Chapter 37

2.3K 260 8
                                    

Semua terjadi begitu saja padahal baru kemarin Sasuke berpamitan padanya untuk pulang ke tokyo dan hari ini lelaki itu kembali, namun tidak sendiri melainkan dengan keluarganya. Jangan lupakan Sasori dan Gaara yang ikut-ikutan. Sakura sempat menduga, mereka datang karena disini ada Matsuri dan Ino.

Sakura mengatur napasnya sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Ino dan Matsuri benar-benar mengobrak-abrik wajahnya hingga menjadi secantik ini, ia bahkan sempat tak mengenali bayangannya sendiri.

"Sakura cepat keluarlah pasti mereka menunggumu" ucap Ino.

Sakura mendengus bosan melihat Ino yang begitu antusias. Daripada ia mendapatkan ocehan dari Ino lagi, lebih baik keluar saja.

Beranjak dari duduknya. Kembali mengecek apakah ada yang kurang, namun ia merasa puas. Dengan dress berwarna salmon yang begitu cocok ditubuhnya membuat ia semakin percaya diri. Paling tidak ia terlihat cantik dengan penampilan seperti ini.

"Kalian tak ikut?"

Matsuri yang asik merebahkan diri di tempat tidurnya seketika beranjak. "Dengan penampilan gembel seperti ini?" Tanyanya. Ya memang Matsuri hanya memakai kaos kebesaran yang telah usang, dipadukan dengan celana pendek. Berbanding terbalik dengan Ino yang selalu modis. Model memang harus seperti itu.

"Baiklah-baiklah aku saja yang keluar. Oh ya, aku akan menyuruh Gaara menemuimu, sepertinya dia terlihat jengah duduk di depan rumah saja bersama Sasori tanpa adanya kehadiranmu"

"Tidak, jangan lakukan itu. Aku sedang menggembel sekarang"

"Makanya bodoh ganti pakaianmu" Ino melemparnya dengan bantal. Membuat si korban menggeram kesal.

Sakura yang melihat perdebatan tersebut hanya bisa tertawa geli. Ia sudah mendengar bagaimana mereka bisa berteman, sampai merasa bersyukur karena pertemanan yang terjalin itu, semua masalah dapat dengan mudah diselesaikan.

"Apa-apaan kau, aku tak mau ganti pakaian"

"Lalu kenapa kau takut jika Gaara melihatmu seperti ini?"

Mereka mulai berdebat, Sakura memilih keluar saja dan membiarkan mereka. Daripada mengurusi pertengkaran tersebut, lebih baik menemui keluarganya dan Sasuke yang tengah berada di ruang tamu.

.

.

.

Jangan tanya segugup apa dirinya. Saking gugup tangannya sampai basah karena keringatnya sendiri. Beruntung Sasuke dengan sabar menggenggam tangannya, seolah menyalurkan ketenangan padanya. Padahal ini baru pelamaran, belum pernikahan. Namun ia segugup ini.

Di depannya, ada ayahnya berserta ayah Sasuke yang sibuk membicarakan mengenai pernikahan mereka.

Ayah Sasuke sebelumnya sudah meminta maaf padanya beserta kedua orangtuanya, tentu mereka memaafkannya. Karena dengan begitu semua masalah akan mudah diselesaikan jika saling memaafkan, memang kadang kala terasa berat tapi dengan memaafkan hidup akan terasa lebih tenang.

Ia juga sudah menerima lamaran tersebut beberapa menit lalu sebelum Sasuke menggenggam erat tangannya seperti ini. Meski perasaan gugup itu masih ada, tapi ia senang.

Melihat kedua orangtuanya berbicara akrab dengan orangtua Sasuke membuatnya tersenyum. Berterima kasih pada dirinya sendiri, ia berada di titik ini karena perjuangannya. Pernah beberapa kali ia menyerah, namun kembali lagi berjuang untuk terus hidup. Dan inilah hasilnya.

"Bibi bolehkah ku ajak Sakura keluar sebentar?" Tanya Sasuke.

Sepertinya mereka berdua butuh waktu untuk bicara, lagipula keluarga mereka juga sibuk membicarakan tentang pernikahan mereka.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang