yujin mengikuti langkah doyoung hingga keduanya berada di halaman belakang villa. hanya ada rerumputan dan pemandangan alam. suasana sejuk pegunungan menyapa.
"masih emosi nggak?" tanya yujin kepada doyoung yang sedang duduk lesehan di rerumputan. lelaki itu diam saja seakan tidak mau membalas pertanyaan yujin.
"gue ngomong sama lo loh. ngambek?" pertanyaan yujin dibalas hening lagi. yujin menyilangkan lengannya masih dalam posisi berdiri disamping doyoung yang duduk.
"gue nggak tau sih masalah keluarga lo. gue juga salah soalnya langsung marah ke lo tadi. tapi pas gue masuk yang gue denger lo ngomong ke cessa nggak disaring banget. gue pengen ngebela cessa tapi gue juga gak tau masalah antara kalian tuh salah lo doang apa cessa juga."
doyoung masih diam saja dengan dua tangan yang menyandar sementara tatapannya hanya menuju ke pepohonan.
"kesimpulannya, ini salah lo berdua. lo iri sama cessa gara-gara dia disayang sama mama lo sementara lo cuman dimarahin sama mereka. cessa iri sama lo karena lo dikasih kebebasan sama orang tua lo. diposisi kayak gini, solusinya cuman ada satu. kalian harus ngerti posisi masing-masing."
masih diam, yujin lama-lama ikut emosi melihat doyoung yang hanya diam. gadis itu akhirnya berbalik berniat masuk ke villa lagi sebelum doyoung membuka pembicaraan.
"gue udah nyoba kalo lo mau tau. selama ini gue diem aja ngelihat nyokap gue pilih kasih. gue berusaha ngertiin posisi cessa yang kayaknya juga nggak terlalu bahagia. dia gak boleh temenan sama orang sembarangan, nggak boleh makan junkfood atau makanan kalori tinggi. diatur kayak patung dan sekarang dia dijodohin. gue berusaha ngerti."
jeda sejenak, yujin ikut duduk dihadapan doyoung. keduanya saling bertatapan satu sama lain.
"tapi waktu cessa ngomong seolah-olah hidup gue yang paling bahagia, gue emosi. gue tau hidupnya juga sama aja kayak gue. kita sama-sama nggak bahagia. tapi waktu tadi dia ngomong gitu, gue ngerasa dia gak pernah nyoba buat ngertiin gue kayak gue nyoba ngertiin dia."
yujin meraih kedua telapak tangan doyoung lalu menggenggam kedua tangan itu dengan hangat. menghela nafas sejenak melihat tangan doyoung yang agak bergetar. yujin tahu, doyoung merasa bersalah membuat cessa menangis.
"kalo menurut gue, kalian berdua itu saudara yang saling ngertiin satu sama lain. cuman gara-gara emosi kalian kayak gini. lo pasti tadi bicara sama cessa waktu lo lagi emosi kan? cessa juga pasti marah karena dipaksa pulang terus kata lo dia mau dijodohin. makannya kalian berdua jadi sensian. kalo lo perhatiin sekali lagi, cessa juga berusaha ngertiin lo. lihat kan tadi dia ngalah gitu aja? you have to be patient and everything will be fine."
doyoung menunduk sebentar lalu mengangguk-angguk.
"gue bakal ngomong sama cessa nanti."
"nah gitu dong. ini baru doyoung yang katanya naksir gue."
"siapa juga yang naksir lo."
yujin tertawa mengejek, "dihh siapa tadi yang bilang 'orang yang gue suka juga belain dia?' gue nggak conge kali, doy."
"ck, terserah."
"kenapa?"
junghwan berlutut dihadapan cessa yang masih diam menunduk di ujung kasur. hanya basa-basi, junghwan tahu gadis yang dia suka seperti ini karena ada masalah dengan doyoung yang ternyata saudara kembarnya.
"nggak papa." jawab gadis itu.
"terus kenapa berantem?"
"aku mau pulang."
"ke jakarta?" tanya junghwan yang dijawab anggukan oleh cessa.
"disuruh orang tua kakak?"
cessa mengangguk lalu menghela nafas pelan, "padahal baru tadi pagi aku ngerasa seneng bisa main sama temen-temen. sama kamu,"
"aku juga seneng kok, kak. pertama kali bisa deket sama kak cessa. kakak nggak usah sedih, kan habis pulang dari semeru, kita masih bisa ketemu. kak cessa sama bang doyoung saudara kan? berarti kita sekomplek. lebih gampang kalo main."
"junghwan, kamu suka aku?" tanya cessa.
junghwan diam sejenak. awalnya junghwan hanya sekedar mengidolakan sang gadis karena cessa nampak keren dimata orang. seorang anak pemilik sekolah yang manis dan sopan.
tapi semenjak di air terjun dan menghabiskan waktu berjam-jam dengan cessa, junghwan jadi suka.
"iya, suka."
cessa masih setia menunduk untuk menatap mata junghwan yang tengah balik menatapnya. kalau seperti ini, cessa ingin menangis lagi. walau bukan tipe yang gampang suka pada orang, cessa tahu bahwa dia merasa tertarik pada lelaki ini.
namun, perjodohannya dengan anak teman pebisnis mamanya mungkin tidak akan bisa membuat cessa dan junghwan melangkah lebih jauh?
"jangan suka sama aku. im not that easy."
"maksudnya? aku nggak peduli mau kak cessa nggak suka aku balik. aku juga bukan confess tadi. aku cuman ngasih tau. don't just say it because you can't like me yet."
"bukannya nggak suka atau belum suka, sojung. aku suka, i think i like you. tapi aku dijodohin sama orang lain. aku bakal pulang dari sini karena itu. andai aja aku bisa ngambil keputusan tanpa persetujuan mamah, aku bakal tetep disini. sama doyoung, sama yujin dan temen-temen yang lain terutama kamu."
"serius lo suka sama si cessa? sama temen gue satunya aja. si jiheon anak smagas, jangan sama cessa."
junghwan bingung, "kenapa, mbak?"
"gimana ya,"
"kak cessa ditunangin ya? biasa kan anak orang kaya dijodoh-jodohin."
junghwan jadi teringat ucapannya dulu yang menduga bahwa cessa sudah dijodohkan dengan orang. duh, sojunghwan pernah dengar kata 'omongan adalah doa' tidak sih?
❌❌❌
kenapa ya ideku munculnya habis buka puasa doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
treasure zone.
Fanfiction❛❛we're choosed student.❜❜ ©treazone project. 🏆O1 in #yena. 🏆O3 in #haruto. 🏆O6 in #treazone. 🏆O4 in #hitomi.