Min Yoongi memutar gear ke P ketika mobilnya tiba dihadapan pagar sekolah Jung Hoseok. Kepalanya meninjau dari dalam melihat apakah sosok yang ingin dijemputnya itu ada di sekitar. Apa yang dilihatnya hanyalah anak anak sekolah yang tidak dikenalinya berpusu pusu keluar meninggalkan perkarangan sekolah. Pemuda itu mendengus perlahan sebelum mencapai ponselnya berhasrat menghubungi si adik. Sebelum menekan butang hijau untuk membuat panggilan, Yoongi sempat menoleh ke pagar sekolah sekali lagi dan kali ini dia berjaya mengesan sosok yang dinantinya itu.
Yoongi meletakkan ponselnya kembali dan memutuskan untuk membunyikan hon tetapi terhenti ketika ia perasan ada yang salah pada wajah adiknya yang biasanya tampak ceria. Dahinya sedikit berkerut. Kenapa anak itu muram sekali?Tidak seperti pagi tadi ketika ia mendesak Yoongi menjemputnya dari sekolah.
Anak itu berjalan sendiri. Tidak ditemani Jungkook seperti biasanya karena yang lebih muda harus tinggal disekolah lebih lama. Wajahnya menunduk dalam setiap langkah longlainya menghampiri pagar sekolah. Tidak sehingga ia melepasi pagar, ia mengangkat wajahnya. Dan pandangan tanpa sinar itu bertemu dengan mobil hitam yang sangat dikenalinya terparkir diseberang jalan.
Perlahan namun Yoongi yang menelitinya dalam diam dapat melihat bibir pemuda itu bergerak membentuk senyuman. Tiada siapa tahu, jauh dalam benak Jung Hoseok, melihat mobil Yoongi terparkir dihadapannya pada hari yang sangat buruk untuknya adalah sangat berkesan untuk memujuk jiwanya yang tengah berduka lara. Kakaknya, kakak yang selalu dingin padanya dan bersikeras menolak untuk menjemputnya pulang, ada disana. Menatapnya dari kejauhan , dari dalam mobil.
Dadanya menghangat. Ia tidak tahu kenapa perasaannya sangat terharu hanya dengan tingkah Yoongi yang bahkan Yoongi sendiri tidak tahu impak apa yang sedang terjadi dengan tindakannya siang ini. Senyum tulus itu benar benar terukir dibibirnya. Senyum yang pertama kalinya dia ukir sejak keluar dari ruang guru matematikanya beberapa jam yang lalu.
Namun hanya dalam beberapa saat, senyuman itu mati.
Ketika netra Jung Hoseok kemudian menangkap ada mobil yang lebih ia kenali baru sahaja terparkir tidak berapa jauh dibelakang mobil Yoongi.
Sae Ra noona?
Yoongi menyadarinya. Ada sesuatu yang mengalihkan atensi yang lebih muda. Ia mengerutkan alisnya ketika melihat Jung Hoseok mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu. Beberapa detik kemudian,ponsel Yoongi berdering ringkas tanda ada pesanan masuk. Yoongi melirik sekilas dan kembali menatap Hoseok keliru ketika mendapati pemuda itu yang mengiriminya pesan.
Hyung, maaf. Tapi aku harus tetap disekolah hingga sore. Aku harus menyelesaikan tugasan berkumpulan. Aku akan pulang sendiri nanti.
Yoongi menatap Hoseok tidak mengerti. Dan yang lebih muda turut memandangnya dengan tatapan tanpa reaksi namun segera beralih dan melangkah kembali masuk ke perkarangan sekolah. Yoongi tetap terpaku. Masih mencoba mentafsir keadaan. Pemuda berjas sekolah itu terlihat senang ketika Yoongi datang menjemputnya. Namun tiba tiba ia bilang ia tidak bisa pulang sekarang. Ada apa dengan anak ini?
Menghapus perasaan aneh nya, Min Yoongi membuang rasa perhatiannya jauh jauh. Ia tetap mengingatkan diri sendiri, tidak seharusnya ia peduli pada sosok yang lebih muda itu. Dia bukan siapa siapa.
Akhirnya ia menukar gear dan menekan pedal minyak, melaju meninggalkan perkarangan sekolah.
*****
"Kau sihat, nak?"
Suara manis wanita itu terdengar mengganggu ruang pendengaran Jung Hoseok. Namun Hoseok tak pernah menzahirkan secara terang terangan rasa muaknya akan wanita itu. Ia masih mengingat. Ia tak pernah lupa siapa yang mengutipnya dari panti asuhan dan membesarkannya selama delapan tahun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster || sope (Brothership)
Fiksi Penggemar-SOPE ff- Selama ini Min Yoongi pikir hidup dirinya dan keluarganya hancur gara Jung Hoseok. Tapi ternyata dia dan keluarganya lah yang telah menghancurkan hidup yang lebih muda. Pada akhirnya, hal yang paling diinginkan Yoongi adalah melihat adikny...