Chapter 30

2.3K 257 18
                                    

Semuanya mungkin telah kembali seperti semula. Suasana rumah yang terasa damai dan penuh suka cita. Meski ia tahu jika kedua orangtuanya masih kecewa, tapi Sakura bersyukur ayah dan ibunya berusaha untuk membuat dirinya tak tenggelam dalam rasa bersalah. Dan Sakura berjanji dengan diberinya kesempatan untuk memperbaiki semua ini. Ia akan merawat bayi yang ada di dalam kandungannya dengan baik, karena kesalahan ini ia belajar tentang artinya hidup. Tidak, bayi ini bukanlah kesalahan.

Berusaha mengatur napasnya, ia tersenyum lebar sambil menatap pantulan dirinya dicermin. Lucu juga melihatnya memakai terusan milik ibunya seperti ini. Padahal perutnya belum buncit. Kemarin ibunya menemaniya memeriksa kandungan di klinik terdekat. Bersyukur bayinya baik-baik saja, dan kandungannya sudah berjalan 6 minggu. Tak menyangka juga, selama itu dan ia tak mengetahuinya. Mungkin karena terlalu larut dalam masalahnya sendiri hingga tak sadar jika dirinya sedang mengandung.

"Sehat-sehat terus ya" gumamnya sambil mengelus-elus perutnya. Rasanya ada gejolak aneh di dadanya, seperti tak sabar menantikan sesuatu. Inikah yang dirasakan ibu hamil?

"Sakura" terdengar suara ibunya memanggil.

"Ya bu"

"Ada Toneri"

"Sebentar bu" sebelum berjalan keluar kamar, ia merapikan beberapa pakaiannya yang tadi sempat ia bongkar karena memilih baju.

Berjalan menuju ruang tamu, ada Toneri yang duduk manis. Di meja sudah dihidangkan jus melon dan sepiring camilan.

"Kenapa?" Sakura bertanya setelah menduduki dirinya di kursi yang berhadapan dengan lelaki itu.

Lelaki itu tampak tersenyum lebar, "aku ingin mengajakmu keluar"

"To the point sekali"

"Kau sendiri yang bertanya kenapa" ujar Toneri dengan wajah datarnya. Senyum manisnya entah hilang kemana.

Sakura terkekeh geli melihat wajah Toneri, meski begitu ia tetap mengisi kembali gelas Toneri yang tersisa setengah. "Tiba-tiba sekali, tak biasanya kau seperti ini"

Toneri meminumnya setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada sahabat pinknya tersebut. Yang ada Toneri merasa heran dengan sikap Sakura, sejak kapan dia berlaku seperti ini. Memperlakukan tamunya dengan sopan, ayolah sangat tidak Sakura sekali.

"Kebetulan akan ada festival di dekat sini, aku ingin pergi tapi tak ada teman makanya saja aku mengajakmu"

Matanya tampak berbinar mendengar kata festival, sudah berapa tahun ia tak pernah pergi. Ini pasti sangat menyenangkan, "baiklah aku akan ikut" ucapnya antusias yang mana membuat Toneri tersenyum melihatnya.

"Aku akan menjemputmu jam 8 malam. Sebelumnya juga aku sudah meminta izin dari ibumu"

"Wah kau baik sekali"

"Tentu saja, siapa dulu"

Memutar bola matanya bosan. Inilah Toneri, lelaki yang tak bisa dipuji sedikit pun. Dia akan besar kepala dan Sakura tak suka wajah menyebalkan sahabat kecilnya itu.

.

.

.

"Bagaimana bisa benda kecil itu menghilang?" Sasuke bertanya dengan penuh penekanan. Wajahnya terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya. Ini adalah hari pernikahannya dengan Shion, dan bukti yang telah dikumpulnya bersama Suigetsu menghilang begitu saja. Padahal ia jelas-jelas menaruhnya di dalam laci kecil yang selalu dikunci.

"A-aku tak tahu, semalam aku masih melihatnya di dalam laci" jawab Suigetsu gugup, memang benar semalam ia melihatnya ada namun sekarang entah mengapa menghilang begitu saja. Tak mungkin kan? Bisa jadi ada yang mengambilnya.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang