Chapter 26

2.5K 280 15
                                    

Setelah memastikan sapi kesayangan ayahnya itu memakan makannya sampai habis, Sakura memilih berjalan-jalan di sekitar perkebunan milik ayahnya. Memperhatikan dalam diam tumbuhan hijau yang memberikan mereka kehidupan, tak ada kebun ini mungkin saja mereka tak akan memakan sayur segar, dan tak akan mendapatkan uang untuk kehidupan sehari-hari. Sakura sangat bersyukur karena tumbuhan tersebut tumbuh dengan sehat.

Ia berjongkok ketika tatapannya terhenti pada buah berawarna merah segar tersebut. Seketika ia tersenyum kecut saat selintas wajah Sasuke mengghinggap kepalanya, kembali mengingatkan dirinya akan lelaki itu. Pertanyaan demi pertanyaan terus tergiang, apakah lelaki itu baik-baik saja? Apakah dia mencari keberadaannya? Atau apakah dia benar-benar telah menerima Shion?. Kenapa pertanyaan terakhir itu mampu membuat napasnya tertahan, seharusnya apapun keputusan yang dipilih Sasuke ia harus terima, lagipula lelaki itu pasti sangat kecewa padanya mengingat ia pergi diam-diam tanpa mengatkan alasan apapun.

Tarikan napasnya terdengar berat, setelah sebelumnya berusaha menahan diri untuk tidak menangis. Belakangan ini ia terlalu banyak menangis, untuk sekarang ia berusaha agar tidak meneteskan air mata. Kalau sampai ayah dan ibunya tahu, pasti mereka akan bertanya-tanya.

Merasa bisa kembali mengontrol diri, tangannya terulur memetik satu buah tomat segar tersebut, kelihatan sekali jika ia ingin mencicipi tomat itu secara langsung. Sungguh menggiurkan dengan warna merah menyala, lagi ini langsung dipetik di kebunnya, tentu rasanya terjamin.

"Enak juga" kata pertama yang diucapnya saat buah tersebut masuk ke dalam kerongkongannya. Jika tahu rasa tomat segar seperti ini, mungkin saja ia tak akan memarahi Sasuke yang sering menghabiskan stok tomat dalam kulkas, pasti lelaki itu tak tahan untuk menguyah tomat segar. Saat seperti ini, ingin sekali rasanya ia membawa Sasuke ke rumah orangtuanya dan menyuruh lelaki itu memetik dan memakan langsung tomat segar ini, dijamin Sasuke akan menghabiskan lima belas pohon tomat karena ketagihan.

"Apapun yang ku pikirkan pasti selalu mengaju pada Sasuke, ck ada apa denganku ini" ia menggerutu kesal sambil menguyah habis sisa tomatnya. Sebelum tangan nakalnya kembali memetik tomat, gerakannya terhenti. "Kenapa aku menyukai buah merah ini?"

"Karena buahnya segar" Sakura tersentak mendengar jawaban tiba-tiba tersebut. Segera saja ia berbalik, menatap wajah cerah ayahnya.

"Sejak kapan ayah disini?"

"Lima detik yang lalu" bernapas lega, beruntung ayahnya tidak mendengarnya mengucapkan nama Sasuke.

"Oh ku pikir sudah lama"

Kizashi menggeleng pelan sambil tersenyum hangat pada putri kesayangannya, tak menyangka jika gadis kecilnya yang dulu sering memanjat pohon kini telah tumbuh besar, menjelma menjadi bidadari cantik.

Tangan besar dan kasar itu mengelus kepala pink putrinya, "temani ibumu ke pasar, biar ayah yang akan memetik tomat-tomatnya"

"Loh tomatnya akan segera dipetik?"

"Ya ini sudah waktunya, jika dibiarkan beberapa hari lagi bisa-bisa tak akan sesegar seperti hari ini"

Sakura mengangguk tanda mengerti, matanya melirik tomat-tomat segar tersebut, "Baiklah ayah, aku akan menemani ibu ke pasar dan akan segera kembali untuk membantumu"

"Tak perlu, ayah bisa sendiri. Lagipula kau juga harus banyak istirahat"

"Tapi aku ingin membantu ayah" nada bicaranya yang terdengar merengek membuat Kizashi terkekeh geli, tak ada kata lagi yang bisa ia ucapkan selain menyetujuinya. Sulit baginya menolak keinginan Sakura, tapi beruntung putrinya tersebut tak pernah meminta ini itu, dia meminta sewajarmya saja dan tentu itu menguntungkannya, seperti menyiram tanaman atau memberi makan sapi.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang