fira dengan sangat hati-hati menuju lift. Setibanya di unit apartemen milik Senan, Fira sedikit terkejut dan terpukau melihat seisi apartemen, apartemen yang Senan tinggali terbilang cukup besar.

Dari arah pintu masuk perhatian Fira langsung tertuju pada ruang keluarga yang luas dan terdapat beberapa sofa. Ruangan tersebut didominasi oleh warna putih, abu-abu, dan hitam, perpaduan warna tersebut membuat kesan mewah dan juga estetik untuk unit ini.

 Ruangan tersebut didominasi oleh warna putih, abu-abu, dan hitam, perpaduan warna tersebut membuat kesan mewah dan juga estetik untuk unit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SENANDIKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang