Chapter 32

2.4K 294 16
                                    

Langkah berat Sasuke seketika membuat suasana dalam ruangan tersebut terasa suram. Mereka mungkin berpikir jika Sasuke merasa sangat kecewa atas apa yang baru saja terjadi namun nyatanya sebaliknya. Ia ingin terlihat biasa saja, tidak dengan berteriak heboh jika ia telah berhasil melakukan rencananya.

Langkahnya terhenti tepat di samping ayahnya yang tengah berdiri. Sepertinya pria paruh baya itu masih terguncang. "Apa kabar dengan menantu idamanmu?" Tanyanya dingin. Tak lagi memperdulikan wajah terkejut ayahnya. Ia bukanlah anak baik hati yang akan dengan mudah merasa iba pada ayahnya. Atas apa yang Fugaku lakukan padanya selama ini? Tidak mudah memaafkannya begitu saja.

Ia melihatnya, bibir ayahnya yang nampak bergetar karena tak tahu harus mengatakan apa. Daripada menunggu jawaban ayahnya, ia lebih baik pergi. Masih banyak yang harus dilakukannya.

Maka dengan itu ia melangkah lurus meninggalkan ayahnya yang masih diam mematung. Memang seharusnya pria yang berkuasa di keluarga Uchiha itu harus menyesali perbuatannya sendiri.

Mengingat sesuatu ia tak boleh bergerak lambat. Segera saja berlari menuju pintu keluar. Ia benar-benar akan meninggalkan ruangan tersebut jika tak mendengar panggilan Itachi.

"Jangan dulu sekarang Itachi"

"Ck kau ini benar-benar" Itachi melempar dompetnya pada Sasuke, dengan cekatan lelaki itu mengambilnya sambil menatap penuh tanya.

"Di dalam ada kunci mobil dan black card milikku. Pakai saja" ini baru bilang kakak pengertian.

"Terima kasih" ucapnya dan kembali berlari.

"Setelah ini jangan lupa untuk mentraktirku" samar-samar ia masih bisa mendengar teriakan kakaknya.

Langkahnya kembali terhenti karena keberadaan empat orang tersebut. Gaara, Sasori, Matsuri dan Ino yang nampak tersenyum padanya. Ia membalas senyum mereka dengan tipis sambil berucap, "terima kasih"

"Aku dan Matsuri sepertinya tidak butuh terima kasih. Kami lebih butuh kenaikan gaji" bisa-bisanya Sasori mencari kesempatan di saat seperti ini. Tapi jika memang ia kembali memegang kendali perusahan tersebut tentu dengan senang hati akan menaikkan gaji mereka.

"Akan aku bicarakan dengan Itachi, sekarang dia yang mengambil alih Uchiha grup"

"Oke kami tunggu" ucap Matsuri dengan semangat. Mengabaikan pelototan Gaara. Padahal yang ia tahu mereka berdua hanya bercanda pada Sasuke, dan Sasuke meresponnya dengan serius.

"Ino?" Ia menoleh pada Ino, siapa tahu saja gadis itu ingin dibelikan sesuatu sebagai bayaran atas rencana hari ini.

Ino meringis sambil melirik ponselnya, "daripada tas mahal atau mobil mewah, lebih baik kau bujuk saja Sai agar tidak melakukan pemberontakan padaku malam ini, aku benar-benar tak akan bisa berjalan karena berita aku datang dengan Kabuto ke pestamu telah sampai ke telinganya" maksud Ino pemberontakan bukanlah makna yang sebenarnya, tentu paham bukan maksudnya itu apa.

Mengangguk pelan tak lupa memberikan tatapan mengejek pada gadis itu. Dia tahu bagaimana cemburunya Sai pada Ino. "Tenang saja" lalu terakhir pada Gaara yang sedari tadi hanya diam, "kau--"

Gaara membalas tatapan Sasuke. Seolah saling mengerti dengan tatapan satu sama lain, lelaki emo itu mengangguk paham. Mudah saja menuruti kemauan Gaara, karena memang itu adalah tujuannya.

"Aku pergi"

.

.

.

Memastikan tak ada yang tertinggal, Sakura segera berjalan keluar kamarnya. Sedikit tak percaya diri memang karena kali ini ia memakai kimono. Kata ibunya ia terlihat sangat cantik, dan apa tanggapannya? Kesal, bukan karena tak suka tapi ia malu. Apalagi ini hanya keluar dengan Toneri, kenapa harus memakai pakaian seperti ini.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang