"Mulut lo ember banget sih Cas!" Lisa mengomel layaknya seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal. Tidak lupa pula jari jari lentiknya yang sudah puas menjewer kuping adiknya ini!
Saat ini mereka telah sampai dikafetaria rumah sakit dan sedang menunggu makanan siap sedia.
"Yaa... Kan gue gak tau ada temen lo disono" Lucas mengusap usap kupingnya yang sakit akibat jeweran kakaknya tadi. "Kan! Kuping gue jadi merah, sakit tau gak!" keluh anak itu
"Ya salah lo sendiri" Lisa membuang nafasnya kasar, bertepatan dengan itu 'bubur' yang sedang ditunggu tunggu pun tiba. Diambilnya nampan yang berisikan semangkuk bubur beserta buah dan pemanis lainnya untuk dibawa keruangan 'gurunya' dirawat.
.
.
.
.
.'Ceklek' dibukanya pintu dengan bantuan sikunya, matanya menggerling dan menangkap sosok 'Taeyong' yang sudah membuka matanya
"Ohh udah bangun?"
"Wededehh... Ada yang udah sadar nih gue liat liat" Lucas berseru sembari menghampiri kakak iparnya didepan sana "Gimana bang? Apanya yang sakit?" diamatinya satu persatu anggota tubuh Taeyong.
Sementara itu Taeyong yang diperlakukan seperti itu hanya berdecih diiringi kekehan.
"Minggir lo sana! Gak guna banget lo disini!" dan dengan tidak terhormat pula Lucas diusir oleh Lisa. Gadis itu mengambil alih tempat Lucas tadi untuk diduduki "Huss huss"
Diperlakukan seperti itu, Lucas pun mendengus "You don't respect people right!" dengusnya
"Indeed"
"Bodo! Mending gue keluar dari pada liat kalian uwu uwuan!" Lucas berjalan kearah pintu dan keluar dari sana, meninggalkan dua orang yang saling diam dengan Lisa yang menatap aneh adiknya"Dasar bocah freak!"
'Ekhem'
Taeyong berdehem sehingga fokus Lisa terbagi kembali "Kamu mau nyuapin saya?" tanya lelaki itu
"Oh god, this moment's very awkward"
Tanpa menjawab, perlahan Lisa mengangguk dan menyendokkan sedikit demi sedikit bubur pada gurunya. Dan sebaliknya, Taeyong membuka mulutnya dan menerima suapan dari gadis ini.
"I dont like this situation!"
Sunyi dan senyap, tak ada suara sedikit pun. Bahkan dentingan sendok pun enggan untuk menemani mereka diruangan ini. Lisa dengan sangat hati hati menyendokkan buburnya lagi hingga separuh dari semangkuk itu habis.
Dan entah pada suapan keberapa pula lelaki itu mengangkat tangannya dan mengatakan "Cukup" pada Lisa.
"Lah kan belom abis?" Lisa mengangkat mangkuknya untuk menunjukkan sisa buburnya pada Taeyong
"Saya kenyang" lelaki itu malah merubah kembali posisi tubuhnya menjadi setengah berbaring dengan penyangga bantal.
"Y-yaudah" Lisa meletakkan mangkuk bubur itu pada nampan, kemudian mengambil piring kecil yang berisi 'obat obatan' untuk diberikan pada Taeyong. "Nih obatnya" disodorkannya satu pil kedekat mulut gurunya
"Saya gak biasa makan obat obatan" tolak Taeyong
"Lah? Tapi kan bapak lagi sakit. Ya harus dong!"
"Gak usah" lelaki itu malah menutup matanya dan tertidur dengan bersedekap dada.
Dan untuk pertama kalinya pula Lisa melihat sosok gurunya ini bersikap layaknya anak kecil yang keras kepala.
Tak kehabisan ide, Lisa malah mendekat kearah Taeyong, mendekatkan bibirnya ketelinga lelaki itu sembari berbisik "Pak, saya istri bapak loh. And you know? Suami harus nurut sama omongan istri!" kata gadis itu, perlahan wajahnya mulai menjauh beberapa senti. 'Menjauh' sepertinya bukan kata yang tepat, karena tetap saja jarak wajah antara mereka berdua sangat dekat jika dilihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI NIKAHIN GURU! [END!]
Random"Pak, bapak kok mau sih dinikahin sama saya?" "Gak tau" "Dih kok gak tau? Emang bapak mau punya istri bar bar kayak saya?" "Gak tau juga" "Ahh bodo lah, ngomong sama bapak sama aja kayak nunggu kucing bertelor" "Itu kamu tau, ngapain nyerocos mulu?"...