21

398 62 1
                                    

Selamat membaca!

"Eh ini punya siapa?" gumam Isa saat melihat mainan mobil-mobilan tergeletak di atas kursi yang mau ia duduki. Akhirnya Isa mengambil mainan tersebut lalu menaruhnya di atas pahanya.

Tak perlu menunggu lama, Jay pun datang menghampiri Isa sambil memegang 2 lembar tiket. "Nih tiketnya Sa," kata Jay sambil menyodorkan tiketnya.

"Oh iya, makasih ya Jay sebentar aku ambil uang aku dulu." Isa membuka tas kecilnya yang ia bawa lalu mencari-cari dompetnya.

"Gak usah Sa, kan aku yang ngajak, jadi aku yang bayar," kata Jay.

"Eh beneran gapapa? Makasih ya Jay, Kamu baik banget ya ternyata," balas Isa. Isa jadi tidak enak, sejak awal kenal dengan Jay, ia menilai Jay anak yang nakal dan suka mencari gara-gara. Gaya pakaiannya juga kadang menyeramkan, gelap semua. Isa jadi makin berburuk sangka dengannya. Sebenarnya waktu itu ia sengaja tidak membalas pesan Jay karena takut salah kata dan berujung membuat Jay marah dan mengganggunya. Isa tidak mau hidupnya menjadi tidak tenang hanya karena salah kata saat membalas pesan.

"Ah biasa aja, eh ngomong-ngomong itu mainan punya kamu?" tanya Jay sambil menunjuk mainan mobil-mobilan yang berada di atas paha Isa.

"Bukan, gak tau punya siapa tadi nemu di kursi. Yaudah aku simpen aja dulu, siapa tau nanti yang punya sadar barangnya hilang terus balik kesini deh," jawab Isa.

Panjang umur, seorang anak kecil berumur sekitar 4 tahun berlari ke arah Isa dan Jay. Begitu sampai ia hanya berdiri dan menatap mobil-mobilan yang Isa simpan.

"Sa, itu di samping kiri kamu ada anak kecil berdiri. Jangan-jangan dia yang punya mainannya," kata Jay sambil menunjuk ke arah anak kecil tersebut.

Isa menoleh. "Oh iya kali ya, ini punya kamu bukan?" tanya Isa sambil menunjukkan mainannya, tak lupa memasang senyum paling manisnya. Bukannya menjawab, anak kecil itu hanya diam mematung sambil melihat wajah Jay dan Isa secara bergantian.

Sudah 30 detik lamanya anak itu diam mematung sambil menatap Jay dan Isa, mereka berdua jadi bingung sendiri. Saat Isa berdiri mau menghampiri anak kecil tersebut, anak itu malah berlari menjauhi Isa.

"Loh kok? Aku serem ya?" gumam Isa sambil memasang raut wajah sedih.

"Anak kecil kan biasanya gitu, kalo dideketin orang lain mau serem mau enggak pasti tetep lari," jawab Jay.

Tak lama anak kecil tersebut datang lagi, tapi kali ini ia bersama orang lain. Sepertinya orang itu adalah ibunya. "Mama itu mainan adik, Ma," kata anak tersebut sambil menarik-narik baju ibunya dengan tangan kanan lalu menunjuk Isa dengan tangan kirinya.

"Ohh ternyata mbaknya yang simpen mainan adik, ayo ambil terus bilang makasih," perintah ibunya kepada anaknya. Anak kecil tersebut pun memberanikan diri untuk mengambil mainan tersebut lalu mengatakan terima kasih kepada Isa.

Isa menekuk lututnya agar sejajar dengan anak itu. "Iya sama-sama adik, lain kali jangan ketinggalan lagi yaa," kata Isa sambil mengusak pelan rambut anak kecil tersebut. Jay yang melihatnya sedikit iri hati, masa dia kalah dengan anak kecil? Anak kecil saja bisa melihat senyum Isa sedekat itu, bahkan sampai dielus kepalanya, dia kapan?

"Sa, mau beli popcorn atau apa gitu gak?" tawar Jay.

Isa berdiri lalu mengganggukkan kepalanya. "Boleeh, Jay sukanya popcorn yang asin atau yang manis?" tanya Isa.

"Kamu sukanya apa? Aku ngikut aja."

"Yaudah kalo gitu yang manis ya?"

"Okee tuan putri, yuk?" Jay mengulurkan tangannya.

ELYSIUM - EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang