BBAMM!
Pintu bercat coklat yang tadinya telah rapi ditutup oleh Ryujin sebelum gadis itu meninggalkan kamar yang kini mulai dimakan api, tiba tiba kembali terbuka.
Hoseok langsung mengangkat wajahnya yang sempat layu. Berharap tuhan mengirimkan seseorang untuk menyelamatkannya dari ambang maut. Namun, pemuda itu tak mampu percaya netranya sendiri ketika apa yang ia lihat adalah sosok Min Yoongi sudah terbongkok dihadapan pintu sedang tercungap cungap menarik napas.
"Hyung?Apa yang kau lakukan disini?" tanya Hoseok dengan bola mata yang bisa saja terkeluar jika itu mungkin.
Min Yoongi menegakkan badan. Tak menghiraukan pertanyaan pemuda itu malah menggagahkan diri yang kelihatan lelah mendekati kerusi yang mengikat diri Jung Hoseok.
Yoongi mengeluarkan pisau kecil yang sempat ia capai dari dalam mobilnya,meleraikan ikatan tali yang membelit kedua dua tangan Hoseok dibelakang kerusi.
"Bodoh! Seharusnya aku yang bertanya bagaimana kau bisa berakhir di sini. Merepotkan saja." Ketus Yoongi dingin.
Hoseok hanya diam menelan kembali persoalannya,tahu lelaki ini tidak akan pernah berbaik hati padanya walaupun hanya untuk menjawab satu persoalan. Mungkin itu tidak menjadi yang terpenting saat ini. Karena api yang lahap menjilat segenap ruang kamar itu mulai marak.
Yoongi segera menarik Hoseok untuk berdiri,menyadari ini bukan waktunya untuk bersoal jawab.
"Ikut aku."perintahnya menarik kerah baju Hoseok.
Dinding dinding rumah itu telah mula dilahap api. Ada bahagian yang sudah tinggi apinya. Udara mulai terasa menipis dan menyesakkan rongga dada kedua pemuda itu. Bahang panasnya perlahan menyiksa mereka. Yoongi hanya berharap api pada bahagian pintu tidak marak seperti ini. Namun ketika mereka berdua tiba diruang tamu, harapannya punah. Seluruh ruang tamu sudah dikuasai api. Atap rumah itu terdengar berjatuhan dilantai atas. Yoongi melihat sekeliling.Ia panik.Sehingga tak dapat berpikir jernih bagaimana caranya keluar dari rumah ini. Mereka seperti sudah kehilangan harapan. Mereka terperangkap. Api merebak dengan terlalu pantas.
Jung Hoseok menelan liur. Jujur saja pemuda itu tak mahu mati disini. Setidaknya tdak bersama Min Yoongi.
Ia dapat lihat Yoongi dihadapannya sudah menggigil. Apakah laki laki itu takut?
Tiba tiba saja tubuh yang lebih kecil itu ambruk ke lantai.
"Hyung!"Hoseok memekik panik.
Yoongi tidak tahu mengapa kepalanya terasa berputar. Tubuhnya bergetar. Ini seperti ulang tayang tentang memori yang coba ia lenyapkan sejak sekian lama. Api yang merah, marak dan membahang. Mendiang ibunya Min Yiena meninggal dalam sebuah kebakaran yang terjadi di rumah lama mereka dalam perkampungan Daegu. Saat itu,Yoongi baru berusia lima belas tahun. Ia trauma setelah kejadian itu merenggut nyawa wanita kesayangannya. Ia tak punya sesiapa setelah ayahnya jarang sekali memiliki masa untuknya karena kerja diluar negeri. Yoongi sendirian setelahnya. Murung karena tak bisa menerima kenyataan pahit itu.
Telinganya berdengung. Suara suara jeritan dan tangisan antara dia dan ibu sebelum seorang lelaki tetangga mereka menarik Yoongi keluar dari kawasan maut itu bergema dalam kepalanya.
"Ibu..."Lirihnya perlahan. Dadanya terasa sesak. Sama seperti saat ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana tubuh ibunya dilahap api. Yoongi memejamkan matanya rapat, tidak mahu mengingat kejadian itu. Tapi ia merasa tubuhnya melemah sebelum kesadarannya mulai menipis.
Jung Hoseok menampar perlahan pipi Yoongi, mencoba membuat pemuda itu tetap sadar.
"Kau kenapa hyung?"Ia mulai frustasi dengan situasi ini. Pemuda itu menjambak rambutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster || sope (Brothership)
Fanfiction-SOPE ff- Selama ini Min Yoongi pikir hidup dirinya dan keluarganya hancur gara Jung Hoseok. Tapi ternyata dia dan keluarganya lah yang telah menghancurkan hidup yang lebih muda. Pada akhirnya, hal yang paling diinginkan Yoongi adalah melihat adikny...