Ch 17

485 56 14
                                    

Sosok Min Yoongi kembali terlihat di ambang pintu bersama secangkir kopi ditangan untuk ayahnya. Dia melangkah longlai menuju meja kerja Tuan Min dan meletakkan cangkir kopi itu dihadapan ayahnya.

"Ini kopi baru untuk ayah." ucap Yoongi bernada rendah dan terdengar sangat berbeda dari beberapa ketika yang lalu sewaktu ia tidak sengaja menumpah kan kopi yang dibancuh adik tirinya untuk ayah mereka.

Tuan Min memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan tetapi subjek utama tidak menyadari hal itu hingga ia mengalihkan pandangannya pada skrin ayahnya, baru ia sadar.

"Kau sengaja melakukannya?"

Terkedu. Tapi Yoongi coba menahannya dan tak mengendahkan tatapan penuh curiga ayahnya. Ia bergerak menjauh dari sisi ayahnya.

"Kau tetap saja prejudis padaku." balasnya perlahan dan tidak melakukan kontak mata.

Tuan Min masih tidak melepaskan tatapannya.

"Aku bertanya sekali lagi, Min Yoongi. Kau masih mencurigai adikmu,kan?"tanya Tuan Min tegas.

Langkah Yoongi yang coba mencapai pintu akhirnya terhenti. Tiada kata kata yang keluar dari bibirnya. Ia malah memilih mematung di tempatnya. Menelan liur memilih kata kata yang sesuai sebelum ia bersuara.

"Setidaknya, aku mencoba." lirih sekali suara Yoongi menjawab soalan ayahnya sebelum dia mencapai tombol pintu dan melangkah keluar. Meninggalkan ayahnya yang tetap menatap punggung anaknya yang telah menghilang disebalik pintu.

Mencoba menyelamatkan keluarga kita.




"Ini."

Min Yoongi tetap tidak mengangkat kepalanya walaupun ketika Kim Seokjin, sepupunya meletakkan secawan coklat panas dihadapannya. Ia langsung tidak peduli dengan keadaan sekitarnya yang sedikit bising di kafe hospital tempat Seokjin bekerja.

Seokjin melepaskan sebuah helaan napas melihat reaksi sepupunya yang tidak memberikan sebarang respon. Seokjin yakin anak itu tidak peduli padanya bahkan ketika ia melabuhkan duduk dihadapan pemuda dengan surai perang yang terlalu fokus pada laptopnya.

Kesepian mengisi atmosfere keduanya, dengan Yoongi yang terlalu asyik menyiapkan dokumen yang diminta ayahnya, dan Seokjin yang tak berniat mengganggu. Seokjin memandang pemuda dihadapannya itu. Wajahnya terlihat sedikit berubah dari kali terakhir mereka bertemu. Pemuda itu kelihatan seperti tidak mendapatkan tidur yang cukup akhir akhir ini.

"Yah, kau bergadang lagi??"tanya Seokjin secara asal.

Min Yoongi merespon nya secara langsung dengan menguap dihadapan Seokjin. Seokjin menggeleng perlahan. Ia sebenarnya mengerti kalau Yoongi tidak tidur dengan baik belakangan ini. Ia tahu sepupunya itu sangat sibuk dengan tugasan kuliah (dimana dia adalah pelajar tahun akhir jurusan musik) dan membantu ayahnya menyelesaikan beberapa dokumen perusahaan Tuan Min. Tapi ia terkadang merasa kasihan pada anak itu. Yoongi malah terlihat lebih sibuk berbanding dirinya yang merupakan seorang doktor.

"Tugas ku lebih banyak belakangan ini." keluh Yoongi perlahan yang menggosok kedua matanya menunjukkan isyarat betapa kantuk sangat ingin mengambil alih kesadarannya ketika ini.

"Kau tidak berminat tentang bisnes, tapi kenapa kau bersusah payah melakukan ini?"Seokjin bertanya penasaran karena dia tahu Yoongi, si keras kepala sangat menolak cadangan ayahnya untuk mempelajari bisnes ketika dia mahu mendaftar masuk ke universitas. Tapi secara alaminya, otak Min Yoongi tidak perlu belajar soal bisnes karena terbukti ia adalah satu satu alasan kenapa perusahaan Tuan Min masih bertahan dan suskses hingga saat ini.

Jemari Yoongi kembali menari diatas papan menaip. "Karena aku tahu hanya aku yang bisa membantunya."

"Tapi kau tak berniat menggantikan ayahmu di perusahaan kan?"

Monster || sope (Brothership) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang