Chapter 29

1.9K 249 11
                                    

"Aku pikir ada alasan kenapa Sakura meninggalkan kota ini secara diam-diam" Suara Ino memecahkan keheningan diantara mereka berempat. Suasan cafe yang sunyi semakin membuat semuanya terdiam. Dan selanjutnya ia menjadi pusat perhatian ketiga orang tersebut.

Memang benar apa yang dikatakan Ino, mengingat mereka sudah bertemu dengan Suigetsu dan mendengar cerita dari lelaki tersebut.

"Ya memang benar Ino, seperti yang ku ceritakan dari awal kalau Sakura pergi karena Sasuke dan Shion akan menikah" ucap Gaara yang kembali memperjelaskan masalah Sakura.

Ino menggeleng cepat, tentang hal tersebut ia sudah tahu dengan jelas. Tapi setelah dipikir-pikir Sakura bukan orang seperti itu. Ia tak mungkin pergi begitu saja hanya karena Sasuke akan menikah dengan gadis lain, ia sangat mengenal Sakura.

"Bukan, maksudku seperti ini. Sakura gadis yang kuat, dia tak mungkin pergi hanya karena masalah seperti itu. Memang dia pastinya sakit hati, tapi sebelumnya ia pernah sakit hati seperti ini tapi tak pernah sampai meninggalkan kota Tokyo. Ku yakin ada alasan khusus kenapa dia pergi, seperti sesuatu yang mengancam" ucapannya mampu membuat mereka terbungkam. Sambil memikir dengan keras maksud dari ucapan gadis blonde tersebut. Kalau dipikir pun ucapan Ino ada benarnya juga.

Gaara melirik kekasihnya yang sama terdiam. Tatapan Matsuri membuatnya merasa sedih, pasti gadis itu sangat mengkhawatirkan Sakura. Ia harus mencari cara agar mengetahui alasan mengapa Sakura pergi begitu saja. Agar sebelum menemui Sakura, mereka sudah mengetahui masalahnya.

Sebenarnya ini ide Ino, dia berkata lebih baik mencari akar permasalahannya lalu temui Sakura. Tak baik jika menemuinya begitu saja tanpa mencari tahu alasannya pergi.

"Apa kalian butuh bantuan?" Dan perkataan dari orang asing tersebut membuat mereka terkejut. Namun sspertinya hanya berlaku bagi Sasori dan Ino, sedang Gaara dan Matsuri tampak tersenyum karena mendapatkan bantuan lebih cepat dari dugaan mereka. Tuhan tak pernah tutup mata untuk orang-orang yang selalu berbuat baik.

"Aa Suigetsu, bertepatan sekali. Kami membutuhkan bantuanmu" Gaara menyuruh lelaki itu untuk bergabung dengan mereka.

Suigetsu menduduki dirinya di samping Sasori, wajahnya kini tampak serius berbeda dari sebelumnya yang santai. "Sepertinya aku yang membutuhkan bantuan kalian"

.

.

.

Sasuke tak mungkin berada di tempat ini jika bukan paksaan ayahnya. Daripada menamani gadis tak tahu diri itu untuk melihat-lihat gaun pernikahan yang tak dinginkannya lebih baik ia mencari keberadaan Sakura.

Bisa ia dengar Shion memanggilnya dengan nada menjijikan. Ia tak menggubrisnya selain melihat layar ponselnya.

"Sasuke-kun bagaimana dengan gaun ini?"

Sungguh ia begitu jengah dengan suara gadis itu. Sangat mengganggu sekali, tak bisakah dia berdiam diri saja tanpa mengoceh. Masih baik Sasuke mau meneminya ke butik ini.

"Hn"

"Bicara lah dengan jelas Sasuke-kun, aku kebingungan memilih gaun yang cocok denganku"

"Semua gaun itu tak cocok di tubuh menjijikanmu" ingin sekali Sasuke mengatakannya pada Shion, tapi ia berusaha menahannya, mengingat gadis itu sering mengadu pada ayahnya.

Menetralkan napasnya agar emosinya tak meledak. Sasuke berusaha keras, semenjak Sakura meninggalkannya, emosinya jadi sulit ditahan. Padahal seharusnya ia tak boleh emosian jika ingin masalah ini cepat selesai. Karena harus dengan kepala dingin.

"Semuanya cocok untukmu" jawab Sasuke asal.

"Be-benarkah? Wah aku senang mendengarnya" Shion mendekat pada salah satu karyawan disini, "baiklah kalau begitu aku akan melihat-lihat hiasan kepalaku, jika Sasuke-kun lapar bisa keluar sebentar di dekat sini ada cafe"

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang