Hari itu, Jung Hoseok menerima tawaran Kim Seokjin untuk memberikan rawatan terapi mental untuknya. Seokjin bilang, jika dia mahu menjalani setidaknya tiga kali terapi dan menunjukkan progres yang positif, dia bisa di disjac dari rumah sakit.
Sepanjang dua kali menjalani rawatan terapi, Yoongi dan Jungkook tetap ada bersamanya seperti selalu. Melihat progres Hoseok yang semakin membuka hatinya untuk perlahan lahan menerima kehidupannya yang baru, tentu saja dua pemuda itu sangat senang dan bersyukur.
Kali ini, tekad Hoseok benar benar tulus. Dia ingin pulang. Kakaknya benar. Ia harus bertahan hidup. Kakaknya telah melakukan yang terbaik untuk hidup mereka jadi setidaknya Hoseok juga harus bertahan untuk mencoba sesuatu untuk membuat hidupnya lebih baik.
Kata kata Min Yoongi ketika ia mencoba mengakhiri hidupnya beberapa hari lalu terpahat kukuh dalam ingatannya. Hoseok bahkan masih bisa mendengar nada bicara kakaknya ketika menuturkan kata kata itu terutamanya ketika ia sedang bersendirian seperti sekarang. Hoseok meneguk soda dari kaleng dalam genggamannya dengan iris yang tidak sedikit pun beranjak dari langit biru di atas sana. Udara di rooftop pagi itu sangat segar dan Hoseok sangat menyukainya.
"Kenapa? Kau pikir hanya kau saja yang terpikir untuk melakukan hal bodoh seperti ini?"
Kakaknya juga pernah terpikir hal yang sama.
Jung Hoseok menarik napas dalam.
Ketika Yoongi menuturkan hal itu, itu pertama kalinya Hoseok sadar kalau Yoongi juga manusia biasa. Punya hati dan perasaan seperti orang lain. Berdarah panas seperti manusia normal. Bisa merasakan emosi sepertinya juga. Tapi kekuatan mental kakaknya lebih luar biasa dari dirinya.
Benar. Kalau kakaknya bisa menemukan alasan untuk bertahan hidup, dia juga harus mencoba. Kalau Yoongi bertahan hidup untuknya, Hoseok juga harus bertahan hidup untuk kakaknya. Setidaknya mereka masih memiliki antara satu sama lain.
Di sebalik pintu yang memisahkan ruang terbuka rooftop, Yoongi diam terpaku di situ. Menyedari dia mungkin akan menemukan sosok adiknya di balik pintu ini seperti hari itu membuatkan tangannya tanpa bisa dikawal, menggigil.
Ia tak mungkin mencoba melakukannya lagi setelah kegagalannya pada hari itu, kan?
Min Yoongi mencoba menarik napas dalam untuk mempersiap mentalnya sebelum menghulur tangan memutar kenob pintu di hadapannya.
Ia menarik napas lega ketika apa yang dilihatnya kali ini tidak sama dengan apa yang bermain dipikirannya.
Benar. Seharusnya Yoongi mula mempercayai Hoseok kali ini.
Jung Hoseok menoleh ke belakang ketika ia mendengar bunyi pintu besi dibuka. Bibirnya sontak menarik senyuman manis menyambut wajah yang sedang menatapnya singkat di muka pintu.
"Kau tidak sedang melakukan percobaan kedua, kan?"
Senyumannya bertukar menjadi sebuah tawa kecil yang juga membuat Min Yoongi tersenyum. Senang karena bisa mendengar adiknya tertawa setelah segala tragedi yang menimpa keluarga mereka.
"Anniyo~~ Haih... Aku tak mungkin melakukannya lagi." Jawab Hoseok seadanya.
Yoongi menutup pintu sebelum melangkah menghampiri adiknya yang duduk di atas bangku sambil menikmati sekaleng soda.
"Kenapa itu?" Tanya Yoongi ingin tahu.
Hoseok terdiam sejenak namun bibirnya masih mengukirkan senyuman yang sama.
"Hanya saja... Aku tahu kau akan menghentikan ku lagi."
Yoongi memandang adiknya. "Jadi karena kau bisa menebak aku akan ke sini? Bagaimana kalau aku tidak datang? Kau akan melakukannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster || sope (Brothership)
Fanfiction-SOPE ff- Selama ini Min Yoongi pikir hidup dirinya dan keluarganya hancur gara Jung Hoseok. Tapi ternyata dia dan keluarganya lah yang telah menghancurkan hidup yang lebih muda. Pada akhirnya, hal yang paling diinginkan Yoongi adalah melihat adikny...