Chapter 22

2.6K 323 14
                                    

"Sakura kau tahu dimana Sasuke-san?" Sakura mendongakkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan dari seseorang. Ia tersenyum pada Chouji, lalu mengangguk.

"Sedang keluar, katanya ada sedikit urusan"

"Oh kalau begitu aku minta tolong katakan padanya jika aku telah menaruh list belanja bulanan di meja kerjanya. Aku sedikit sibuk hari ini, tak apa kan?" Tanya Chouji sopan, meski Sakura baru disini tapi ia tak boleh sembarang, gadis itu kekasih bossnya.

"Tentu saja boleh"

"Terima kasih, aku ke dapur dulu" pamit Chouji padanya yang dibalas dengan anggukan singkat.

Kembali melanjutkan kegiatan menulis laporan keuangan bulanan. Hari ini pelanggan banyak berdatangan, jadinya ia baru bisa membuat laporan sekarang. Mengingat besok mereka akan menerima gaji kerja, jadi ia harus membuat laporan dengan teliti tanpa ada satu pun yang tertinggal.

Jarinya dengan lihai menari di atas keyboard, menyusun angka-angka serta keterangan. Bukan hal sulit memang, sewaktu kuliah ia bahkan terbiasa melakukan hal ini. Ingat dulu ia juga pernah bekerja di cafe.

Wajah seriusnya lenyap seketika ketika mendengar suara Kiba yang menyapa. Menghentikan pekerjaannya, ia tersenyum pada barista tersebut. "Oh hay"

"Kau terlihat sibuk?"

"Ya begitulah, besok kita akan menerima gaji. Aku harus membuat laporan keuangan hari ini"

"Kau bekerja keras untuk kami. Ini minumlah, pasti tenagamu terkuras" Kiba menyodorkan segelas jus melon padanya.

"Aa terima kasih, ini memang pekerjaanku" gumam Sakura, lalu meminum jus tersebut, minuman yang menjadi kesukaannya sejak bekerja di cafe ini. Oh jangan lupakan sushi buatan Chouji yang mampu membuatnya seperti orang rakus.

"Apa yang kau lakukan disini? Menyinggir atau Sasuke-san akan menembak kepalamu karena mendekati kekasihnya" Tenten dengan berisiknya ikut bergabung, mendorong paksa tubuh Kiba.

Tentu itu membuat Kiba protes, dia mendelik kesal pada Tenten yang selalu menganggu waktu santainya. Apa salahnya coba berbincang dengan Sakura, lagipula ia tak ada niat lain pada gadis pink itu selain berteman, ayolah ia masih sayang dengan pekerjaan dan gajinya yang lumayan besar.

"Apa? Kau pikir apa yang akan ku lakukan pada Sakura, kita berteman Tomboy"

"Berhenti memanggilku dengan panggilan bodoh itu, dasar anjing tanah. Pergi sana kau membuat mataku sakit berdiri disini"

"Aku tak menyangka kau mengatakan hal itu padaku Tenten. Kita sudah berteman sejak sekolah menengah atas" ucap Kiba dengan nada yang dibuat-buat, seakan hatinya dibuat patah oleh Tenten. "Sakitnya disini Tomboy"

"Persetan, pergi sana"

Sakura yang melihat opera sabun secara live hanya mampu terkikik geli dibuatnya. Satu hiburan yang menyenangkan, melihat dan mendengar langsung adu mulut Tenten dan Kiba setiap harinya. Suatu hal yang menguras tawa.

Kiba lagi-lagi memilih mengalah, namun sebelum pergi ia menjulurkan lidah pada Tenten dan mengedipkan mata pada Sakura. Yang mana hal itu semakin membuat Tenten meneriakinya.

.

.

.

Kursi dan meja kembali di susun rapih seperti semula. Cafe telah ditutup beberapa saat lalu. Lebih cepat dari jam biasanya, dan itu perintah dari si pemilik cafe.

Sakura membereskan meja kasir yang berantakan. Laporan sudah selesai dibuatnya, dan telah ia letakkan di meja Sasuke. Ngomong-ngomong soal lelaki itu, dari pagi ia pergi sampai saat ini belum juga kembali. Dia hanya menelfon sore tadi, menyuruh mereka menutup cafe jam setengah sembilan lalu menyuruh Sakura untuk pulang bersama Shino, karena lelaki itu tak bisa kembali secepatnya dan takut jika Sakura pulang sendiri.

Back To You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang