CH 19

420 59 16
                                    

'Kenyataannya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Hidup adalah pengendara yang gila dan tidak ada yang menjaminnya. '-- Eminem.

Melangkah dan terus melangkah tanpa arah tuju. Akal dan hatinya tak sejalan. Perasaannya telah hilang. Terbang bersama burung burung di langit yang akan pulang ke sarang ketika senja telah menjelang. 

Jung Hoseok tak tahu ke mana kakinya membawa langkah. Ia seperti separuh sadar saat itu. Ia bahkan tidak tahu bahawa pekat malam telah menyelubungi semesta alam sebagai penutup hari itu.

Pemuda itu persis zombie. Hanya saja ia tak punya perasaan ketika itu. Sorot matanya sangat layu. Seperti seorang ibu kehilangan anak. Tapi Jung Hoseok lebih dasyat. Ia kehilangan segalanya. Perasaannya, ibunya, ayahnya sekaligus kehidupannya. 

Ia bahkan tidak lagi penasaran atau teruja tentang apa yang bakal terjadi ke depannya. Apakah ia akan menangis hari esok? Atau ketawa dan lebih bahagia pada hari kedepannya? Tidak ada secebis perasaan ingin tahu yang lahir dari dalam hatinya seperti hari hari sebelumnya disepanjang delapan belas tahun kehidupan Jung Hoseok. Ia tak lagi ingin peduli. Tak ingin lagi ia tahu atau tertanya tanya tentang sesuatu yang berkait perkataan 'hidup'. Semuanya seolah olah sudah berakhir untuknya. Hingga ia tak mengharapkan apa apa lagi dari Tuhan. Bahkan untuk membayangkan saja, Jung Hoseok sudah berhenti dari melakukannya. Jiwanya benar benar mati.

Jeon Jungkook sedang menonton televisi di ruang tamu rumahnya ketika tiba tiba saja ia mendengar ketukan dipintu. Alisnya bersatu merasa aneh tentang siapa yang mengetuk pintu rumahnya dengan ritme yang luar biasa-perlahan dan lemah. Seolah olah orang yang mengetuk sedang tidak punya tenaga. Andai saja saat itu Jungkook tidak berada di ruang tamu, sudah tentu ketukan itu tidak akan didengarnya. Dan bertambah aneh, rumah Jungkook jarang sekali menjadi destinasi seseorang pada waktu seperti ini.

Segera bangkit, perlahan Jungkook menghampiri jendela disisi pintu dan menjenguk ke luar. Apa yang berjaya ia lihat bukanlah wajah si pengetuk pintu sebaliknya hanya sosok tubuh seseorang yang sedang menunduk. Namun Jungkook langsung mengecam orang itu.

Eoh? Hoseok hyung?

Tak menunggu lama, Jungkook segera mencapai pintu dan membukanya, menampilkan Jung Hoseok yang kini perlahan mengangkat wajahnya.

Jeon Jungkook meringis dalam hati ketika apa yang ia lihat saat ini sangat di luar jangkaan dan menyentuh perasaannya.

"Hoseokie hyung! Ada apa??" pekik Jungkook merasa kaget karena wajah Jung Hoseok tak ubah seperti mayat hidup. Sorot mata pria itu sangat menggenaskan hingga membuatkan perasaan Jungkook sangat khawatir melihat keadaannya.

"Jungkook-ah, apa bisa hyung bermalam di sini?"lirih Jung Hoseok dengan suara parau yang semakin menambah kerisauan dalam benak Jungkook. Ia benar benar penasaran apa yang telah terjadi pada temannya itu.

Jungkook tak pikir lama dan langsung mengangguk mengijinkan pertanyaan dari yang lebih tua. Dia mengiring kakaknya untuk masuk ke dalam lalu langsung menempatkannya ke sofa di hadapan televisi.

"Hyung sudah makan?"

Bibir Hoseok perlahan terkumat kamit coba mengatakan sesuatu.

"Hyung ingin istirahat." Hanya itu yang Jungkook dengar dari bibir pemuda tersebut.

"Kalau begitu aku akan ambilkan bantal dan selimut."

Jungkook segera berlalu ke kamarnya dan beberapa detik kemudian kembali bersama dua benda yang disebutnya tadi.

Monster || sope (Brothership) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang