60

825 67 11
                                    

Selamat membaca!

"Niki! Lipstik kakak itu, woy!"

"Wlee, ambil aja kalo bisa," balas lelaki muda yang baru saja masuk perguruan tinggi beberapa bulan yang lalu. Walaupun umurnya sudah terhitung dewasa, tidak menjadi penghalangnya untuk mengganggu para kakaknya. Ia pun berlari keluar dari kamar kakak perempuannya.

Perempuan yang meneriaki Niki pun mengejarnya, walaupun sudah siap dengan dress berwarna putih tidak dapat menghalanginya untuk mengejar adiknya yang sangat jahil itu.

"Papa! Lipstik Ryujin tuh dicolong Niki!" katanya kepada pria yang sedang duduk di sofa sambil merapikan meja.

"Hei hei ada apa ini? Ryujin, kamu ini. Sudah rapi masa lari-lari? Nanti jadi berantakan lagi," tegur Seungwoo.

"Ituu lipstik Ryujin." Ryujin menunjuk ke arah tangan Niki yang sedang menggenggam lipstik berwarna merah muda.

"Rapi banget, Kak. Mau ke kondangan siapa?" tanya Jay yang baru keluar dari kamar dengan pakaiannya tidurnya dan wajah yang masih setengah sadar.

Ryujin menatap Jay heran. "Hah? Kurang ajar ya, kamu lupa?" tanya Ryujin.

Barulah Jay teringat. Hari ini adalah yang yang penting untuk kakak-kakaknya. "Oiya! Pantes kok tadi di kamar Sunghoon wangi amat, Jake juga rapi banget anjir segala pake jas. Tar ya ini OTW mandi," kata Jay lalu bergegas pergi ke kamar mandi menghindari amukan kakaknya.

Mungkin ini akan terdengar sedikit mengejutkan. Sekarang Jay, Sunghoon, Jake, dan Niki adalah bagian dari keluarga Han. Seungwoo benar-benar ingin menjaga keempat anak itu sampai akhir hidupnya. Jadi ia memutuskan untuk mengangkat mereka menjadi anaknya, dan Ryujin otomatis menjadi kakak mereka.

Sedangkan Heeseung, ia memilih untuk tinggal bersama ayahnya. Walaupun berat untuk meninggalkan keempat adiknya itu, mau tidak mau ia harus merelakan mereka berpindah tangan menjadi adiknya Ryujin. Tapi tenang, mereka tidak benar-benar berpisah. Bahkan sekarang rumah mereka hanya dibatasi oleh tiga rumah.

Seungwoo memilih untuk tetap tinggal di Iksan, tidak ada alasan khusus. Hanya saja dirinya merasa sangat nyaman tinggal di kota ini, anak-anaknya juga merasakan hal yang sama. Kelima anaknya pun melanjutkan pendidikan mereka di kota ini.

"Kak Heeseung kapan ke sininya sih? Lama banget, padahal deket rumahnya," gerutu Niki.

"Sabar, paling lagi siap-siap," balas Sunghoon.

"Semuanya! Sini," panggil Seungwoo. Kelima anak Seungwoo pun menghampirinya yang sedang duduk di ruang tamu.

"Kenapa, Pa?" tanya Jake.

"Ayo kita foto, kapan lagi kakak kalian cantik kayak gini," gurau Seungwoo. Tawa mereka pecah kecuali Ryujin yang merasa tersinggung. Tapi pada akhirnya mereka tetap berkumpul untuk mengabadikan momen penting ini.

"Ayo, Jay ambil tongsis dulu biar gampang fotonya," kata Jay.

"Lo punya?" tanya Sunghoon.

Jay tersenyum canggung. "Punya Sunoo sih ... masih gue simpen sampe sekarang," jawabnya.

"Oh, yaudah ambil," balas Sunghoon.

Begitu Jay kembali dengan tongkat panjang itu, mereka pun berfoto bersama. Beberapa foto mereka ambil dengan gaya yang berbeda-beda. Kadang Niki mencubit pipi Jake, kadang Ryujin berpose seakan-akan ia mau meninju Niki, dan banyak lagi pose-pose aneh yang mereka lakukan.

"Permisi!" seru seseorang dari luar rumah. Seungwoo pun keluar untuk melihat siapa yang datang. Niki diam-diam mengikuti di belakangnya.

"Wah rapi sekali, Heeseung," kata Seungwoo begitu ia melihat calon tunangan anak perempuan satu-satunya. Penampilan Heeseung kali ini sangat berbeda dari biasanya. Lelaki itu memakai jas berwarna hitam dan rambutnya yang disisir rapi sehingga memberi kesan berwibawa.

"Ah bisa aja, Pa," balas Heeseung malu.

"Halo, Om, hehe. Apa kabar?" tanya Soojin yang berdiri di belakang Heeseung.

"Baik. Sangat baik. Ayo masuk, Ryujin sudah siap tuh." Heeseung dan keluarganya pun masuk ke dalam rumah Seungwoo.

Begitu masuk, mata Heeseung terpaku kepada perempuan yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Apakah ia baru saja melihat bidadari yang jatuh dari surga? Sejak kapan Ryujin bisa menjadi sangat cantik seperti ini?

Sedangkan Ryujin menatap Heeseung bingung. "Hee, kamu apaan sih? Kok gitu banget ngeliatinnya?"

"Kamu cantik banget," balas Heeseung. Tiga kata itu berhasil membuat wajah Ryujin merah merona. Padahal ia sudah sering dipuji seperti itu, tapi tetap saja. Dipuji karena parasnya adalah kelemahan Ryujin, perempuan itu akan langsung salah tingkah kalau ada yang memujinya cantik.

"Cie yang tunangan ciee," goda Niki kepada Heeseung dan Ryujin.

Prosesi tunangan pun dimulai. Prosesi berjalan dengan khidmat. Begitu mereka—Heeseung dan Ryujin bertukar cincin, para keluarga, khususnya saudara Ryujin dan Soojin sangat bersemangat. Mereka bersorak sorai penuh bahagia. Niki, sang ahli foto sibuk memotret momen ini dari berbagai sisi agar dapat hasil yang memuaskan.

"Asikk! Tinggal nunggu nikahnya nih," kata Soojin.

"Doain aja ya, Jin. Semoga dilancarin," balas Ryujin.

"Oh iya dong. Gue selalu doain yang baik-baik buat kalian semua."

Acara hari ini pun diakhiri dengan makan siang bersama dan bercengkrama satu sama lain.

"Selamat atas tunangannya, Kak Heeseung!"

"Kak Ryu cantik banget hari ini!"

"Semoga langgeng terus ya, Kak Heeseung sama Kak Ryujin. Kita pergi dulu. Dadaah."

-TAMAT-

-TAMAT-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ELYSIUM - EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang