mika's pov.
"mikaa, berangkat kok ga bilang guee??" tanya haris yang lagi jalan ke arah gue.
shit, malah ketemu.
kalem mik, kalem.
"ya emangnya kenapa?" tanya gue balik.
"kan gue pengen berangkat sama lo. tadi gue kerumah lo tapi satpam lo bilang udah berangkat," adu haris. kini ia sedang memanyunkan bibirnya yang sedikit berlebihan kapasitas tersebut.
"sorry. gue kan gatau?"
"ish lo mah, kan biasanya gue yang jemput lo."
"yaudah sih, sekali kali berangkat sendiri ga masalah kan?"
"tapi kan gu─"
"ris, jaket lo nih," sela seorang cewe. tinggi, lebih tinggi dari gue kayanya.
haris ngebalikin badannya, noleh kearah cewe yang lagi jalan kearah meja gue dan sekar tersebut.
oh iya sekar! gue gerakin kepala gue buat natep sekar ternyata dia juga lagi natep gue dengan tatapan bingung, jadinya kita saling tatap tatapan bingung.
"kenapa dibalikin? pake aja dulu," ucap haris.
"tadi pas lo jemput gue juga bilang nya gitu," balas cewe itu sambil─ lah ngelirik gue? dia ngelirik gue? beneran? ga salah liat kan gue?
"ya gapapa kali, bawa aja. nanti kalo gue mau pake gue jemput ke kelas lo." haris tetap pada pendiriannya.
"jaket lo wangi, nanti gue peluk pelukin gimana?" tuh kan dia ngelirik gue lagi, sengaja manasin gue ya?
gue kan bukan kompor, ngapain panas.
ting!
satu notif terdengar dari hp gue, gue langsung ngambil hp gue diatas meja dan ngebuka notifnya.
dari sekar, gue ngelirik sebentar kearah sekar yang lagi fokus sama hp nya lalu bales chatnya.
gue kan ga kenapa napa? gadanta ni sekar.
btw itu yang namain kontaknya sekar ya dia sendiri, kalau mau protes ke sekar aja jangan ke gue.
ga lama, satu notif masuk lagi ke hp gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
chance; 2hwangs.
Фанфикeveryone can get a chance if they want to change. but, do they deserve? [ lokalan!au, lowercase. warn, harshword ]