Chapter 39

2.4K 265 8
                                    

"Aku tak mau" Setengah merengek, Sakura menghindar dari lelaki itu. Ia masih ingin menonton kartun kesukaannya dan Sasuke terus memaksanya untuk mandi. Lagipula apa urusannya dengan lelaki itu, jika ia tak mandi berhari-hari pun tak ada hubungannya dengan Sasuke.

Itu menurutnya saja, padahal tentu jika dia malas mandi pasti berdampak pada Sasuke karena mereka tidur seranjang. Sasuke sendiri harus ekstra sabar menghadapi Sakura yang semakin keras kepala, perempuan hamil memang akan lebih menyebalkan jika menyangkut sesuatu yang tak diinginkan mereka.

Masih teringat jelas bagaimana Sakura menangis hanya karena ia menggigit buah apel yang sedang dimakan gadis itu. Padahal buah tersebut masih banyak di dalam kulkas namun Sakura menangis seolah buah apel yang digigitnya tersisa satu di dunia.

Menghadapi kemanjaan Sakura saat hamil seperti ini ternyata harus menyiapkan kesabaran yang besar, beruntung cintanya pada Sakura bisa mengalahkan egonya. Kalau tidak, sudah dipastikan ia sendiri yang akan membentak balik gadis itu.

"Baiklah aku tak akan memaksa, terserah kau mau mandi atau tidak" ucap Sasuke pasrah. Dia bahkan memilih merebahkan tubuhnya di sofa dan mulai ikut menonton kartun tersebut. Susah juga memaksa Sakura untuk mandi sedang gadis itu belakangan ini sedang cengeng. Sasuke berharap besar, anaknya berbanding terbalik dengan ibunya semasa hamil. Seperti kata orang, jika ibunya cengeng semasa hamil anaknya akan jadi pendiam dan jarang menangis. Jika itu benar, Sasuke sangat mengharapkannya.

Tak ada suara selain kartun tersebut. Namun hanya beberapa saat saja hingga ia mendengar isakan. Seakan hapal dengan suara tersebut, Sasuke langsung beranjak dan mendekati Sakura dengan panik. "Sayang ada apa denganmu? Ada yang sakit? Kenapa kau menangis?" Tanya Sasuke dengan segala pertanyaan yang mengganggunya. Perasaan kartun yang ditonton mereka tidak menayangkan adegan sedih, bahkan kartun tersebut tengah asik bermain bersama sahabatnya yang berwarna merah jambu dalam sebuah kardus. Lalu apa yang membuat Sakura menangis?

"Hiks kau jahat"

Bingung sendiri menghadapi Sakura seperti ini. Sakura benar-benar menunjukkan sifat manjanya saat mereka mulai tinggal di apartemen ini, sebelumnya gadis itu tak semanja ini. Sepertinya besok ia harus membawa Sakura periksa di dokter kandungan, kalau perlu ia juga akan membawanya ke psikiater. Tidak, jangan anggap itu serius.

Berusaha untuk bersikap tenang. Sasuke menangkup wajah Sakura, disaat seperti ini, gadis itu pasti membutuhkan perhatiannya. "Kenapa bisa kau mengatakan aku jahat hmm? Apa kau kesal karena tadi aku memaksamu mandi"

"Hiks huu bu-bukan itu, aku tidak suka saat kau diam, huu kau seharusnya menyuruhku mandi"

Saking tak pahamnya dengan jalan pikiran Sakura, Sasuke sempat tertawa hambar. Apakah sebentar lagi ia akan gila karena menghadapi Sakura dalam versi seperti ini? Mungkinkah karena lupa mengupdate Sakura hingga gadis itu kembali ke versi lama, atau lebih tepatnya versi saat menjadi anak kecil. Tunggu Sasuke, bisa-bisanya kau menyamakan calon istrimu dengan sebuah aplikasi.

"Aku minta maaf, jika memang kau mau aku menyuruhmu mandi, akan ku lakukan. Apapun itu asal jangan menangis, oke? Aku tak suka melihatmu menangis sedih seperti ini" ujar Sasuke terus-terang.

Menghapus air mata Sakura dengan lembut, sebelum mencium lama bibir gadis itu. "Maafkan aku" gumamnya.

Sakura mengangguk sambil tersenyum lebar, wajahnya seketika cerah begitu saja seolah tak pernah menangis. Suasana hati kekasihnya memang cepat sekali berubah, mungkin karena dia sedang mengandung.

Namun Sasuke pikir itu juga karena perhatiannya. Jika berbicara lembut Sakura pun akan paham kalau dirinya benar-benar tak ingin gadis itu menangis.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang