Chapter 2

3.7K 410 21
                                    

Langkah kakinya gontai, seperti tak ada semangat untuk hidup. Hampir seluruh kantor yang didatanginya tak menerima karyawan. Seperti dejavu, karena kemarin ia melakukan hal itu juga namun pupus ia tak menemukan pekerjaan. Padahal di depan kantor kantor yang didatanginya terdapat papan iklan penerimaan karyawan, namun setelah ia masuk dan memperkenalkan diri pemilik perusahaan tersebut sontak berkata bahwa ia sudah mendapatkan karyawan yang dibutuhkannya.

Hembusan napasnya terdengar, segera saja ia melangkah ke arah halte bus menduduki dirinya disitu. Pikirannya sedang berkecamuk memikirkan ibunya yang berada di rumah sakit. Kemarin saat ayahnya menelfon, ia menyuruh ayahnya untuk meminjam uang dulu pada tetangga untuk membayar biaya rumah sakit ibunya. Jika ia telah mendapatkan pekerjaan, ia pasti akan mengirimkan mereka uang dan mengganti uang yang dipinjam tersebut.

Namun, sepertinya sulit baginya mencari pekerjaan. Lihat saja beberapa hari belakangan ini tak ada satu pun yang menerimanya. Selain perusahaan Uchiha Grup tentunya.

Sakura memejamkan matanya agar bisa berpikir jernih. Ia tak boleh berpikir buntu, mencari pekerjaan adalah tujuannya kali ini. Tapi dimana?

"Kenapa jaman sekarang mencari pekerjaan itu sulit?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Padahal saat masa kuliahnya dulu mencari kerja itu mudah. Bahkan ia bekerja paruh waktu di cafe agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan tak perlu mengharapkan uang dari kedua orangtuanya.

Bicara soal kuliah, ia dulu mendapatkan beasiswa. Namun tetap saja kebutuhan hidupnya ditanggung sendiri, makanya ia bekerja. Dan sialnya kenapa ia berhenti bekerja jika tahu mencari kerja akan sesulit ini. Entah siapa yang harus disalahkannya, dulu yang menyuruhnya berhenti Sasuke. Kata lelaki itu ia tak perlu susah payah bekerja, dia yang akan membiayai kehidupannya. Ya memang benar lelaki itu membiayainya hingga ia terbiasa dan tak berusaha sendiri.

Lihat sekarang jadinya seperti ini. Beruntung saat putus dengan Sasuke, uang tabungan dari hasil kerja paruh waktunya bisa digunakan. Hanya beberapa bulan saja hingga ia kembali mendapatkan kiriman uang dari kedua orangtuanya sampai saat ini. Dan sekarang ia tengah bersusah payah mencari pekerjaan agar bisa hidup mandiri tanpa merepotkan orangtuanya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Sakura tak pernah merasa seputus asa ini. Pikirannya tengah dilanda badai besar dan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya untuk meredakan badai tersebut.

Kedua tangannya segera menutupi wajahnya yang memerah karena tangis, "hiks maafkan Saki yang tak berguna ini. Saki hanya bisa merepotkan kalian hiks maaf"

"Ck air mata sialan ini kenapa keluar, membuat suasana buruk saja" umpatnya kesal sembari menghapus kasar air matanya. Segera beranjak dari duduknya, sepertinya ia terlalu lama beristirahat.

Melangkah pelan menyusuri jalanan sunyi tersebut. Setidaknya ia harus tetap berusaha hingga mendapatkan pekerjaan. Matanya bergulir kesana-kemari mencari sesuatu yang bisa membantunya mendapatkan pekerjaan. Pandangan matanya jatuh pada brosur yang tertempel di tiang listrik. Dengan kecepatan lari yang ia punya, ia mendekat pada objek yang diamatinya tadi. Tanpa adanya kesabaran, ia menarik paksa brosur tersebut dan membacanya lamat-lamat.

"Pelayan cafe?" Gumamnya pelan sambil mengamati tulisan yang tertera dibrosur tersebut. "Aaa terima kasih tuhan aku sangat membutuhkan pekerjaan ini" teriaknya kegirangan dan tanpa banyak kata langsung saja berlari menuju cafe yang sudah diketahui letaknya tersebut.

.

.

.

Sakura duduk dikursi cafe dengan perasaan yang berkecamuk, ia sedang menunggu kedatangan pemilik cafe ini. Katanya sebentar lagi akan tiba karena tadi sedang mengurus sesuatu yang disuruh bossnya. Entahlah Sakura tak peduli yang terpenting ia bisa bekerja disini.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang