Last Call

3.6K 462 29
                                    

Seorang gadis, tengah mengutak-atik ponselnya dalam keramaian Bandara. Mencoba menghubungi seseorang dirumah.

Sambungan telepon diangkat dan terdengar suara wanita paruh baya disana.

"Halo?"

Gadis itu membersihkan kerongkongannya. "Mama? Maaf aku baru bisa pulang hari ini tidak bersama dengan tim kemarin."

"[Name]? Sudah boarding, Nak? Tidak apa-apa, siapa yang menyangka paspormu akan terselip?"

[Name] hanya tersenyum getir mendengar suara sang mama. Entah mengapa ia merasa rindu meski mereka hanya terpisah satu minggu.

"Emm, ma.. Aku hanya ingin bilang terima kasih. Tanpa doa dan restu mama aku tidak bisa sampai sejauh ini."

[Name] mulai terisak disana.

"Mama tahu itu. Bakat dan kecintaanmu terhadap voli memang luar biasa. Siapa juga yang menyangka kau bisa di tinmas sekarang. Nah, untuk merayakan kemenanganmu di Asean Games kemarin, mamah sudah membuatkan rendang kesukaanmu."

[Name] mengelap air matanya dan berpura-pura senang mendengarnya. "Kita harus makan dengan kakak setelah ini."

[Full Name] adalah gadis yang bahkan usianya belum genap 19 tahun. Menjadi perwakilan Indonesia dalam Asean Games cabor Voli Putri. Dia adalah pemeran utama di tim ini. Ya, dia adalah Ace termuda yang pernah dimiliki tim ini.

.
.
.

Baru 30 menit pesawat lepas landas, [Name] tidak dapat duduk dengan jenak. Ia hanya merasa sedikit takut dan menyesal mengambil penerbangan itu.

Ia menghabiskan waktu di dalam sana hanya dengan membaca buku dan terkadang berhenti sejenak hanya untuk mengucapkan doa memohon keselamatan.

Pesawat itu terasa bergerak dengan cepat dan mulai naik dari ketinggian yang sebelumnya. Tanda untuk mengenakan sabuk pengaman dinyalakan kembali. Penumoang mendapat himbauan untuk segera mengencangkan sabuk pengaman karena pesawat akan naik ke ketinggian 32.000 kaki untuk menghindari turbulensi.

Guncangan keras mengguncang burung besi itu. Membuat lampu disana berkedip hidup dan mati. Pesawat tetap mencoba untuk naik, namun daya dorongnya hilang.

Stall!! Stall!!

Pesawat menukik begitu saja ke bawah. Semua penumpang didalam sana berteriak ketakutan dan menyebut nama suci Sang Maha Pencipta.

[Name] membungkuk menutupi kepalanya, "Ya Tuhan!! Tolong!! Aku msih belum mau matk sekarang. Aku masih mau bertemu Mama!!"

.
.
.

"Berita duka kembali lagi ke dunia kedirgantaraan tanah air. Pesawat INA SMR-666 jatuh di perairan laut jawa pada Sabtu, 6 Juni. Pesawat tersebut dikabarkan hilang kontak pada pukul 16.26 WIB. 166 dan 6 awak kabin diperkirakan meninggal dunia. Selain itu salah satu penumpang tersebut adalah [Full Name], setter timnas Voli Putri Indonesia yang baru saja memenangkan medali emas untuk tanah air."

Berita seperti itu menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak? Mereka kehilangan salah satu orang yang mengharumkan nama Indonesia.

Sudah 3 minggu pasca bencana itu. Keluarga [Name] masih diliputi duka yang sangat dalam. Kakak laki-laki [Name] benar-benar menyesal mengijinkan adiknya untuk berangkat.

Sang mama hanya terdiam dengan manik nan sayu seraya memeluk foto sang putri tercinta. Jenasahnya sama sekali tidak ditemukan. Hanya koper atas nama [Name] yang ditemukan mengambang diatas air.

Tim voli putra dan putri menemani keluarga [Name] dalam prosesi tabur bunga dilaut itu.

Mama [Name] terlihat begitu tegar dan menyalami anak-anak timnas voli.

"Maafkan [Name] jika ada salah dengan kalian, ya?"

Nameera Destriani, adalah anak yang paling shock mendengar berita itu. Ia adalah Ace timnas putri, orang yang paling banyak bekerja sama dengan [Name].

"[Name] tidak memiliki salah, tante. Justru kami kemari untuk memberikan terima kasih dan oenghormatan terakhir, karena berkat dirinya pula kami mendapatkan medali kemarin. Maaf saya tidak menemaninya." Ujar Nameera seraya terisak.

Mama [Name] memeluk Nameera. "Jika kau menemaninya, kau akan pergi juga."

.
.
.

Seorang gadis membuka maniknya dengan berat. Dipandangnya langit-langit ruangan itu.

"A-aku dimana?" Lirihnya.

"Hey! Hey! Hey! Dia bangun! Halo..."

Terdengar suara pria disana.

"Bokuto! Kau bisa membuatnya tuli!"

"Hajime tidak asik!!"

[Name] memaksakan dirinya untuk bangkit. Diperhatikannya sekeliling, terlihat ada 5 orang pria dengan pakaian formal.

"Ne, kitten-chan. Jangan memaksakan diri untuk bangun." Seorang pria bersirai kecokelatan dengan manjanya membelai rambut gadis itu.

"Tōru!! Kau itu genit sekali!!" Protes pria bersurai hitam.

"Sakit, Hajime!!"

Gadis itu memperhatikan kedua tangannya. "Tunggu!! Bukankah pesawatku jatuh dilaut?"

[Name] panik dan langsung berdiri. Mencari cermin di ruangan itu. Tidak ada. Ia nekat berlari keluar ruangan meninggalkan 5 pria tadi di ruangannya.

"Aku dimana?"

Ia menemukan cermin besar di suatu sudut lorong itu. Dilihatnya tubuhnya dari atas sampai ke bawah.

"Ma-masih utuh?"

5 pria tadi mengikuti [Name] dengan ekspresi kebingungan. "Apa ada yang terluka?" Tanya pria dengan manik dark blue.

"T-tunggu sebentar. A-aku ini ada dimana?" Tanya [Name] terbata-bata.

Seorang pria bertubuh kekar bersurai dark olive mendekati [Name].

"Tenang saja. Kau ada di Devildom sekarang. Kau terjatuh dari ketinggian dan hampir tenggelam di telaga." Jelas pria itu.

"D-Devildom? D-dimana itu?" Tanya [Name] lagi.

"Bagi manusia sepertimu, tempat ini bisa disebut sebagai-"

Pria bersurai dark olive itu kembali sedikit menjauhi [Name] lalu berbalik memandangnya lagi.

"Neraka."

[Name] gemetaran. Keringat dingin mengucur di wajahnya.

"A-apa aku sudah mati sekarang?"

"Tidak. Kau-"

"Jawab aku!!"

Kelima pria itu sedikit bingung bagaimana menjelaskan keadaan yang sesungguhnya.

[Name] jatuh terduduk begitu saja. Kakinya sudah lemas.

Pria bersurai dark olive itu akan mendekati [Name] lagi.

"Jangan dekat-dekat padaku, Iblis!!"

[Name] berteriak dan shock. Memnuat dirinya hilang kesadaran lagi.

.
.
.

"Kau menakutinya, Wakatoshi oni-san!!"

"Aku hanya mengatakan hal sebenarnya, Tobio."

"Tobio-chan benar. Kau yang membuat kitten-chan ketakutan!!"

"Sudah kubilang Wakatoshi hanya memberitahu, Tōru!!"

"Kejam sekali kau Hajime!!"

"Sudah-sudah. Cepat kembalikan dia ke kamar lalu makan. Aku lapaarr!!"

"Kapan kau tak selalu lapar, Bokuto?"













To Be Continued

[ON HOLD] 7 Deadly Kisses-Haikyuu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang