Chapter 33

2.6K 283 12
                                    

Kehadiran Sasuke di depan pintu rumahnya masih membuat dirinya terkejut, butuh waktu beberapa saat baginya untuk memproses apa yang dilihatnya ini.

Sasuke yang terlihat marah karena mendapati dirinya dan Toneri, terasa menakutkan untuk dirinya. Lagipula lelaki itu tahu darimana alamat rumahnya, yang ia tahu Sasuke tak mengetahuinya. Memang dulu saat masa kuliah lelaki itu pernah mengajaknya agar berlibur di rumah orangtuanya, namun mereka tak sempat datang karena hubungannya kandas lebih dulu.

Seakan baru sadar jika masih ada Toneri yang nampak kebingungan, ia segera menoleh pada lelaki itu. Yang utama adalah menyuruh sahabatnya pulang jika tak ingin terjadi sesuatu. Ia juga butuh bicara dengan Sasuke, tidak lebih tepatnya Sasuke yang butuh bicara dengannya. Melihat bagaimana datarnya wajah kekasihnya-- ralat mantan atau entah apalah itu.

"Toneri sekarang sudah sangat larut, kau boleh pulang. Jika kau merasa ingin menanyakan sesuatu, kita bisa bertemu besok" ucap Sakura, wajahnya terlihat panik hingga membuat Toneri semakin bingung.

Sakura memang tak ingin merasa panik, namun merasakan hawa-hawa kurang bersahabat ia mulai peka dan menyuruh Toneri untuk cepat pulang.

"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu"

"Tunggu"

Bukan, itu bukan Sakura. Melainkan Sasuke. Sakura sendiri tengah menahan napasanya melihat Sasuke melangkah mendekati Toneri.

Toneri menatap Sasuke dengan penuh tanya. Walau tak dijelaskan secara rinci pun ia mulai paham dengan keadaan ini, mengingat betapa paniknya wajah Sakura tadi.

"Ada apa?"

Tak menjawab, Sasuke berbalik dulu pada Sakura. "Masuklah, ada yang ingin aku bicarakan dengan dia"

Tampak ragu memang mengingat betapa datarnya wajah Sasuke, namun saat melihat tatapan melembut lelaki itu mau tak mau membuatnya masuk ke dalam rumah. Sambil berdoa dalam hati semoga mereka tak melakukan sesuatu yang membahayakan.

Memastikan Sakura sudah masuk, baik Sasuke maupun Toneri kini saling tatap.

"Jadi kau sahabat Sakura?" Tanya Sasuke.

Mengangguk pelan, ia paham sekarang. "Ya kau benar"

Nampak memperhatikan gerak-gerik Sasuke, yang mulai memasukkan tangannya ke dalam saku celana hingga menyandarkan tubuhnya di tiang teras. "Bagaimana dengannya hari ini, apa dia tersenyum?"

"Maksudmu Sakura? Tentu saja, dia terus tersenyum"

"Baiklah aku hanya ingin menanyakan itu"

Tertawa kecil, ini tak seperti dugaannya. Ia berpikir mungkin akan terjadi sedikit kekacauan, ternyata tidak. "Ku pikir kau akan menghajarku karena telah mengajak kekasihmu jalan-jalan"

"Tidak. Seharusnya aku berterima kasih karena kau telah membuatnya merasa senang"

"Sama-sama bung, santai saja. Sudah jadi tugasku untuk membuat Sakura senang. Lagipula sepertinya dia cocok menjadi adikku"

Sasuke memutar bola matanya bosan mendengar ucapan bernada godaan tersebut, "memang hanya adik, kau berharap apa lagi?"

"Santailah aku hanya bercanda. Lagipula aku dan Sakura sepertinya tak cocok untuk menjalin hubungan, akan sangat canggung jadinya, sedang aku sendiri tak suka jika harus bersikap canggung pada Sakura"

"Hn baiklah"

Toneri mengangguk paham, ia mengangkat sebelah alisnya sebagai kode sebelum berbalik dan pulang menuju rumahnya. Tak buruk, kekasih sahabatnya bukanlah lelaki yang penuh kecemburuan hingga menyelesaikannya dengan emosi.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang