***
"Jungkook-ah..." serunya perlahan.
Wajah pucat itu terlihat mengerjap beberapa kali. "Oh, hyung...". Suaranya parau sekali sehingga Hoseok tak bisa menahan diri untuk mendekat.
"Kau sakit?" tanyanya dengan tangan yang segera menempel pada dahi pemuda yang kelihatan tak terurus itu. Hoseok segera menarik tangannya ketika rasa panas menjalar ke seluruh permukaan tangannya. "Oh Tuhan. Kau demam."
Jungkook hanya mampu membiarkan kepalanya bersandar pada pintu. Untuk bangun saja kepalanya sudah sangat pusing. Seluruh tubuhnya terasa dicucuk. Tulangnya juga terasa tidak kukuh walau hanya sekadar berdiri untuk beberapa saat.
Melihat temannya mulai bersandar pada pintu dengan kelopak mata yang layu, Hoseok segera menopang tubuh Jungkook. "Ayo kembali ke kamar okey? Kau pasti kesakitan."
Mencoba membantu Jungkook berjalan ke kamar, pemuda itu tiba tiba menunduk dan menutup mulutnya dengan sebelah tangan seakan akan mahu mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya.
"Jungkook." seru Hoseok khawatir.
Jeon Jungkook terdiam sebentar sebelum mengangkat wajahnya. "Bisakah kau tolong, hyung? Aku ingin ke kamar mandi." pintanya dengan sangat perlahan. Berharap sesuatu dari dalam perutnya masih bisa ditahan.
Hoseok mengangguk. Menyokong tubuh lemah Jungkook dengan lebih erat hingga ke kamar mandi.
Jung Hoseok mengusap belakang Jungkook ketika pemuda itu mengeluarkan seluruh isi perutnya di kloset. Hoseok tidak merasa jijik akan hal itu. Bahkan ia merasa sangat sedih, temannya harus menahan sakit entah sejak berapa hari.
Dalam diam, Jungkook bersyukur dan sangat tersentuh dengan perilaku teman barunya ini. Bahkan jika Jungkook memang anak yang manis, ia akan lebih dulu mengatakan terima kasih pada Hoseok. Tapi Jeon Jungkook terlalu segan untuk melakukan hal hal sebegitu. Tiada siapa yang mengajarkan sesuatu yang manis setelah ibunya meninggal ketika ia masih kecil. Dan sekarang ia tidak pernah terbiasa dengan hal hal yang manis.
Setelah membersihkan mulutnya, Hoseok membawa Jungkook baring di kasurnya. Pemuda itu juga tak lupa menarik selimut menutupi tubuh Jungkook hingga paras dada sebelum memutuskan untuk duduk disisinya.
"Jungkookie..."
"Hmmm..." Jungkook mencoba menyahut dengan kelopak mata yang terpejam. Kepalanya berdenyut dan hal itu sedikit sebanyak menghalangnya untuk membuka mata. Mengeluarkan suara saja agak memeritkan untuknya dalam kondisi sebegini.
"Sejak kapan kau seperti ini huh?"
Jungkook mengambil jeda untuk berpikir dengan tepat bila ia mulai demam.
"Dua hari yang lalu." Seingat Jungkook, ketika ia pulang dari sekolah dengan khabar berita tentang Hoseok yang hilang secara tiba tiba tersebar disekolahnya menambah duka akan teman wanitanya yang minta untuk memutuskan hubungan mereka beberapa hari sebelum Jungkook mengenalkannya pada Hoseok.
Jungkook bingung. Kenapa gadis itu mahu berpisah? Hubungan mereka tidak lama. Bahkan masih terlalu baru. Mungkin dua minggu. Hubungan yang ingin dimulai gadis dengan nama Soojin itu. Dan gadis yang sama yang meminta untuk mengakhiri hubungan ini. Jungkook benar benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya ketika ia sadar ia sudah mulai sayang akan gadis itu.
"Apakah karena ku?" Hoseok bertanya perlahan. Bahkan mengumpulkan seluruh kekuatannya hanya untuk menanyakan soalan itu.
Dahi Jungkook berkerut. Dan Hoseok menyadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster || sope (Brothership)
Fanfiction-SOPE ff- Selama ini Min Yoongi pikir hidup dirinya dan keluarganya hancur gara Jung Hoseok. Tapi ternyata dia dan keluarganya lah yang telah menghancurkan hidup yang lebih muda. Pada akhirnya, hal yang paling diinginkan Yoongi adalah melihat adikny...