ini udah jam pulang sekolah, besok libur. jam segini juga udah pada sepi, cuma trio maung a.k.a mika, fany, dan prima masih berkeliaran di sekolah karena baru aja nyelesain tugas "bantu format nilai fisika" yang diminta guru fisika nya. kebetulan trio maung ini nilainya bagus, jadi sekalian aja.
btw kenapa namanya trio maung? ya karena emang tiga tiganya maung, walaupun fany masih ramah sendiri tetep aja prima sama mika itu senggol pukul.
baru aja ketiganya mau keluar dari sekolah, mereka dicegat sama ketiga kakak kelasnya alias fara, dhea dan
mona. kakak kelas yang udah "sering" labrak sampai mencelakai mika."eh dek, lo tuh masih anak baru. jangan gatel deh! udah berapa kali gue bilangin juga," ketus fara, sedangkan mika dan teman temannya saling menatap kebingungan.
"kak, lo—" omongan prima terputus karena mika menariknya mundur, dan mika maju dua langkah agar lebih dekat dengan kakak kelasnya tersebut.
"bilang apa tadi?" tanya mika dengan intonasi yang sangat datar. wajahnya juga tak menampakkan ekspresi yang jelas, benar benar datar.
"jangan belagu deh lo, masih anak baru juga. gausah sok cakep deh," kata fara.
mika tertawa ringan, "ya emang gue cakep, kenapa lo? iri?" mendengar jawaban mika, prima yang awalnya takut mika kenapa napa malah jadi takut kalo mika mukul kakak kelasnya.
fany juga punya pikiran yang sama kaya prima, dia udah mau narik tangan mika supaya pergi dari sana tapi kayanya mika lagi gabisa diganggu.
"udah berani lo sama kakak kelas?" tukas dhea, mika melirik gadis itu seolah acuh.
"kenapa gue harus takut sama kakak kelas yang gabisa dicontoh sama adek kelasnya? alias kakak kelas kaya lo bertiga itu ga patut dijadikan panutan dan oleh karena itu gue gaada kewajiban buat sopan ke lo bertiga," cicit mika sambil menegaskan setiap ucapannya.
mika udah ga bisa jaga ucapannya karena penyebab dia jatuh di tangga waktu itu adalah karena ketiga kakak kelasnya ini dan menurutnya itu udah termasuk bullying.
ngerasa capek dan males, mika ngerangkul kedua temennya dan meninggalkan ketiga kakak kelasnya yang menatapnya tajam disana.
"mik, lo keren banget anjir," puji fany yang merasa kagum pada hal yang mika lakukan tadi. mendengar itu, mika tertawa. "keren apanya? biasa aja, orang begitu harus dibales biar sadar diri," balas mika enteng.
"sejauh ini gaada yang berani bales mereka kaya lo," pungkas prima yang membuat mika menolehkan kepalanya tak percaya. "masa iya?" prima mengangguk.
ketiganya terus berbincang sampai mereka tiba di halte.
"mika pulang sama siapa?" tanya fany pada mika yang tengah sibuk dengan ponselnya. "sama ojol deh kayanya," jawab mika sambil melirik fany sejenak lalu kembali fokus dengan ponselnya.
"gue tungguin sampe ojolnya dateng ya," ucap prima yang disetujui oleh fany. mika menatap kedua temannya, "gausah. gue bisa nunggu sendiri kali, gue bukan anak sd. sana lo berdua pulang aja, kasian supirnya nunggu."
prima dan fany akhirnya mengalah, mereka meninggalkan mika sendirian disana setelah memastikan mika benar benar baik saja dan berpamitan dengan gadis itu.
hening, mika sendirian di halte sekolahannya menunggu ojek online yang sebelumnya sudah dia pesan.
"shit!" umpatnya ketika ia mengetahui ojek online yamg ia pesan mengcancel pesanannya. mika merutuki semuanya, merutuki betapa menyebalkan hari ini.
puk
mika merasakan tepukan di bahunya, ia menoleh dan menampilkan figur tinggi yang ia kenali.
"loh mahesa? belum pulang lo?" tanya mika, pemuda itu atau yang dikenal mahesa hanya mengangguk.
"kenapa masih disini?" tanya mahesa, mika menunjukkan ponselnya yang menampilkan pesanannya dicancel. mahesa mengangguk lagi, "balik sama gue aja."
mika terkejut, pasalnya mahesa ini menurutnya tipe tipe yang tidak suka tentang hal berbaik hati seperti ini alias terlampau cuek apalagi jika berurusan dengan wanita.
"kenapa kaget? muka lo biasa aja kali," lanjutnya. mika segera menggelengkan kepalanya, "gapapa, kaget aja."
"oh. yaudah, mau ga?" tanya mahesa lagi. mika menimbang-nimbang dan memberanikan diri untuk bertanya, "ngerepotin lo gak nanti? gue udah sering ngerepotin orang soalnya."
mahesa menggeleng, "nggak. gue yang nawarin." mika kembali diam, asik bertengkar dengan pikirannya. "iya apa gak? gue tinggal nih?" ujar mahesa yang sudah ingin beranjak dari sana.
"EH SA, IYA GUE IKUT." mahesa menghentikan langkahnya, "yaudah ayo cepet, udah mendung." setelahnya mika berdiri dan mengikuti mahesa menuju parkiran.
"lo ada apa sama kakak kelas tadi?" tanya mahesa memecah keheningan yang terjadi diperjalanan, tapi mika kayanya ga denger soalnya kebawa angin.
"mika," panggil mahesa dengan volume yang sedikit ia besarkan dari sebelumnya membuat mika tersadar dari lamuannnya.
"eh iya kenapa, sa?" tanya mika. "gue nanya, lo kenapa sama kakak kelas tadi?" tanya mahesa lagi, mika menganggukkan kepalanya, tanda bahwa ia mendengar apa yang dipertanyakan mahesa.
mika sedikit mendekatkan wajahnya ke depan, agar mahesa tidak mendengar ceritanya secara terputus-putus lalu ia menceritakan semuanya.
setelahnya keduanya terus berbincang sehingga mereka sampai didepan gerbang rumah mika.
"makasih ya, sa? maaf ngerepotin lo," ucap mika. "santai aja, mik. gue juga temen lo, yang kakak kelas tadi gausah dipikirin," balas mahesa yang dibalas anggukan dan eyes smile nya mika.
"gue masuk ya, sa! hati hati dam makasih banyak!" mika melambai pada mahesa dan masuk kedalam rumah nya.
"lucu."
———————
haloooo readie! apa kabarnyaa? hehe chance up nih, ngga lama banget kan ya? happy reading y'all. 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
chance; 2hwangs.
Fanfictioneveryone can get a chance if they want to change. but, do they deserve? [ lokalan!au, lowercase. warn, harshword ]