Chapter 7

3.4K 396 20
                                    

Sakura sendiri masih tak mengerti dengan jalan pikirannya ini. Bagaimana ia bisa hidup dengan masalah ini, bukan. Ini bukan masalah rumit, ini hanyalah masalah perasaannya. Ia masih cukup mempunyai rasa untuk tidak membenci Sasuke, meski lelaki itu bertindak dan berkata kasar padanya. Ia tak bisa, mungkin sekarang. Kedepannya nanti, ia tak tahu.

Hembusan napasnya terdengar kasar, lagi-lagi tak menemukan jawaban dari penuntasan masalah ini.

Gerakan pelan, ia mengetuk kepalanya ditiang halte. Mungkin dengan cara itu masalahnya bisa sedikit berkurang. Ia berharap, tapi mungkin saja dirinya malah geger karena terlalu berlebihan mengetukkan kepalanya.

"Aku kasihan dengan tiang itu" gerakannya terhenti saat mendengar suara seseorang. Segera saja ia mendongak, mendapati wajah Sasori yang tengah tertawa kecil.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Menunggu bus, tentu saja"

"Oh" ia hanya bergumam seadanya, mengabaikan tatapan protes Sasori. Ayolah tanggapan macam apa itu.

"Kau sedang ada masalah?" Tanya Sasori.

Gadis itu hanya meliriknya singkat lalu mengangkat kedua bahunya. Ia kembali mengetukkan kepalanya ditiang.

"Aku khawatir, jangan-jangan kau mengidap penyakit-"

"Sasori" Ia memotong cepat ucapan Sasori, membuat lelaki itu meliriknya bingung. Mereka memang tak terlalu akrab, tapi karena sering bertemu dalam satu bus kadang kala mereka menghabiskan waktu dengan berbicara atau mungkin membahas tentang masa-masa kuliah mereka. Hanya itu saja.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Apa bunuh diri itu dosa?"

Ya ampun, Demit sialan dari mana yang merasuki jiwa polos gadis itu. Dengar saja pertanyaan yang dilayangkannya, sangat tak masuk akal bukan?

"Entahlah"

"Hmm bagaimana kalau aku-"

Sebelum Sakura meneruskan ucapan tak masuk akalnya itu, Sasori lebih dulu menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Ia sadar, tentu saja. Dari awal, candaan Sakura, senyumannya, tawa kerasnya. Itu hanya pengalihannya saja agar bisa melupakan kesedihannya. Dia terlalu mudah untuk ditebak.

Mungkin selama ini Sakura tak tahu dimana ia bekerja. Ia bekerja di perusahaan Sasuke, bagian pemasaran lebih tepatnya di bagian account executive. Memang dirinya tak sering terlihat karena jarang berada di kantor. Ia lebih sering turun lapangan. Namun saat ia datang ke kantor, tak sengaja ia melihat Sakura yang ternyata menjadi cleaning servis. Memang tak jadi masalah, hanya saja. Ia terkejut saat melihat bossnya, mendorong Sakura dan berkata kasar pada gadis itu. Hanya karena Sakura memasukan gula di kopinya.

Lagi, bukannya mereka sepasang kekasih saat kuliah, kenapa sekarang jadi seperti ini. Bukan dirinya ingin ikut campur masalah pribadi hubungan mereka, hanya saja ia tak bisa melihat seorang lelaki memperlakukan perempuan dengan kasar.

Saat itu pun ia mengerti, mengapa Sakura sering kedapatan murung di dalam bus, ia mengerti. Gadis itu sedang ada masalah. Tapi ia tak bisa membantu apa-apa, selain memberikan pelukan ketenangan ini.

"Berhenti menutupinya Sakura!"

"Jadi kau tahu?"

"Ya. Aku melihatnya, memperlakukanmu dengan kasar" Sasori melepaskan pelukannya, "bukan aku ingin ikut campur, maksudku tak seharusnya bersikap seperti itu bukan? Meski sudah menjadi mantan"

"Aku pun tak mengerti"

Tangan lelaki itu terulur mengelus rambut halus milik Sakura, ia tersenyum, "selesaikan masalahmu dengan kepala dingin. Jangan sampai melakukan hal bodoh dengan bunuh diri, oke?"

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang