Alasan Sang Raja

1.1K 203 16
                                    

Pagi-pagi sekali, bahkan sebelum rakyat penghuni House of Lamentation bangun [Name] sudah bersiap untuk meninggalkan tempat dan kembali ke Istana. Tadashi sudah menunggu di depan pagar.

Manik [Name] menatap sosok Wakatoshi yang masih terlelap di ranjangnya. Gadis itu menghampiri, dielusnya pipi halus sang empunya dan mengecup kening Wakatoshi yang sedikit berkerut karena selalu stress dengan pekerjaan itu.

"Jangan lupakan istirahatmu meski kah banyak pekerjaan. Dan satu hal lagi, Wakatoshi." Kalimat gadis itu terpotong sebentar. [Name] menghela napasnya dengan lembut dan berucap, "Hitoka sampai akhir hayatnya masihlah menyayangimu dan yang lainnya.."

[Name] tersenyum lalu bangkit melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar itu. Tanpa membangunkam yang lain, [Name] segera menemui Tadashi yang sudah menantinya.

"Maaf membuatmu menunggu, Tadashi."

"Tidak apa-apa, Nona." Ujar Tadashi sembari membukakan pintu teleportasinya. "Apa masih ada yang ingin Nona lakukan?"

[Name] menggeleng. "Sepertinya tidak ada."

"Anda yakin? Jika saya lihat-lihat..." Tadashi menatap [Name] daei atas hingga bawah. "Anda mendapatkan ciuman keenam, ya?"

"B-bagaimana kau bisa tahu?"

"Itu terlihat jelas dimata Saya. Tidak apa-apa, Tuanku tidak akan marah nanti." Tadashi menenangkan. "Anda masih punya banyak waktu sebelum upacara nanti, bukankah mungkin Anda bisa mendapatkan ciuman terakhir dari Kei?"

"Sepertinya tidak perlu. Dia aslinya membenci manusia, kan? Toh tanpa ciuman maut dari Kei, Daichi bisa mengubahku menjadi iblis. Mungkin aku akan menemuinya sebentar setelah sampai di Istana nanti." [Name] menatap Tadashi dengan senyuman. "Maukah kau menemaniku?"

"Tentu saja, Nonaku. Keinginan Anda adalah perintah bagiku.."

"Terimakasih." [Name] tersenyum.

Senyuman juga terpatri di bibir Tadashi, ia begitu senang tamu manusianya akan berevolusi menjadi makhluk abadi sepertinya.

"Nona, apa Saya boleh meminta satu hal?" Tanya Tadashi perlahan dan sedikit ragu-ragu.

"Apa itu? Katakan saja. Akan kulakukan selagi aku bisa."

Tadashi sedikit termenung. "Saya sudah melayani Tuanku sejak ia berusia 12 tahun. Jarak usia kami juga tidak begitu jauh."

"Eh? Pantas kau begitu mengerti dirinya luar dan dalam."

"Ibunda Tuanku sudah meninggal saat ia masih bayi, lalu Ayahandanya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan Negara dan selalu meninggalkannya dalam sendirian."

"Kalau boleh tahu, apa yang menyebabkan kematian pada Ibundanya?"

Tadashi menatap [Name] dengan serius. "Ibunda Tuanku meninggal karena melahirkan Tuanku yang seorang iblis murni. Tubuhnya tidak mampu menahan itu selama kehamilan karena beliau ini adalah manusia."

"E-eh? Manusia?"

"Jadi saya meminta tolong, jika Anda berdua sudah sah suami istri nanti, jangan tinggalkan Tuanku sendirian." Ujarnya sembari membungkukan badan menghormat.

"T-Tadashi jangan begitu formal padaku. Aku masih bukan siapa-siapa." Ujar [Name]. Gadis itu menggenggam tangan Tadashi. "Aku tidak bisa berjanji tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin."

"Aku masih tidak menyangka kalau Ibundanya Daichi adalah seorang manusia. Ini benar-benar diluar dugaan. Kukira ia orang yang hangat mengingat dia begitu peduli dengan Iblis Bersaudara, bahkan bercanda denganku dengan kasualnya menghilangkan semua norma-norma Istana. Nyatanya ia menyembunyikan rasa kesepian dalam dirinya sendiri ya? Merasakan kesepian dari kecil sampai usianya sekarang yang entah berapa ratus atau ribu tahun... Ahh.. Nona Hitoka, belum juga aku bisa melaksanakan tugas darimu aku aidah diberi tugas yang lain? Sebenarnya takdir macam apa sih ini?"

[ON HOLD] 7 Deadly Kisses-Haikyuu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang