CH 23

373 47 11
                                    

'Kadang Tuhan memberi kita penyesalan saat kita meninggalkan yang baik untuk yang terbaik.'


*****

Setelah malam itu, tidak ada yang berani menjenguk Jung Hoseok ketika pemuda itu masih sadar. Mereka menjejakkan kaki di ruang rawatnya ketika pemuda itu sudah nyenyak dibuai mimpi. Hal ini juga atas nasihat doktor yang menangani Hoseok. Ia bilang lebih baik begitu demi menjaga kesihatan mental dan emosi pemuda itu. 

Seokjin tak henti henti mengingatkan Yoongi agar membawa Hoseok bertemu psikiatrik setelah ia dibenarkan pulang nanti. 

Jisung pula setiap malam merapalkan kata maaf disisi ranjang Hoseok ketika pemuda itu sedang lelap tidur. 

Sedangkan Min Yoongi, ia tetap begitu. Lebih memilih melihat adiknya dari luar pintu ruang rawat adiknya. Hanya beberapa kali sahaja ia masuk ke dalam itupun untuk mengemas tempat tidur Hoseok.

Jungkook adalah sebuah pengecualian. Ketika suatu hari, Jungkook yang hanya memerhati Hoseok yang sedang tidur dari luar pintu tiba tiba membuka kelopak matanya dan langsung beradu pandangan dengannya. Jungkook sudah susah payah menelan liurnya ketika itu. Ia sudah merasa tak sanggup membayangkan apa yang bakal terjadi setelahnya adalah sama dengan apa yang ia dengar diceritakan Yoongi tentang malam itu. 

Tapi apa yang ia bayangkannya hanya kekal dalam pikirannya ketika realitasnya, Hoseok hanya memandang sayu padanya. Setelah beberapa waktu Jungkook mengumpul kekuatan dan keberaniannya, dia masuk ke dalam ruang rawat itu, mendekat pada pemuda yang masih diam berbaring di kasurnya.

Ia berdehem perlahan membuat kerongkongnya merasa lebih baik. "Hyung..."Sapanya perlahan. Tapi langsung tidak menerima respon dari Hoseok. 

Jungkook menggaruk belakang lehernya merasa canggung. "Kau merasa lebih baik?" Jungkook sendiri merasa dirinya terdengar bodoh saat itu. Apatah lagi ketika Hoseok tetap diam menatapnya dengan pandangan yang Jungkook sendiri tak mengerti. 

Jungkook membuang pandangannya ke tempat lain sebelum ia perasan ada beberapa biji apel di sisi ranjang. "Apelnya aku potong ya?" Jungkook menarik bibirnya menjadi satu garis ketika kakak kelasnya masih memberikan reaksi yang sama. 

Pemuda itu mengambil sebiji apel dan pisau sebelum melabuhkan duduk dikerusi disamping kasur. Keheningan mengambil alih ruang rawat itu ketika Jungkook menyibukkan diri mengupas kulit apel dan Hoseok yang hanya diam memerhatinya.

Setiap harinya begitu. Hanya saja Jungkook lebih memberanikan diri untuk lebih banyak bicara pada pemuda yang sudah dianggap sebagai kakaknya. Ia bercerita apa sahaja tentang sekolah, teman teman dikelasnya bahkan tentang rancangan televisi yang sedang viral ketika itu. Hoseok masih sama. Ia tidak terlihat peduli pada Jungkook tetapi tidak pula dia membentak pemuda itu atau mungkin mengusirnya. Ia hanya diam melihat keluar jendela atau menatap langit langit kamar. Tapi Jungkook langsung tidak putus asa untuk mencoba mengajak nya bicara. Jungkook tahu yang lain pasti iri padanya karena Hoseok mahu menerimanya jadi dia tak mahu menyiakan peluang itu untuk mencoba membuat Hoseok merasa lebih baik. 

Jadi Jungkooklah yang paling banyak menghabiskan waktu menemani Hoseok. Dialah yang bicara padanya, yang menemaninya makan, yang menunggunya tidur, malah menunggunya keluar dari toilet.

Jisung lah yang paling merasa iri pada Jungkook. Tapi tak bisa dipungkiri sedikit sebanyak ia merasa lebih baik dengan kehadiran Jungkook. Pria itu merasa bersyukur setidaknya Hoseok masih mahu menerima seseorang untuk menemaninya dan tidak lagi dalam kesunyian. 

Ia dalam perjalanan menuju rumah sakit ketika ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Jisung melirik skrin yang memaparkan nomor tak dikenali. Pria itu mtak mengendahkan panggilan itu sehingga ianya berdering sekali lagi yang membuatkan Jisung berpikir mungkin itu panggilan penting. Ia menepikan mobilnya ke pinggir jalan sebelum mencapai benda pipih itu dan melekapkannya ke telinga.

Monster || sope (Brothership) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang