20

455 65 2
                                    

Selamat membaca!

"Mending pake baju yang mana? Ini apa ini?" tanya Jay kepada Niki yang kebetulan sedang duduk di sampingnya. Jay memegang kaus hitam di tangan kanannya dan sweater bermotif garis hitam putih di tangan kirinya.

Baru saja melihatnya sekilas sudah membuat Niki geram. "Lo punya gak sih baju yang lebih cerah warnanya? Iteemm mulu perasaan," protes Niki.

"Yaudah ini deh ini," Jay menunjukkan kemeja berwarna abu-abu gelap. Rasanya Niki ingin menebas kepala Jay sekarang juga. Apa bedanya sweater dan kaus hitam tadi dengan kemeja abu-abu ini? Sebenarnya Jay mau jalan apa mau ngelayat sih?

"Sumpah Kak, gak ada gituu yang warna coklat ato putih gitu atau merah," kata Niki dengan nada geram. Jay menggaruk kepalanya bingung. Ia pun menggali lagi lemari bajunya, berharap ada baju yang lebih cerah.

"Nah ini aja deh, gimana gimana?" Tanya Jay sambil menunjukkan blazer berwarna cokelat. Jay sendiri tidak ingat sejak kapan ia memiliki blazer berwarna cokelat tersebut. Mungkin saja ini bukan miliknya. Tapi peduli apa dirinya? Yang penting ia terlihat bagus hari ini.

"Nahh ini aja nih bagus," kata Niki puas. Akhirnya Jay pun memilih memakai kaus putih lalu dilapisi dengan blazer cokelat yang tadi.

"Yaudah gue pergi ya, dadah kaum jones." Jay melambaikan tangannya ke para saudaranya lalu berjalan menuju kamar Anna untuk pamit terlebih dahulu dan mengambil kunci mobil sebelum menjemput Isa.

"Bun?" Jay sudah mengetuk pintu kamar Anna berkali-kali tetapi tidak ada jawaban, akhirnya ia masuk ke kamar bundanya. Dan di dalamnya tidak ada siapa-siapa. "Lah? Guys! bunda pergi?" Tanya Jay dengan kencang agar suaranya terdengar sampai kamar sebelahnya.

"Iyaa! Tadi katanya mau ketemu temen!" Balas Jungwon dari kamarnya. Begitu tahu kalau bundanya tidak ada di rumah, Jay pun langsung pergi setelah mengambil kunci mobilnya.

Bagaimana perasaan Jay sekarang? Jangan ditanya, sudah pasti sangat gugup. Jantungan juga berdebar kencang. Maklum, pertama kali menjemput perempuan selain bundanya. Butuh waktu sekitar 20 menit perjalanan dari rumah Jay ke rumah Isa, sebenarnya hanya 15 menit, tapi karena sedikit macet jadi agak lama.

Isayang

isaa udah siap?|

|eh udah dateng?
|aku masih siap siap jay :(

yaudah gapapa santai ajaa|
kalo udah bilang ya nanti aku turun|

|okeei makasih ya jay
|jay pake baju apa?

eh kenapa nanya gitu?|

|biar aku cari baju yang sama
|kan enak diliat nanti kalo senada

ohh gitu, aku pake blazer cokelat|

|sipsipp

Entah sejak kapan Jay memakai 'aku-kamu' kalau sedang berkomunikasi dengan seseorang. Mana tadi Isa berniat untuk memakai baju yang senada dengan dirinya, rasanya seperti orang yang berpacaran saja, padahal ia dan Isa hanya teman biasa. Tapi tidak tahu nanti, lihat saja.

Jay menunggu Isa bersiap sambil memainkan ponselnya dan sesekali merapikan pakaiannya dan rambutnya agar terlihat rapi.

Isayang

|jayy aku udah siap

ok cantik aku turun ya|

Begitu Isa bilang dia sudah selesai bersiap, Jay pun turun dari mobilnya lalu masuk ke rumah Isa untuk menjemputnya. Begitu masuk ia disambut oleh asisten rumah tangganya.

"Isa nya ada, Bu?" tanya Jay.

"Iya ada Mas ganteng, sebentar ya." Asisten rumah tangga tersebut berjalan ke arah ruangan yang Jay tebak itu adalah kamar Isa.

"Oh iya Bi makasih ya, Jay ayo." Isa keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sangat cantik, make-up nya juga tidak terlalu tebal tetapi tetap terlihat menawan di mata Jay. Ia memakai baju nuansa cokelat, sama seperti Jay.

"Oh i-iya ayo Sa, pamit orang tua kamu dulu gak?" tanya Jay.

"Gak usah, mereka gak ada di rumah soalnya. Pamit ke Bibi aja, kita pergi dulu ya Bii," kata Isa sambil mencium punggung tangan asisten rumah tangganya. Jay pun juga berpamitan dengannya. Setelah itu mereka masuk ke mobil dan berjalan menuju mall untuk menonton bioskop seperti yang Isa mau.

"Jay mau nonton apa?" tanya Isa. Sengaja ia mengajak Jay ngobrol agar perjalanan tidak menjadi sepi.

Jay menoleh sedikit ke arah Isa yang duduk di sebelahnya. "Kok nanya aku? Yang mau nonton kan kamu, Sa."

"Iya sih, tapi aku mau nanya kamu dulu. Siapa tau film yang mau kamu tonton bagus," kata Isa.

"Hm apa ya, gak ada sih. Aku jarang nonton soalnya," jawab Jay.

"Oh gitu, sama sih hehe aku jarang nonton juga. Makanya aku mau nonton sama kamu," kata Isa sambil menunjukkan senyum paling manisnya. Bahaya, bisa-bisa Jay diabetes kalau terus-terusan melihat senyuman Isa.

"Liat nanti aja deh di bioskopnya langsung,"

"Oki dokii," jawab Isa. Sumpah, kalau disuruh sebutkan siapa orang termanis di muka bumi ini, mungkin Jay akan meneriaki nama Isa dengan lantang.

Begitu sampai di Mall Hybe, Isa dan Jay langsung berjalan menuju bioskop dan memilih kira-kira film apa yang mau mereka tonton. Sangat tidak disangka kalau ternyata Isa menyukai film yang bergenre horror, sangat berbeda dengan Jay yang malah paling tidak suka dengan film horror.

"Kamu suka film kayak gini Sa?" tanya Jay tidak percaya.

"Lumayan, seru soalnya. Jay gak suka ya?" tanya Isa. Apakah Jay lebih baik menjawab jujur kalau ia tidak suka film horror karena takut, atau berbohong kalau ia suka film horror demi harga dirinya?

"Oh suka-suka aja sih," jawab Jay.

"Beneran? Yaudah kalo gitu kita nonton ini aja yuk?" ajak Isa. Satu kata yang paling tepat untuk Jay, mampus.

"Yaudah kamu duduk aja, aku beli tiketnya dulu." Jay pun meninggalkan Isa lalu pergi ke tempat membeli tiket. Isa juga menuruti perintah Jay, ia mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman untuk menunggu.

《《《 》》》

Haii gimana kesannya setelah membaca 20 chapter cerita ini? Semoga kalian terhibur dan gak bosan yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haii gimana kesannya setelah membaca 20 chapter cerita ini? Semoga kalian terhibur dan gak bosan yaa.

Untuk beberapa chapter kedepan sepertinya bakalan dipenuhi dengan keuwuan Jay dan Isa xixi. Gapapa lah ya, biar gak tegang muluu.

ELYSIUM - EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang